Rabu, 08 Oktober 2014

Pengertian Yoga



1.1            Pengertian Yoga
Ajaran yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali.beliau mengartika Yoga sebagai cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran. Yoga merupakan ajaran yang sangat popular dikalangan umat Hindu. Yoga berasal dari Bahasa Sansekerta dan berakar kata yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (Atman) dengan roh universal (paramatman). Yoga adalah salah satu jalan keselamatan dalam Hinduisme, yaitu cra mencapai Moksa atau kelepasan.
Orang yang melakukan tapa yoga disebut Yogi, Yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi wanita.
Sastra hindu yang memuat ajaran yoga adalah Bhagavadgita. Klasifikasi ajaran yoga tertuang dalam Bhagavadgita, diantaranya adalah Karma Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga, Dan Raja Yoga.
1.2            Sejarah Yoga
umat Yoga sesungguhnya sudah ada sebelum 3000 tahun SM, jauh sebelum hindu lahir di India (1500 SM). Meski tidak ada fakta yang utuh untuk bisa menjadi semacam penjelasan sejarah, diperkirakan yoga berawal sejak mulianya peradaban manusia di daratan asia selatan (sekitar India, Napel, Pakistan, dan diperkirakan sudah ada sejak 7000 tahun yang lalu). Yoga pada masa itu pada hakekatnya merupakan bagian dari produk budaya masyarakat disana (menurut mitis yoga prtama kali dicetuskan oleh yigi Siva dari Himalaya).
Melalui peninggalan arkeologis diketahui bahwa bukti yoga sudah ada seiring adanya civilisasi yang cukup maju dari suku bangsa Dravida disekitar lembah sungai Indus, yaitu melalui sisa-sisa peninggalan di kota Harappa dan kota

1

 Mahenjodaro dimana diketemukan juga artefak dan patung- patung yogi yang sedang melakukan fase-fase yoga.
 Lalu sekitar 1500-1000SM datanglah apresiasi dari suku arya yang datang dari barat laut India, membawa budaya Indi-Eropa dan menbdesak masyarakat pribumi kedaerah tandus di ujung selatan. Meski terjadi agresi, fungsi cultural diantara keduanya pun tidak dapat dihindari kemudian melahirkan budaya baru yaitu Hinduism. 
Dalam periode Veda kemudian ada reg Veda, Sama Veda, Jayu Veda, dan Atharva Veda yang kesemuanya dihimpun menjadi Ayurveda yang mempunyai arti pengetahuan tentang hidup (seni pengobatan). Pada saat ini hanya kaum yang terpelajar atau kaum Brahmin yang dapat membaca dan menulis untuk dapat mengajarkan kebajikan.
Pada tahun 600 SM, sudah banyak aliran filsafat disana dan yang terkenal sampai sekarang diantaranya Gautama (budha) dan Vadhamana (jain). Sekitar tahun 200-100 SM seorang yogi Patanjali sebagai pencetus yoga generasi kedua.
Jadi pada awalnya yoga merupan sebagian dari produk budaya masyarakat india dan yoga bukanlah suatu agama atau sekta, melaikan suatu system atau alat untuk mengembangkan diri.
Penyebaran yoga dari India ke Indonesia disebarkan oleh Maha Rsi Agastya dari Kasi, Benares India. Seterusnya sejarah perkembangan ajaran yoga tidak bisa dipisahkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan diindonesia seperti : Kerajaan kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Mataram.





2

1.3            jenis-jenis yoga
Secara garis besar ada 4 jenis yoga yaitu:
  1. Karma Yoga
Karma yoga adalah satu  macam yoga dalam agama hindu. Filsafat dan penjelasan mengenai Yoga ini diuraikan pada bab ketiga dalam kitab Bhagavadgita, yaitu bab Karma Yoga. Bab tersebut terdiri dari 43 sloka, berisi Kotbah krisna kepada Arjuna yang menguraikan filsafat hindu mengenai karma (perbuata,: kewajiban) dan phala (hasil buah).
  1. Bhakti Yoga
Bhakti Yoga adalah istilah dalam agama hindu yang merujuk praktik pemujaan dengan tulus ikhlas kepada Tuhan. Bhakti yoga diterangkan dalam bab ke dua belas dalam kitab Bhagavadgita.
  1. Jnana Yoga
Jnana Yoga adalah salah satu macam yoga dalam ajaran Agama Hinndu. Dalam Bahasa Sansekerta Jnana berarti pengetahuan. Filsafat Jnana Yoga ini dijelaskan pada bab keempat dalam kitab Bhagavadgita, yaitu bab Jnana Yoga.
  1. Raja Yoga
Raja Yoga adalah yoga yang dilakukan dengan cara mempraktekkan secara langsung tata cara pengendalian pikiran dan kesadaran indra-indra manusia. Raja yoga memuat tentang disiplin fisik dan pikiran, hasil dari semua itu disebut pencerahan.




3

BAB II
PEMBAHASAN
         
2.1 Pengertian Bhagavadgita
            Dalam kitab Bhagavadgita disebutkan beberapa pengertian tentang Bhagawadgita, yaitu:
1)      Bhagavadgita adalah sebagai pancamo Veda yang bersifat suplemen, penggunaan istilah Upanisad pada beberapa bab didalam Bhagavadgita menunjukkan bahwa Bhagavadgita adalah sebuah upanisad dan sering disebut dengan nama ”Gitopanisa” juga dianggap sebagai inti sari dari semua sastra dan upanisad itu sendiri adalah veda yang tergolong sruti.
2)      Bhagavadgita adalah ajaran mistik. Ilmu mistik dalam agam hindu dikenal dengan Raja Yoga, bertujuan untuk menguak tabir rahasia ketuhanan sehingga dengan demikian mudahlah bagi umatnya melaksanakan jalan lintas itu menuju kekekalan Brahman atau Nirvana Brahman atau Moksa.
3)      Bhagavadgita adalah kitab Yoga karena semua bab disebut ajaran Yoga. Yoga adalah satu sistim dan satu metode menghubungkan diri atau bersembah pada Tuhan agar mendapatkan rahmat dari pada-Nya.
4)       Bhagavadgita adalah kitab tatwa Darsana yang membahas konsepsi filsafat samkya dan Yoga, dan karena itu cara pandangan penyajian materialnya mendekati system filsafat samkya dan Yoga.



4

2.2 Aspek-Aspek Yoga dalam Bhagavadgita
               Setiap system pemikiran filosofi india member kita jalan praktis dalam mencapai tujuan tertinggi. Bhagavadgita bukan hanya member kita metavisika(brahma vidya), tetapi juga disiplin (Yoga sastra). Yoga berarti mengikat daya-daya psikis seseorang, menyeimbangkan dan mempertingginya. Dengan mengikatkan bersama-sama dan menmanfaatkannya, dengan mengkonsetrasikan secara intrensif energy-energi pribadi kita memaksa jalur ego sempit menuju pribadi transcendental. Arjuna memiliki delapan belas bab yang masing-masing dibahas secara khusus , yaitu sebagai berikut :
 Bab I Arjuna Wisada Yoga
                Bab I dalam Bhagavadgita . memulai pandangan ajaran bersandar pada dialektika teori komplik mengenai hakekat yang dialami oleh manusia. Arjuna Wisada Yoga atau ajaran keragu-raguan dalam diri Arjuna, setelah ia menyaksikan saudar, guru, sahabat yang siap untuk bertemput dikurukshetra. Ia menyadari dampak peperangan yang akan terjadi, dan dianggap bertentangan dengan ajaran Dharma.
                Pertentangan ajaran Dharma yang terjadi dalam diri Arjuna, antara lain adalah (1) Ajaran ahimsa,(2) larangan membunuh guru sebagai dosa besar. (3) Ajaran vairagya, yaitu sebagai system pencapaian tujuan moksa. (4) Timbulnya kemerosotan moral dan musnahnya tradisi leluhur, sebagai ekses terjadinya peperangan. (5) Kekacauan dalm system vanasrama-dharma termasuk persepsi timbulnya kekacauan dalam jatidharma dan dharma.
            Seperti disebitkan dalam Bhagavadgita (1.33)
            Yesam arthe kankstam no rajyam bhogah sukhani ca,
            Tai me vastitha yuddhe pranams tyaktva dhanani ca,
            Artinya :
 Untuk siapa kita perebutkan kerajaan, kebahagiaan dan kesenangan yang mereka    pertahankan, berada di sini siap untuk perang dengan mengorbankan jiwa dan harta benda mereka.
5
            Semua analisis pikiran Arjuna yang dilihan secara empiris pada hakekatnya banyak terjadi pertentangan didalam penerapan ajaran moral agama sehingga bila tujuan hidup agama itu harus dinetralisir, apapun dalihnya peperangan itu bertentangan dengan agama.
Bab II Samkya Yoga
            Krisna yang menanggapipandangan dan perasaan yang alami oleh Arjuna . sebagai berikut :
            Konflik yang terjadi setiap diri manusia pada hakekatnya bersumber pada beberapa sebab , yaitu :
1.      Sifat lemah yang ada pada diri manusia yang mudah menyerah pada keadaan. Sifat lemah ini disebut anarya.
2.      Kebodohan atau avidya pada hakekatnya menimbulkan kesalah pengertian tentang ajaran serta pengertian.
            Disebutkan dalam Bhagavadgita (II.37)
            Hat ova prapsyasi svargam jitva va bhoksyase mahim
            Tasmad uttista kaunteya yuddhaya krta-niscayahdunia.
            Artinya:
            Dengan kematian itu engkau memperoleh surge atau kalau mengang engkau akan menikmati kebahagiaan. Oleh karena itu bangkitlah, wahai Arjuna, bulatkan tekad untuk berperang.
            Pada haketkatnya Samkya Yoga adalah ajaran kefilsafatan (tattva darsana). Bab ini berisi percakapan antara Arjuna dan Krisna mengenai kematian dan kehidupan. Krisna menjelaskan tentang sifat-sifat roh menurut filsafat samkya kepada Arjuna. Bab ini juga menjelaskan fenomena perjalan setelah mati dan kesedihan yang tak perlu karena karena kematian kerabat.

6
            Dalam kitab Mahabharata yang keenam (Bhismaparva) diceritakan bahwa ketika Arjuna melihat suasana medan perang di kurukshetra, ia dilanda ketakutan kehilangan sanak keluarga yang dicintainya. Ia mengangggap membunuh keluarga sendiri demi mendapat kepuasan duniawi merupakan perbuatan yang termasuk dosa. Ia juga enggan berperang dengan kakeknya demi memperebutkan sebuah kerajaan.
Bab III Kama Yoga
            Pada bab ini membahas tentang dasar-dasar pengertian Karma Yoga yang dibedakan dari ajaran Samkya Yoga. Kedua ajaran ini dibahas dari aspek ajaran Yopga dan Samkya. Dengan memahami kesalah pengertian karma yoga sebagai satu system yang dianggap bertentangan dengan system samnyasa.
            Jnana dengan jnana yoga merupakan inti ajaran samkya, sebaliknya samkya atau tindakan tidak harus berarti sama dengan jnana. Tentang karma ini debedakan dalam Bhagavadgita kedalam dua bentuk, yaitu: (1) Subha karma (perbuatan baik). (2) Asubha karma (perbuatan yang tidak baik).
            Adapun perbuatan yang tidak baik dibedakan pula antara dua macam, yaitu: Akarma dan Vikarma.
            Dengan demikian ada tiga macam bentuk tindak perbuatan, yaitu: Karma (perbuatan baik), Akarma (tidak berbuat), dan Aikarma (perbuatan yang keliru).
            Yang diharapkan dari ajaran Karma Yoga ini adalah tercapainya tujuan yang merupakan kebebasan,yaitu: moksa atau siddhi (kesempurnaan). Di dalam Bhagavadgita ada dua macam pengertian kata karma, yaitu: karma dalam arti ritual, dan karma dalam arti perbuatan atau tingkah laku.
            Disebutkan dalam Bhagavadgita (III.43)
            Enam buddheh param buddhva samstabhya tmanam atmana,
            Jahi satrum mana-baho karma-rupamdurasadam.

7
           
Artinya:
            Jadi dengan mengetahui dia menjadi lebih agung dari kecerdasan, dengan mengendalikan sang diri dengan sang diri, basmilah musuhmu dalam wujud hawa nafsu yang sulit ditundukkan, wahai Mahabahu.
Bab IV Jnana Yoga
            Jnana yoga yang sudah berkali-kali dijelaskan oleh Sri Krisna kepada umat manusia untuk menjadikannya manusia-manusia bijak dalam tujuan pengembaraan kehidupannya. Jnana yoga juga sebagai satu-satunay cara mencapai kelepasan(moksa), sebagai tema utama dalam sebagian besar kitab Upanisad, disamping kegiatan kerja tanpa pamrih yang tidak membelenggu, demikian juga kurban kebijaksanaan sebagai kurban tertinggi, karena kebijaksanaan itu sendiri akan membakar habis segala dosa dan akibat dari perbuatan.
            Disebutkan dalam Bhagavadgita(IV.23)
            Gata sangasya muktasya jnanavasthita-cetasah,
            Yajnayacaratah karma samagram praviliyate.
            Artinya :
Yang bebas terlepas dari ikatan pikiran, terpusat pada ilmu pengetahuan, melaksanakan kerja demi pengabdian, segala kerjanya akan luluh dengan sendirinya.
Bab V Karma Samnyasa Yoga
         Pada bab ini intinya mencoba memperbandingkan antara dua system jalan menuju kesempurnaan, yaitu karma samnyasa di satu pihak dan yoga bagian kedua. Penjelasan bab V merupakan penjelasan pengertian dari ajaran yang telah dalam bab IV tentang arti jnana Yoga.
           


8
Disebutkan dalam Bhagavadgita (V.2)
            Samnyasa karma-yogas ca nihsreyasa-karav ubhau
            Tayos tu karma-samnyasat karma yoga visisyate.

melakukan sannyasa dan menjalankan yoga keduanya membawa kebahagiaan tertinggi tetapi diantara keduanya ini, melakukan karma yoga lebih baik dari pada meninggalkan kegiatan kerja.
            Dalam Yoga, karma itu tetap ada tetapi bukan untuk dimotivasikan untuk kepentingan pribadi melaikan pelepasan keakuan terhadap benda-benda duniawi dengan memutuskan perhatian pada kebaktian kepada Tuhan yang Maha Esa dengan besemadi.
Bab VI Dhayana Yoga
         Bab keenam dalam kitab Bhagavadgita yang menguraikan filsafat Hindu menengani Dyana. Bab ini terdiri dari 47 sloka. Bab ini berisi khotbah krisna kepada Arjuna mengenai pembebasan diri dari ikatan duniawi.
            Menurut Bhagavadgita, makhluk hidup yang terperangkap oleh tenaga material akan terikan oleh hal-hakl duniawi. Apabila seseorang memiliki mpengetahuan yang lengkap,ia akan melepaskan diri dari segala kegiatan yang dapat memuaskan indera-indra material. Orang yang mampu melepaskan diri dari kegiatan yang mampu memuakan indra-indranya disebut yoga.
            Disebutkan dalam Bhagavadgita (VI.4)
            Yada hi nendriyarthesu na karmasv anusajjate
            Sarva-sankalpa-sannyasi yogarudhas tadocyate



9
            Artinya:
bila merasa benar-benar bebas dari ikatan obyek panca indra atau kegiatan kerja, dan mereka melepaskan segala niat keinginan, maka ia dikatakan mencapai yoga.
Bab VII Jnana Vijnana Yoga
         Bab ini terdiri dari 30 sloka, yang membentuk dialog antara Krisna dan Arjuna, dua ksatria yang terlibat dalam perang di Kurukshetra. Ajaran yang terkandung di dalamnya menekankan hal-hal mengenai pemujaan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
            Dalam Bhagavadgita (VII.29)
            Jara-marana-moksaya mam asritya yatanti ye
            Te brahma tad viduh krtsnam adhyatmam karma cakhilam.
            Artinya:
            Mereka yang berlindung kepada Ku, dan berusaha untuk dapat lepas dari umur tua dan kematian, mereka menyadari sepenuhnya Brahman, sang diri pribadi dan segala karma.
Krisna menjelaskan bahwa ada empat macam manusia yang mendekatkan diri kepada Tuhan, yaitu orang yang sedang kesusahan, orang yang mencari ilmu, orang yang mengejar kekayaan, dan orang yang berbudi luhur. Diantara keempatnya orang yang berbudi luhurlah yang dianggap mulia, sebab orang seperti itu tidak mengharapkan pahala dan menyerahkan diri kepada Tuhan secara tulus iklas. Pemujaan kepada dewa tidak dilarang justru diberikan pahala yang setimpal, sesuai dengan penyerahan diri kepada dewa yang dipuja.



10

Bab VIII Aksara Brahman Yoga
         Inti bab VIII adalah bertujuan menjawab pertanyaan Arjuna tentang Brahman-addhyajna dan karma. Yang sangat menarik pada bab VIII adalah cara pendekatan pengertian yang dapat member uraian yang jelas tentang Brahman dengan adhyaman yang pada hakekatnya adalah sama denaga Param Atman.
            Dalam Bhagavadgita (VIII.3) disebutkan
            Aksaram Brahma paramam svabhavo dhyatmam ucyate
            Bhuta-bhavodhava=karo visargah karma-sanjnitah
            Artinya:
            Yang kekal abadi, maha agung, adalah Brahman; persemayamannya dalam badan individu dinamakan adhyatmam; karma adalah nama yang diberikan pada persembahan yang melahirkan makhluk hidup didunia.
            Sebagaimana Atman mempunyai basis adhyatman(Brahma) demikian pula tentunya hakekat bhuta, yaitu panca maha bhuta dengan adhibhuta dalam system Vedanta.
             Yajnya ini merupakan awal dan karena cukup beralasan kalau Arjuna mempergunakan istilah adhiyajna.
Bab IX Raja Widya Raja Guhyha Yoga
            Adalah bab kesembilan dalam kityab Bhagavadgita. Bab ini mengandung 34 sloka. Dalam bab ini membahas hakikat dasar-dasar ajaran raja yoga.hakikat raja hanyalah sebagai istilah untuk menunjukkan raja dari semua ilmu yaitu ajaran ketuhanan. Dalam hubungan ini Krisna tidak saja menjelaskan arti dan kedudukan Tuhana sebagai Brahma, sebagai Bapak atau sebagai pelindung dan pencipta tetapi juga bagaimana alam semesta ini diciptakan dan menjelaskan pengewtahuan tertinggi dan rahasia untuk mencapai Brahman.
           
11
            Dalam Bhagavadgita (IX.1) disebutkan
            Idam tut te guhyatmam pravaksyamy anasuyave,
            Jnanam vijnana-sahitam yaj jnava moksyase subhat.
            Artinya:
            Kepadamu yang tidak lagi merajuk, akan Ku jelaskan, yang paling rahasia dari kebajikan dan penerapan berbagai aspeknya yang setelah mengetahuinya, engkau terhindar dari kejahatan.
Bab X Vibhuti Yoga.
            Bab ini terdiri dari 42 sloka. Dalam bahasa sansekerta, vibhuti berarti kekuatan yang melebihi manusia. Sesuai dengan judulnya, dalam bab ini krisna menjelaskan berbagai manifestasi Brahman dalam alam semesta, mulai dari manusia, binatang, tumbuhhan, hingga benda angkasa. Segala keagungan disetarakan dengan Brahman. Bagi pengikut Waisnawa, khususnya pemuja Krisna, segala keagungan tersebut ditunjukkan kepada Krisna.
            Dalam Bhagavadgita(X.41) disebutkan
            Yad-yad vibhutimat sattvam srimad urjitham eva va
            Tat-tad evavagaccha tvam mama tejo-msa-sambhavam
            Artinya:
            Apapun yang memiliki kemuliaan, kemakmuran dan kekuasaan;
            Ketahuilah bahwa semua itu, ini berasal dari asprecik kecemerlangan-Ku.
Bab XI Visvarupa Darsana Yoga
Adalah bab kesebelas dalam Bhagavadgita. Yang terdiri dari 55 sloka. Dalam bahasa sansekerta, visvarupa berarti wujud semesta.


12
            Dalam bab ini krisna menunjukkan wujud yang sebenarnya kepada Arjuna, setelah Arjuna diberikan penglihatan Dewata. Wujud krisna sangat luar biasa, agung, tak terbatas, memenuhi angkasa dan cemerlang.
            Dalam Bhagavadgita (XI.5) disebutkan
            Pasya me partha rupani sataso tha sahasrasah
            Nana-vidhani nana varnakrtini ca.
            Artinya:
            Lihatlah pada wujud-Ku, wahai partha (Arjuna), berates-ratus, beribu-ribu, berbagai macam wujud ilahi, beraneka bentuk dan warna.
            Bhagavadgita mendekrifsikan wujud semesta Krisna dengan berbagai tangan, perut, dan wajah yang tak terhitung jumlahnya. Didekrifsikan juga dengan mahkota,gada, dan artribut mewah kainnya yang tersebar dimana-mana. Wujud Krisna juga dihiasi dengan taring-taring mengerikan. Ia turun kedunia untuk memusnakan manusia yang jahat. Setelah menunjukan wujud semestanya, krisna kembali ke wujud manusia.
Bab XII Bhakti Yoga
            Adalah istilah dalam Agama Hindu yang merujud pada paraktik pemujaan secara tulus iklas kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kpribadiaanya. Bhakti Yoga diterangkan pada bab ke XII , bab ini mengandung 20 sloka. Dalam bab ini Krisna menjelaskan cara berserah diri kepada Tuhan. Krisna juga menjelaskan ada banyak cara mencapai Tuhan , yaitu : dengan melakukan yoga, dengan mempelajari ilmu pengetahuan, dengan bermeditasi, dengan berkerja tanpa pambrih.
            Dalam Bhagavadgita(XII.16) disebutkan
            Ananpeksah sucir daksa udasino gata-vyathah
            Sarvarambha-parityagi yo mad-bhaktah sa me priyah

13

            Artinya:
            Dia yang tidak mengharapkan apapun, murni dan giat, tak peduli, tak terusik, yang telah memiliki pamrih apapun, dialah pemuja yang Ku kasihi.
Bab XIII Ksetra-Ksetrajna Yoga
            Bab ini membahas hakekat Ketuhanan yang Maha Esa yang dihubungkan dengan hakekat purusa dan prakerti (pradana) sebagai nama rupa. Kebutuhan nama rupa yang digelari dengan purusa dan prakerti adalah untuk member landasan untuk menjelaskanbagaimana kita dapat mengenal Tuhansebagai hakekat yang Maha mengetahui dan bagaiman pula proses kejadian dari purusa dan prakerti sampai pada segala untuk ciptaan alam semesta melalui proses kejadian.
            Dalam Bhagavadgita (XIII) disebutkan
            Prakrtim purusam caiva ksetra-jnam eva ca
            Etad veditum icchami jnanam jneyam ca kesava.
            Artinya:
            Prakerti dan purusa, ksetra dan ksetrajna, pengetahuan, dan apa yang harus diketahui, semua ini saya ingin mengetahuinya, wahai Krisna.
            Disamping semua itu bab ini bertujuan untuk menjelaskan sifat yang dimiliki oleh orang yang dapat dikategorikan sebagai arif bijaksana untuk itu Krisna member uraian tentang kebaikan dan sifat rendah hati.
Bab XIV Triguna Vibhaga Yoga
            Triguna merupakan tiga sifat yang mempengaruhi baik buruk suatu perbuatan manusia. Ketiga macam guna yang dimaksug yaitu satwam,rajas, dan tamas. Manifestasi guna dalam diri seseorang dapat dilihat dari bentuk tingkah laku mereka sebagai refleksi dari Triguna.

14
            Dalam Bhagavadgita (XIV.5) disebutkan
            Satvam rajas tama iti gunah prakrtisambhavah
            Nibadhnanti mahabaho dehe dehinam avyayam
            Artinya:
            Satvam-rajas-tamah, ini adalah guna (sifat hakekat) yang lahir dari prakrti, wahai yang berlengan perkasa, Arjuna, yang mengikat penghuni badan yang kekal itu dengan eratnya.
            Khusus untuk sifat-sifat seseorang yang telah dapat mengatasi pengaruh Triguna digambarkan sebagai seseorang yang memiliki watak yang tidak membenci, slalu hidup dalam keadaan tenang, tidak memiliki pertentangan batin sebagai akibat pengarus sifat-sifat yang bertetangan dalam diri pribadinya.
Bab XV Purusottama Yoga
            Purusotama atau purusa utama adalah purusa yang maha tinggi, yaitu hakekat Ketuhanan Yang Maha Esa dan didalam uraian ini tidak lain dari hakekat aku yang transedental. Ia adalah Brahman.
            Dalam Bhagavadgita (XV.17) disebutkan
            Uttamah purusas tv anyah parmatmety udahrtah,
            Yo loka-trayam avisya bibiharty avyaya isvarah.
            Artinya :
            Sesungguhnya purusa uttama desebutkan dengann gelar lain, sang diri tertinggi, pengusaha utama yang meliputi tiga dunia ini (untuk) memeliharanya.



15
            Didalam pembahasan ini untuk menggambarkan dengan jelas agar diketahui   hakekat hubungan antara sang pencipta dengan segala ciptaannya. Krisna mengibaratkannya sebagai sebuah pohon asvattha atau ficus religious (semacam pohon beringin) dimana kalau pohon itu berakar, berbatang, berdaun, dan yang lain-lainya maka akarnya (asalnya) adalah purusa itu sedangkan kejadian lainnya adalah batang, dahan, dan daun-daunya. Tetapi kita juga diajarkan bahwa Tuhan itu ada diatas dank arena itu pohon asvattha dikatakan akarnya ada di atas yang kemudian batangnya berjurai kebawah dengan sifat-sifatnya adalah semua ciptaannya. Purusotama adalah adhyatman yang berarti atman yang menghidupi mahluk ciptaan itu bertebaran kebawah.
Bab XVI Daivasura Sampad Vibhaga Yoga
         Pada bab ini intinya membahas hakekat tingkah laku manusia yang dikenal sebagai perbuatan baik dan perbuatan buruk. Kedua hal ini merupakan inti pertanyaan Arjuna.
            Dalam bhagavadgita (XVI.7) disebutkan
            Pravrttim ca nivrttim ca jana na vidur asurah
            Na saucam napi cacaro na satyam tesu vidyate
            Artinya:
            Yang jahat tidak boleh mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak,
            Demikian juga mereka tidak memiliki kemurnian, kelakuan baik maupun kebenaran.
            Di dalam menjawab pertanyaan ini krisna menggambarkan tentang sifat-sifat yang disebut sifat Dewata dan sifat-sifat jahat sebagai sifat-sifat raksasa atau asura.
            Mulai dari syair 1 sampai 3 adalah gambaran tentang sifat-sifat mulia sedangkan sifat-sifat asura adalah yang berlawanan dan diperinci dalam syair 4 dikemukakan pula bahwa secara impiris tidak ada manusia yang hidupnya sempurna dank arena itu Krisna mendesak agar Arjuna atau siapa saja yang tidak putus asa dan tidak pula merasa takut.


16
            Dalam uraianya apa saja yang disebut dalam syair 8 terdapat paham lokayatika atau carvaka sebagai filsafat hedonis telah dikenal pula yang dalam agama Hindu ditentang sebagai filsafat Amoral. Dari syair 24, yang berakhir pada bab XVI Krisna menegaskan agar kitab sastra dan Weda supaya dipedomani. Kitab sastra adalah kitab smrti sebagai lawan dari kitab sruti.
Bab XVII Sradha Traya Vibhaga Yoga
         Sraddha Traya Vibhaga Yoga bertujuan untuk meyakinkan agar berkeyakinan akan tiga hal yaitu Triguna. Penekanan ini sebagagai penanggulangan adalah untuk meyakinkan pelayan sikap mental yang positif terhadap pandangan pengaruh yang timbul karena Triguna dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup, bagian ini merupakan landasan etika atau dharma. Keyakinan yang kedua adalah hakekat ucapan AUM (OM) Tat Sat sebagai pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Ada tiada lain kecuali Yang Maha Abadi yang disebut pula aksara Brahman. Yang ketiga adalah keyakinan akan tercapainya moksa yang juga disebut Brahma Nirvana.
            Dalam bhagavadgita  (XVII.2) disebutkan
            Tri-vidha bhavati sraddha dehinam sa svabhava-ja
            Sattviki rajasi caiva tamasi ceti tam srnu
            Artinya:
            Ada tiga macam keyakinan, yang tergantung kepada watak perwujudan badan, yaitu bersifat sattva,rajas, dan tamas.
Bab XIII Samnyasa Yoga
            Bab ini merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan pelaksanaan agama yang tertinggi, yaitu Brahma nirvana sebagai sumumbonum dengan kesimpulan ini maka jelas kepada kita bahwa Bhagawadgita mencoba mendorong Arjuna untuk bertindak tanpa ragu dan tidak mengikatkan diri pada apa kewajiban itu dan apa pula akibatnya, melainkan bertindak dan pasrah kepada Tuhan sebagai Yang Maha mengatur

17
sehingga dengan demikian rasa berdosa itu dapat diatasi.
            Dalam Bhagavadgita (XVIII.57) disebutkan
            Cesata sarvakarmani mayi sannyasya mat-parah,
            Buddhi-yogam upasritya mac-citah satatam bhava.
            Artinya:
            Dengan menyerahkan segala kegiatan kerja secara mental kepada-Ku, menjadikan aku sebagai tujuan tertinggi dan berlindung kepada buddhi-yoga pusatkanlah pikiranmu pada-Ku.
2.3 Aplikasi Kekinian Dalam Konteks Aspek-Aspek Yoga Dalam 
Bhagavadgita.
Inti dari Bhagavadgita adalah “dharma ksethra mama” yang artinya “medan kewajibanku”. Seseorang yang telah membaca Bhagavadgita serta memahaminya dituntut agar dapat melakukan kewajibannya (dharma) sesuai dengan profesinya masing-masing.
Bhagavadgita tidak memberikan argumentasi apapun dalam menunjang posisi metafisikanya. Realitas yang tertinggi bukanlah pertanyaan yang harus dipecahkan dengan dealetika dan mayoritas umat manusia tidak akan mampu untuk memahaminya. Hanya pengalaman spiritual yang dapat memberikan bukti-bukti tentang keberadaan Atman dan Brahman.
Dalam Bhagavadgita, Sri Kresna merupakan penguasa tertinggi, kesatuan yang berada dibalik alam semesta ini, sebagai kebenaran abadi yang berada dibalik semua penampakan ini, yang melampaui segalanya. Krisna adalah Tuhan yang berwujud, untuk mempermudah manusia-manusia fana mengenalnya, terutama bagi mereka yang mencari Brahman abadi.



18
Sumber
PUDJA, GEDE, 1999, BHAGAVAD GITA, SURABAYA : PARAMITA




           
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar