Rabu, 08 Oktober 2014

Tugas Yoga



1.1  Pengertian Yoga

Yoga berakar dari kata sansekerta Yuj yang berarti penyatuan diri dengan Tuhan. Pengertian lain dari yoga adalah penyatuan, yaitu penyatuan antara jiwa spiritual dengan jiwa universal. Dikatakan pula bahwa yoga adalah pembatasan pikiran-pikiran yang selalu bergerak.
Yoga juga terdapat dalam bahasa Yunani zygon dan kata lainnya adalah ‘jugum’ sedangkan dalam rgveda, yoga disimbolkan dengan ‘tapas’ yang lebih focus terhadap pengendalian indra-indra manusia.

1.2  Definisi Yoga

Rsi Patanjali memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran.  Ada dua hal yang penting sebagai seorang praktisi yoga adalah melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Secara spiritual yoga merupakan suatu proses dimana identitas jiwa individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, yogi adalah orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang Agung.
Jiwa manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat dengan sumber realitas (Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu dengan air di samudra. Yoga adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian dalam bertingkah laku, Segala sesuatu yang terbaik dan tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah yoga juga, yoga mencakup seluruh aplikasi yang inklusif dan universal yang mengantar kepada pengembangan / pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa.
Kata yoga artinya hubungan. Hubungan antara roh berpribadi dengan Roh yang universal yang tidak berpribadi. Dalam hal ini Rsi Patanjali mengartikan yoga sebagai penghentian gerak pikiran, yogascittavrttnirodah.
Ajaran yoga adalah anugrah yang luar biasa besarnya dari Rsi Patanjali kepada siapa saja yang melaksanakan hidup kerokhanian. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin menginsyafi kenyataan adanya roh sebagai azas yang bebas, bebas dari tubuh indrianya dan pikiran yang terbatas.
Yoga sebagai cara untuk menguasai pikiran, agar supaya kesadaran yang biasa diganti dengan yang luar biasa, sebagai bukti bahwa orang telah mendapat pengalaman mistis yang sungguh-sungguh, telah dikenal orang India sejak zaman kuna. Di zaman yang kemudian yoga menghubungkan diri dengan aliran Agama dan filsafat yang bermacam-macam, atau mungkin lebih tepat dikatakan, bahwa tiap aliran mencoba memberikan dasar yang teoritis kepada yoganya.
Yoga dalam gerakannya berorientasi menciptakan suasana batin yang tenang untuk mencapai atau menyatunya roh individu dan Roh universal. Muara dari orientasi tersebut adalah kedamaian batin yang merupakan landasan dari kebahagiaan manusia. Yoga mengajarkan ketenangan dalam menyikapi permasalahan atau konflik yang terjadi antara individu. Yoga menjawab permasalahan dalam cabang filsafat etika tentang apa yang menyebabkan kebahagiaan manusia.
Yoga merupakan  jnana yoga, karma yoga, bhakti yoga, yantra yoga, tantra yoga, mantra yoga, kundalini yoga, hatha yoga dan raja yoga implementasi dari etika dalam filsafat. Perkembangan yang terjadi dewasa ini, yoga yang ada saat ini berbeda dengan yoga pada awal kemunculannya. Dewasa ini, yoga memiliki ribuan aliran, namun terdapat 9 (Sembilan) aliran yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia, antara lain Jnana. Beberapa diantara aliran yoga tersebut berorientasi pada proses penenangan hati dan dapat menjadi pengobatan alternatif. Namun yang sekarang banyak dipakai adalah hatha yoga atau penyatuan melalui penguasaan tubuh dan nafas secara olah fisik.
Sistem filsafat yang dipakai untuk mendasari sistem yoga terang diambil dari ajaran Samkhya, sebab yoga mengajarkan bahwa : Benda dan roh adalah kenyataan terakhir dari segala sesuatu ( prakrti dan purusa).
Konsepsi yang paling penting didalam sistem yoga adalah citta. Citta dipandang sebagai hasil pertama dari perkembangan prakrti, yang meliputi juga ahamkara dan manas. Jadi yang dimaksud dengan citta ialah gabungan budhi, ahamkara, dan manas. Rsi Patanjali, membahas yoga dalam bukunya yang berjudul “Yoga Sutra”. Beliau mendefinisikan yoga sebagai pengendalian pikiran. Bagaimana cara mengendalikan pikiran tersebut? Pikiran dapat dikendalikan dengan terus menerus mempraktekkannya dan melepaskan ikatan duniawi. Pikiran memiliki beberapa tingkatan yaitu:
1.      Ksipta yaitu saat pikiran tidak tenang dan tidak bisa berkonsentrasi pada obyek apapun.
2.       Mudha yaitu saat pikiran tidak bisa membedakan antara hal yang baik dan buruk.
3.       Viksipta yaitu saat pikiran hanya menerima kebahagiaan diri sendiri dan tidak mendapatkan kesedihan.
4.       Ekagra yaitu saat pikiran menarik diri dari obyek-obyek luar dan berkonsentrasi sehingga pikiran mulai stabil dan tenang.
5.      Nirodha yaitu saat pikiran sudah stabil dan tidak ragu lagi, serta sudah menghentikan hal-hal yang tidak baik, merupakan tahap awal dalam latihan yoga.
Seseorang yang ingin berhasil dalam yoga, harus belajar melepaskan diri dari ikatan duniawi, seperti halnya bunga teratai yang tumbuh di telaga. Semakin manusia terikat dengan kehidupan duniawi semakin banyak saat-saat bahagia dan sedih yang dirasakan.
Hal ini tidak berarti menganjurkan seseorang untuk meninggalkan keluarga, harta benda, masyarakat dan kewajibannya, tetapi dengan tidak membiarkan faktor-faktor tersebut menguasai pikiran, perasaan sehingga membuat manusia terombang-ambing oleh kebahagiaan dan kesedihan.
Kebahagiaan sempurna dapat dicapai jika manusia menumbuhkan kesadaran dengan membebaskan diri dari keterikatan dan menarik semua obyek indriya ke dalam. Dalam filsafat yoga dikatakan bahwa manusia memiliki sembilan pintu dalam tubuhnya, yaitu, kedua mata, kedua telinga, kedua lubang hidung, mulut, sistem reproduksi dan lubang anus. Kesembilan pintu tersebut letaknya berdekatan dan melalui pintu-pintu terebutlah manusia dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Disebutkan pula bahwa arah tujuh pintu dalam badan kita selalu ke atas dan dua pintu arahnya ke bawah. Pada waktu melakukan yoga, kesembilan pintu tersebut perlu diarahkan ke atas. Seluruh gerakan tubuh (asana) dalam yoga bertujuan untuk meningkatkan dan merasakan aliran energi didalam tubuh. Dengan memahami badan sendiri, seseorang juga dapat memahami atma (roh)-nya sendiri.
Dalam yoga diajarkan bagaimana cara mengontrol indriya dan bagaimana melihat ke dalam diri, bukan ke luar diri. Semakin seseorang mampu melihat ke dalam, maka ia tidak membiarkan faktor-faktor dari luar mengganggu ketenangan batinnya. Sebenarnya kebahagiaan manusia bersemayam dalam dirinya, akan tetapi seringkali manusia tidak menyadari hal tersebut sehingga mereka sibuk mencari kebahagiaan semu dari luar diri mereka. Hal inilah yang menjadi perenungan dalam yoga, yaitu bagaimana menemukan kebahágiaan sejati dalam hidup.
Dengan mempraktekkan yoga secara teratur seseorang berlatih untuk melepaskan emosinya secara positif dan tidak terlalu dramatis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Apabila setiap individu mempraktekkan hal tersebut maka permasalahan dalam masyarakat juga akan berkurang dan hubungan antar manusia pun menjadi lebih harmonis. Orang-orang yang selalu berusaha menuruti keinginan indriya-indriya mereka pada akhirnya akan terjebak dalam kesedihan dan kebahagiaan semu.
Bhartrihari, seorang pujangga dari India mengatakan bahwa, “Apabila kita ingin menikmati keinginan-keinginan maka keinginan tersebutlah yang akan menikmati kita terlebih dahulu.” Dalam Sutra Yoga dijelaskan bahwa kebahagiaan dan kedamaian adalah dua hal yang berbeda. Kebahagiaan bisa didapatkan melalui kekayaan, keluarga yang baik, sahabat akrab, jabatan dll. Akan tetapi kebahagiaan tersebut bersifat relatif, tidak kekal dan belum tentu memberikan kedamaian hati.
Kedamaian hanya bisa diperoleh dengan cara menggunakan pikiran untuk mengontrol panca indriya, setelah itu memusatkan pikiran tersebut kepada Tuhan melalui konsep yoga. Ada dua konsep kedamaian, peace within’ atau kedamaian dalam diri manusia. Kedamaian tersebut dapat diperoleh pada waktu manusia bermeditasi, sembahyang pergi ke tempat suci, mendengarkan ceramah dan membaca buku-buku suci. Kedamaian yang kedua adalah ‘peace outside’ atau kedamaian di jagat raya. Kedamaian yang kita dapatkan dengan melakukan yoga dan sembahyang baru sempurna apabila kita juga bisa menciptakan kedamaian dalam masyarakat.
Sekarang banyak orang menganggap dengan bersembahyang, melakukan meditasi, mereka telah mendapatkan kedamaian dan jauh dari berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat. Seorang praktisi yoga pun tidak bisa menghindari permasalahan baik  yang menyangkut dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Akan tetapi seorang praktisi yoga akan  memiliki reaksi yang berbeda dengan orang yang tidak melakukan yoga. Seorang praktisi yoga akan memilih jalan damai dan tidak mementingkan diri sendiri dalam mencari solusi dari setiap permasalahan yang muncul. Ia merasa bertanggung jawab untuk menciptakan kedamaian dikeluarga, negara dan dunia.

1.3  Sejarah Yoga

Pengkajian sejarah yang berhubungan dengan keberadaan yoga yang tertua dimuka bumi, adalah temuan kepurbakalaan di Harappa dan Mohenjodaro (Pakistan) berupa patung-patung Dewa Siwa dan Dewi Parwati yang sedang melakukan berbagai asanas yang berbeda. Peradaban ini diyakini telah ada sebelum jaman Veda (sebelum peradaban bangsa arya). Sejak masa itu tradisi meyakini bahwa pencipta yoga adalah Dewa Siwa sendiri sedangkan murid pertamanya adalah Dewi Parwati. Menurut Hatta Yoga Pradipika (abad XIV), yang dipercaya sebagai guru yoga pertama adalah Matsya yang kemudian dinobatkan dengan nama Matsyendrasana. Yogi penerang yoga asanas adalah Gorakhnat.  Sedangkan Maharsi Patanjali adalah penyusun kitab Yoga Sutra yang popular disebut astanga yoga atau raja yoga. Jumlah total asanas dalam system yoga kuno itu, mula-mula sebanyak 8.400.000 asanas, menunjuk kepada jumlah total badan wadag atau bentuk-bentuk kehidupan yang ada dimuka bumi. Asanas - asanas tersebut menggambarkan perubahan yang progresif dari bentuk kehidupan yang paling sederhana menuju kehidupan manusia seutuhnya (ras manusia super).  Melewati kurun waktu berabad abad, asanas-asanas itu telah berkurang jumlahnya dari beberapa ratus asanas yang diketahui hingga sampai sekarang kurang dari 100 asanas yang dikenal secara terperinci.
Dalam Patanjali Yoga Sutra, Asanas atau yogasana merupakan langkah ketiga berupa latihan sikap tubuh untuk mencapai keadaan yang nyaman dan mantap (sthiram sukham asanam). Latihan asanas dilaksanakan untuk memperkuat kemampuan seseorang untuk duduk pada satu posisi secara mantap dan nyaman dalam jangka waktu yang panjang, karena hal ini diperlukan untuk menempuh pelajaran berikutnya seperti pratyahara, dharanam dan dhyanam untuk mencapai Samadhi. Berbagai teknik asanas telah diciptakan oleh para yogi sebagaimana digambarkan dalam naskah kuno Hatta Yoga Pradipika dan Geranda Samhita. Asanas atau yogasanas merupakan pondasi untuk membangun jalan spiritual, karena itu para yogi menganjurkan praktek asanas sebagai bentuk meditasi dan penyucian batiniah, bukan sekedar olah tubuh belaka. Sebagai jalan menuju raja yoga, latihan - latihan dalam disiplin Hatta Yoga tidak saja mencakup asanas, melainkan juga pranayama, mudra dan bandha.
Beberapa asanas, partial Hatta Yoga telah memberi kontribusi penting dalam dunia pengobatan modern dewasa ini ketika manfaat-manfaat setiap asanas dieksplorasi melalui riset kesehatan dengan hasil yang sangat efektif sebagai upaya pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Buku-buku tentang Yogic Healing yang mereferensi basis Hatta Yoga pun semakin banyak ditulis pakar kesehatan modern dalam dekade terakhir ini. Senam Hatta Yoga untuk peremajaan dan kebugaran, mulai bertumbuh dalam kelompok kebugaran atau sanggar-sanggar aerobic di pusat-pusat kota. Yogasana dari Hatta Yoga dilakukan secara perlahan dengan perpaduan rileksasi dan konsentrasi. Dengan cara ini, susunan syaraf, kelenjar endokrin dan organ tubuh bagian dalam dan juga otot- otot distimulir untuk berfungsi sebagaimana mestinya. Sebab itu, praktik yogasana yang benar akan memberikan efek positif bagi vitalitas fisikal dan kejiwaan yang amat berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Yogasanas berkembang pesat sehingga menjadi popular diberbagai belahan dunia; apakah dalam kemasan original Hatta Yoga atau dalam paket lain “bercampur aduk’ dengan seni kebugaran fisik lainnya. Dalam hal yang belakangan ini, konsep-konsep Viniyoga atau vinyasa flow of yogic postures menjadi lebih diminati. Karena rangkaian gerak dinamis beberapa asanas ini mirip dengan senam yang lazim dijumpai dalam pusat-pusat kebugaran. Beberapa vinyasa yang paling popular misalnya adalah rangkaian asanas Surya Namaskar dan Candra Namaskar, disamping 18 Kriya dari Babaji’s Hatta yoga yang diyakini mampu memberikan kesehatan, penyembuhan, dan peremajaan. Istilah yoga kemudian hampir identik dengan latihan-latihan asanas yang dinamis (vinyasa). Sekedar melakukan gerak peregangan atau stretching untuk memudahkan yoga asanas pokok (Hatta Yoga), banyak orang mengatakan ia sedang berlatih yoga. Bahkan, ketika melihat figur duduk khusuk dengan tangan bersidekap didepan dada, banyak orang menyebut itu adalah Yoga Samadhi.
Perluasan pendekatan yoga kedalam sistem therapi telah memberi kontribusi berharga sebagai suatu pelengkap efektif untuk menangani penyembuhan penyakit; baik pada masa pengobatan maupun pada masa rehabilitasi. Fakta menunjukkan bahwa yoga juga telah memainkan peran vital dalam pencegahan penyakit.  Banyak kelompok kesehatan telah memasukkan yoga sebagai bagian dari schedule mereka atau bahkan hanya mengajarkan yoga saja (khususnya Hatta Yoga). Yoga menjadi populer diseluruh dunia dengan berbagai kemasannya.  Ada istilah yoga klasik untuk menyebut praktek yoga yang didasarkan pada satu proses latihan fisik dan mental guna memahami dan mengalami secara langsung realisasi diri (pencerahan spiritual). Ada juga Yoga Iyengar yang menunjuk kepada sistem latihan yoga sebagaimana yang diajarkan oleh B.K.S Iyengar (salah seorang murid dari Krishnamacharya), kemudian ada Yoga Kripalu yang diturunkan dari garis perguruan Swami Kripalvananda dengan karakteristik kelembutan gerakan asanasnya yang khas, sehingga sangat diminati kaum hawa, ada juga yoga kundalini, divya yoga dan sebagainya. Karakteristik mereka sedikit berbeda disebabkan oleh penonjolan aspek spesifik yoga yang dipilihnya. Disamping itu ada juga Yoga Integral atau integral hatta yoga yang memadukan semua partial yoga kedalam bentuknya yang utuh. Yoga integral ini disosialisasikan dalam garis perguruan Maha Yogi Shri Swami Sivananda Sarasvati dari Hrskesh-Himalaya. Apapaun kemasannya, yoga tetap yoga, mesti belakangan ini telah banyak dimodifikasi dengan motif dan tujuan yang beragam. Hattha Yoga Pradipika, kitab yoga yang ditulis sekitar abad ke 14, menyatakan : “Kebijaksanaan Hattha Yoga merupakan langkah eksklusif sebagai persiapan menuju Raja Yoga (Astanga Yoga)”.
Perkembangan popularitas yoga seperti tersebut diatas (lebih tepat disebut Yogasana), pada satu sisi telah memberi andil dalam “mengibarkan’ bendera yoga ke manca negara, namun pada sisi lain telah membuat pengertian yoga menyempit.  Ada yang berbicara yoga dengan hanya menunjuk beberapa postur pisik tertentu (asanas) dan mereka menyebutnya “senam yoga”. Dan akhirnya, bagi sebagian orang, untuk mengatasi pikiran yang gelisah, yoga menjadi pelipur lara. Untuk mengobati penyakit, yoga dipandang sebagai obat mujarab. Bahkan ada yang menganggap yoga merupakan fashion yang dapat membuat mereka tampil cantik (rejuvenation life style). Beberapa menggunakan yoga untuk daya ingat, intelligence dan kreativitas. Ada juga yang menyamakan yoga dengan istilah lokal Yoga Semadhi untuk menunjuk orang dengan pose ‘bertapa”. Ada pula yang membedakan yoga dengan meditasi. Yoga dianggapnya bercirikan gerakan-gerakan fisik semacam senam lantai sedangkan meditasi dianggap sebuah disiplin yang berdiri sendiri yang berbeda dengan yoga. Penjelasan dalam buku ini diharapkan dapat menambah pemahaman yang lebih utuh tentang yoga dan juga meditasi (dhyana).

1.4  Sistem Yoga Komunitas Bali

Agama Hindu Bali mengenal yoga sebagai suatu komunitas yang pada hakekatnya tidak lepas dari ajaran Veda begitu pula dalam pelaksanaanya seperti yang terkandung dalam ajaran Catur Marga.

1.4.1        Catur Marga
Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan marga berarti jalan/cara atapun usaha. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Catur marga juga sering disebut dengan catur marga yoga. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan yang tidak baik) yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). Karma memiliki dua makna yakni karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti tingkah perbuatan. Kedua, tentang bhakti yoga marga yakni menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembah Tuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan pengetahuan suci menuju Tuhan Yang Maha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana (ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam penetahuan itu). Keempat, Raja Yoga Marga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Catur marga terdiri dari empat bagian yaitu bhakti marga yoga, jnana marga yoga, karma marga yoga dan raja marga yoga.

1.      Bhakti Marga Yoga

Sivananda (1997:129-130) menyatakan bahwa bhakti merupakan kasih sayang yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan jalan kepatuhan atau bhakti. Bhaktiyoga disenangi oleh sebagian besar umat manusia. Tuhan merupakan pengejawantahan dari kasih sayang, dan dapat diwujudkan melalui cinta kasih seperti cinta suami kepada istrinya yang mengelora dan menyerap segalanya. Cinta kepada Tuhan harus selalu diusahakan. Mereka yang mencintai Tuhan tak memiliki keinginan ataupun kesedihan. Ia tak pernah membenci mahluk hidup atau benda apapun, dan tak pernah tertarik dengan objek-objek duniawi. Ia merangkul semuanya dalam dekapan tingkat kasih sayangnya.
Kama (keinginan duniawi) dan trisna (kerinduan) merupakan musuh dari rasa bhakti. Selama ada jejak-jejak keinginan dalam pikiran terhadap objek-objek duniawi, seseorang tidak dapat memiliki kerinduan yang dalam terhadap Tuhan. Atma-Nivedana merupakan penyerahan diri secara total setulus hati kepada Tuhan, yang merupakan anak tangga tertinggi dari Navavidha Bhakti, atau sembilan cara bhakti. Atma-Nivedana adalah Prapatti atau Saranagati. Penyembah menjadi satu dengan Tuhan melalui Prapatti dan memperoleh karunia Tuhan yang disebut Prasada. Bhakti merupakan suatu ilmu spiritual terpenting, karena mereka yang memiliki rasa cinta kepada Tuhan, sesungguhnya kaya tak ada kesedihan.
Dari caranya mewujudkan, bhakti dibagi dua yaitu Para bhakti dan Apara bhakti. Para artinya utama; jadi para bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang utama, sedangkan Apara bhakti artinya tidak utama, jadi apara bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang tidak utama. Apara bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya kurang atau sedang-sedang saja. Para bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya tinggi.
Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan apara bhakti antara lain banyak terlibat dalam ritual (upacara Panca Yadnya) serta menggunakan berbagai simbol (niyasa). Sedangkan Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan para bhakti antara lain sedikit terlibat dalam ritual tetapi banyak mempelajari Tattwa Agama dan kuat/berdisiplin dalam melaksanakan ajaran-ajaran Agama sehingga dapat mewujudkan Tri Kaya Parisudha dengan baik dimana Kayika (perbuatan), Wacika (ucapan) dan Manacika (pikiran) selalu terkendali dan berada pada jalur dharma. Bhakta yang seperti ini banyak melakukan Drwya Yadnya (ber-dana punia), Jnana Yadnya (belajar-mengajar), dan Tapa Yadnya (pengendalian diri).
2.      Jnana Marga Yoga

Sivanada (1993:133-134) menyatakan bahwa jnana yoga merupakan jalan pengetahuan. Moksa (tujuan hidup tertinggi manusia berupa penyatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa) dicapai melalui pengetahuan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Pelepasan dicapai melalui realisasi identitas dari roh pribadi dengan roh tertinggi atau Brahman. Penyebab ikatan dan penderitaan adalah avidya atau ketidaktahuan. Jiwa kecil, karena ketidaktahuan secara bodoh menggambarkan dirinya terpisah dari Brahman. Avidya bertindak sebagai tirai atau layer dan menyelubungi jiwa dari kebenaran yang sesungguhnya, yaitu bersifat Tuhan. Pengetahuan tentang Brahman atau Brahmajnana membuka selubung ini dan membuat jiwa bersandar pada Sat-Cit-Ananda Svarupa (sifat utamanya sebagai keberadaan kesadaran- kebahagian mutlak) dirinya.
Jnana bukan hanya pengetahuan kecerdasan, mendengarkan atau membenarkan. Ia bukan hanya persetujuan kecerdasan, tetapi realisasi langsung dari kesatuan atau penyatuan dengan yang tertinggi yang merupakan paravidya. Keyakinan intelektual saja tak akan membawa seseorang kepada Brahma jnana (pengetahuan dari yang mutlak). Pelajar Jnana yoga pertama-tama melengkapi dirinya dengan tiga cara yaitu:
(1) pembedaan (viveka),
(2) ketidakterikatan (vairagya),
(3) kebajikan, ada enam macam (sad-sampat), yaitu: (a) ketenangan (sama), (b) pengekangan (dama), (c) penolakan (uparati), ketabahan (titiksa), (d) keyakinan (sraddha), (e) konsentrasi (samadhana), dan (f) kerinduan yang sangat akan pembebasan (mumuksutva). Selanjutnya ia mendengarkan kitab suci dengan duduk khusuk didepan tempat duduk (kaki padma) seorang guru yang tidak saja menguasai kitab suci Veda (Srotriya), tetapi juga bagus dalam Brahman (Brahmanistha). Selanjutnya para siswa melaksanakan perenungan, untuk mengusir segala keragu-raguan. Kemudian melaksanakan meditasi yang mendalam kepada Brahman dan mencapai Brahma-Satsakara. Ia seorang Jivanmukta (mencapai moksa, bersatu dengan-Nya dalam kehidupan ini).
Ada tujuh tahapan dari Jnana atau pengetahuan, yaitu; (1) aspirasi pada kebenaran (subhecha), (2) pencarian filosofis (vicarana), (3) penghalusan pikiran (tanumanasi), (4) pencapaian sinar (sattwatti), (5) pemisahan batin (asamsakti), (6) penglihatan spiritual (padarthabhawana), dan (7) kebebasan tertinggi (turiya).
3.      Karma Marga Yoga
Karma yoga adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, yang membawa pencapaian menuju Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini merupakan penolakan terhadap buah perbuatan. Karma yoga mengajarkan bagaimana bekerja demi untuk kerja itu, yaitu tiadanya keterikatan. Demikian juga bagaimana menggunakan tenaga untuk keuntungan yang terbaik. Bagi seorang Karmayogin, kerja adalah pemujaan, sehingga setiap pekerjaan dialihkan menjadi suatu pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang Karmayogin tidak terikat oleh karma (hukum sebab akibat), karena ia mempersembahkan buah perbuatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penjelasan tentang setiap pekerjaan dilaksanakan sebagai wujud bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dijelaskan dalam Bhagavadgita IX.27-28 sebagai berikut.
Wahai Arjuna, apa pun yang engkau kerjakan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan, dan engkau amalkan, juga disiplin diri apa pun yang engkau laksanakan. Lakukanlah semuanya itu hanya sebagai bentuk bhakti kepada Aku. Dengan demikian engkau akan terbebas dari ikatan kerja atau perbuatan yang menghasilkan pahala baik atau buruk. Dengan pikiran terkendali, engkau akan terbebas dan mencapai Aku

Dalam kitab Bhagavadgita (III.19,30) juga mengamanatkan sebagai berikut.
Laksanakanlah kerja yang engkau lakukan tanpa pamrih, Serahkanlah seluruh perbuatanmu kepada-Ku, bebaskan dirimu dari kerinduan dan kepentingan itu, berjuanglah jangan hiraukan kesedihan.
Setiap kerja menambahkan satu mata rantai terhadap ikatan samsara dan membawa pada pengulangan kelahiran. Ini merupakan hukum karma yang pasti. Tetapi, melalui pelaksanaan Karmayoga, akibat karma dapat dihapus, dan karma menjadi mandul. Pekerjaan yang sama, apabila dilakukan dengan sikap mental yang benar, semangat yang benar, kehendak yang benar melalui yoga, tanpa keterikatan dan pengharapan terhadap buahnya, dengan pikiran yang seimbang dalam keberhasilan maupun kegagalan. Tidak ada menambahkan mata rantai terhadap belenggu samsara tersebut. Sebaliknya, memurnikan hati dan membantu untuk mencapai pembebasan melalui turunnya penerangan Tuhan Yang Maha Esa atau merekahnya fajar kebijaksanaan.

4.      Raja Marga

Raja marga yoga adalah jalan yang membawa penyatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa, melalui pengekangan diri dan pengendalian diri dan pengendalian pikiran. Rajayoga mengajarkan bagaimana mengendalikan indria-indria dan vritti mental atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran melalui tapa, brata, yoga dan semadhi. Dalam Hatha yoga terdapat disiplin fisik, sedangkan dalam Raja yoga terdapat disiplin pikiran. Melakukan raja marga yoga hendaknya dilakukan secara bertahap melalui astangga yoga yaitu delapan tahapan yoga, yang meliputi Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Samadhi.
Seseorang yang melaksanakan ajaran raja marga yoga disebut dengan sebutan Yogi. Yogi berkonsentrasi pada cakra-cakra, pikiran, matahari, bintang, unsur-unsur alam semesta dan sebagainya dan mencapai pengetahuan supra manusia dan memperoleh penguasaan atas unsur-unsur tersebut. Daya konsentrasi hanya kunci untuk membuka rumah tempat penyimpanan kekayaan pengetahuan. Konsentrasi tak dapat muncul dalam waktu seminggu atau sebulan, karena ia memerlukan waktu. Pengaturan dalam melaksanakan konsentrasi merupakan kepentingan yang utama. Brahmacarya, tempat yang dingin dan sesuai, pergaulan dengan orang-orang suci (satsanga) dan sattvika merupakan alat bantu dalam konsentrasi.
Konsentrasi dan meditasi menuntun menuju Samadhi atau pengalaman supra sadar, yang memiliki beberapa tingkatan pendakian, disertai atau tidak disertai dengan pertimbangan (vitarka), analisa (vicara), kebahagiaan (ananda), dan kesadaran diri (asmita). Demikian, kailvaya atau kemerdekaan tertinggi dicapai.
Dari keempat jalan tersebut semuanya adalah sama, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah, semuanya baik dan utama tergantung pada kepribadian, watak dan kesanggupan manusia untuk melaksanakannya.

1.5  Pelopor Yoga

Riwayat Hidup Pendiri Filsafat Yoga (Mahayogi Patanjali). Pendiri yoga dan penulis Sutra Patanjali dipercaya  pernah hidup dan bertapa didekat gunung Himalaya ribuan tahun yang lalu. Paling tidak diperkirakan sebelum Gautama Budha lahir. Akan tetapi kita tidak memiliki bukti otentik apa pun selain buku karyanya yang terkenal yaitu Yoga Sutra. Ini yang menjadikan riwayat hidup beliau masih simpang siur. Ada legenda yang meyebutkan bahwa ia pernah hidup di meru mountain. Ibunya bernama Gonika, sedangkan ayahnya bernama Anggiras tapi semua ini masih diteliti secara dalam.
Yoga Sutra yang ditulis dalam bahasa Sansekerta memberikan gambaran tentang pemikiran patanjali bahwa ia adalah seorang yang pernah bertapa puluhan tahun. Kemudian mendapatkan berbagai daya-daya kesempurnaan. Hebatnya ia tidak terjerumus dalam pencapaiannya hingga akhirnya beliau pun mecapai kesempurnaan. Patanjali bukan hanya menulis Yoga Sutra tapi ia juga menulis buku tentang tata bahasa yang bernama Mahabhasya. Itu bearti ia sangat peduli tentang perkembangan bahasa Sansekerta dengan tujuan agar murid-muridnya tidak salah paham tentang sutra-sutra yang ia tulis dalam Yoga Sutra. Beliau membagi Yoga Sutra dalam 4 bagian yaitu Intisari yoga (SamadhiPada), Persiapan Yoga (Sadhanapada), Hasil Yoga (VibhutiPada) dan Kesempurnaan(KaivalyaPada) melalui sutra-sutra, Patanjali terlihat ingin agar manusia tidak begitu menghabiskan waktu untuk membahas tentang agama, budaya, atau pun suatu konsep tertentu, melainkan bila telah mengetahui diri sendiri, maka manusia tidak akan bertengkar atas nama agama, budaya, dan ras. Dengan demikian apabila manusia tidak mengenal diri sendiri, maka sulit baginya untuk mendapatkan kedamaian. Beberapa diantara Yogi yang sarjana yang pernah memberikan komentar tentang Yoga Sutra adalah Yoga Bhasya oleh Maha Rshi Vyasa, Yoga Varttika oleh Vijana Bhiksu, dan Tatwa Vasardi olehVacaspati Misra.
Demikianlah Sang Rsi yang pernah lahir dibumi namanya akan menjadi kekal karena memperkenalkan yoga untuk semua umat manusia. Patanjali menjadi orang yang pertama dan mungkin yang terakhir yang akan selalu diingat oleh semua pencipta yoga. Hampir semua cabang yoga yang berkembang diseluruh dunia menerima patanjali sebagai pendiri yoga dan menerima beliau sebagai Guru sejati yoga.