AJARAN YOGA
Ajaran
Yoga adalah bagian dari ajaran Sad Darsana. Pendirinya adalah Maharsi
Patanjali, yang menulis ajaran Yoga dalam bukunya adalah Yogasutra. Tujuan yank
ingin dicapai oleh ajaran Yoga ialah bersatunya Sang Jiwa dengan JIwa Maha
Agung. Sang Jiwa individu adalah suci murni, karena adanya ikatan mayayang
berupa Triguna maka ia mengalami Samsara yaitu lahir berulang-ulang.
Ajaran
Yoga adalah merupakan anugraha yang luar biasa dari Maharsi Patanjali kepada
siapa saja yang melaksakan kehidupan rohani. Ajaran ini merupakan bantuan
kepada mereka yang ingin mengisafi kenyataan bahwa jiwa sebagai azas yang
bebas, bebas dari tubuh, indrianya dan pikirannya yang terbatas. Yang amat
penting dari ajaran Yoga adalah untuk memperoleh wiwekajnanayaitu pengetahuan
yang membedakan antara yang salah dengan yang benar sebagai dasar untuk
mencapai kelepasan.
Hampir
semua ajaran agama Hindu mengenal ajaran Yoga karena ajaran Yoga sudah ada
dalam kitab suci Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Untuk dapat
seseorang mengerti dan menghayati ajaran agama Hindu hendaknya mereka memiliki
pikiran suci dan tenang. Hanya pikiran demikianlah yang dapat mewujudkan
kebenaran agama Hindu. Sehubungan dengan itu Yoga adalah jalan yang
sebaik-baiknya mencapai tujuan itu. Yoga mengajarkan bahwa kelepasan dapat di
capai melalui pengetahuan langsung terhadan perbedaan jiwa-jiwa dengan hal-hal
yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat keakuan. Hal ini dapat
diwujudkan mengenai pengendalian indria, pikiran dan rasa keakuan. Hendaknya di
dasari oleh setiap orang bahwa jiwa itu mengatasi segalanya, kekal abadi dan
bebas dari penderitaan dan kematian.
Yoga merupakan jalan yang praktis untuk mengalami kenyataan jiwa yang demikian
itu dengan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan yoga,sehingga dapat mencapai
kelepasan. Tahapan-tahapan yoga dalam Yogasutra ada delapan tahapan yang
disebut Astangga Yoga, sedangkan dalan lontar-lontar Siwatattwa tahapan yoga
ada enam yang disebut Sadangga Yoga.Yoga dalam lontar-lontar Siwatattwa sesuai
dengan sad angga yoga dalam Maitri Upanisad. Tahapan-tahapan yoga itu bertujuan
untuk menghentikan gerakan pikiran yang disebut Cittawrti Nirodha.
Dari
perubahan Citta inilah Sang Jiwa yang ada dalam diri itu memandang dirinya
mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat salah, benar dan
sebagainya, dimana sesungguhnya Sang Jiwa mengatasi segala hal. Semua perubahan
Citta ini muncul dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi dan
menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini. Adapun kelima klesa itu
adalah sebagai berikut:
1.
Awidya yaitu ketidaktahuan.
2.
Asmita yaitu kesombongan atau keakuan.
3.
Raga yaitu keterikatan dan kesukaan.
4.
Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, antipasti.
5.
Abhiniwesa yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap kematian.
Memang
susah menghilangkan seluruh klesa-klasa itu, namun dalam pelaksaan Yoga
hendaknya menghilangkan klesa-klesa itu, sekurang-kurangnyamemperkecil
pengaruhnya. Setelah Citta mengalami perubahan akibat adanya klesa-klesa itu
maka dalam memusatkan pikiran pada umumnya seseorang dapat diganggu oleh
gerakan Triguna. Kegoncangan ini hedaknya dapat menetralisir sehigga dapat
mencapai pikiran yang tenang dan terkendali.
Sesungguhnya
gelombang-gelombang pikiran itu dapat dihentikan sehingga ia menjadi tenang dan
terkendali melalui tahapan-tahapan Yoga. Adapun tahapan-tahapan Yoga yang di
sebut Astangga Yoga itu diantaranya:
1.1
Yama
Yama
artinya pengendalian diri tahap pertama yang terdiri dari lima perintah, yaitu:
a. Ahimsa artinya tidak menyakiti, tidak
membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup apapun dalam
pikiran, perkataan dan perbuatan.
b.
Satya atinya kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
c. Asteya artinya pantangan mengiginkan
sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau barang dari mencuri.
d.
Brahmacarya artinya pantang menikmati seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e.
Aparigraha artinya tidak menerima penberian yang tidak penting dari orang lain.
Kelima
perintah ini hendaknya wajib dan dipertahankandalam setiap keadaan, karena Yama
merupakan kode kelakuan yang universal yang harus diterima dan tidak memerlukan
penafsiran. Ia merupakan kode alamiah untuk mahluk manusia.
1.2
Niyama
Niyama
artinya pengendalian diri tahap kedua, yang terdiri dari lima perintah
diantaranya:
a. Sauca artinya suci lahir bathin.
Selain untuk meningkatkan kesucian dirinya, Sauca juga menganjurkan kebijakan
untuk melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian pikiran. Saumanasya yaitu hati yang
selalu gembira. Ekagrata yaitu pemusatan budhi dan Atmadarsana yaitu realisasi
diri yang sejati.
b. Santosa artinya puas dengan apa yang
datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan para siswa Yoga pada kebahagian,
sedangkan ketidakpuasan mengantarkan kepada kesusahan.
c. Tapa artinya tahan uji terhadap
ganggun-gangguan. Melalui TApa ini membuat badan menjadi lebihh kuat dan bebas
dari noda-noda dan gangguan-gangguan yang bertentangan dengan dharma.
d. Swadhyaya artinya mempelajari
buku-buku agama dengan teratur. Melalui swadhyaya seseorang akan dapat
mendekatkan dirinya dengan hal-hal yang bersifat Ketuhanan dan dapat pula
memuaskan diri dalam hidup ini. Seseorang akan memperoleh sesuatu dari apa yang
di pelajarinya, direnungkannya dan dari apa yang di puja olehnya. Hal ini
dikenal dengan Istadewata Suprayogah yaitu persatuan yang di cita-citakan.
e. Iswarapranidhana artinya penyerahan
dan pembaktian kepada Tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan seseorang untuk
mencapai Samadhi.
1.3 Asana
Asana
artinya sikap duduk yang kuat dan menyenangkan. Maharsi Patanjali bahwa sikap
manapun untuk menguasai budhi yang tidsk terlalu lama memaksa anggota badan dan
yang dapat dipertahankan cukup lama oleh seorang Yogi adalah baik baginya.
Sehubungan dengan kondisi ini seorang Yogi harus menentukan sendiri yang mana
cocok dengan tujuannya. Jadi tidak ada sikap yang diwajibkan dan yang dapat
diharuskan bagi semua orang sebagai aturan umum. Sikap-sikap itu dipilih
sesukanya.
Yoga
mengajarkan bermacam-macam Asana untuk memelihara kesehatan badan dan penyucian
pikiran. Dengan Asana seseorang akan mampu mengendalikan kerja system saraf
agar terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.
1.4
Pranayama
Pranayama
artinya pengaturan nafas. Pranayama terdiri dari puraka yaitu pemasukan nafas,
kumbhaka yaitu menahan nafas dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan
nafas berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran dan penguatan badan.
1.5
Pratyahara
Pratyahara
artinya menarik indrianya dari wilayah sasarannya dan menempatkannya di bawah
pengawasan pikiran. Bila indriaya dapat diwarisi oleh pikiran maka ia tidak
berkeliaran pada obyek-obyek yang disenanginya, namun ia akan mengikuti
pikiran. Hal ini akan dicapai melalui latihan yang cukup lama dan dengan penuh
kesabaran. Pada umumnya indriya itu cenderung mengejar nafsunya. Tiap alat
indriya memiliki tugasnya masing-masing tetapi semuanya merindukan
kenikmatannya masing-masing.
Seorang
yogi yang hendak membebaskan dirinya dari pengaruh tarikan dari indrianya.
Dengan demikian syarat Pratyahara yang pertama ialah untuk melepaskan alat-alat
indriaya dari nafsunya masing-masing. Sedangkan ayarat yang kedua ialah
membebaskan kegoncangan Citta dari nafsu-nafsu sehingga ia kembali dalam
bentuknya yang murni.
Tentang
Pratyahara Maharsi Patanjali menyatakan sebagai berikut:
Sva viyasa asamprayoga
Cittayasa
svarupa anukara
Iva indriyam pratyaharah
Tatah
parana vasyata indriyanam
Artinya:
Pratyahara
terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya masing-masing, serta
penyesuaian alat-alat indriya dan nafsunya itu dengan bentuk cittanya yang
murni.
Pratyahara
hendaknya ditujukan kepada Tuhan dan dibimbing oleh Tuhan dengan tujuan untuk
melepaskan alat-alat indriya dari hasrat duniawi. Dengan demikian hendaknya
alat-alat indriya itu dikuasai oleh budhi dan akhirnya budhi itulah yang harus
dikuasai dan di arahkan kepada Tuhan.
1.6
Dharana
Dharana artinya memegang dan memusatkan
pikidan pada sasaran yang diinginkan. Sasaran yang diinginkan itu dapat diambil
dari badan dan dari obyek luar. Kemampuan untuk memegang pikiran hendaknya
tetap terpusat pada suatu obyek adalah merupakan suatu ujian memasuki tingkatan
yoga yang lebih tinggi.
1.7
Dhyana
Dhyana berarti aliran pikiran yang
tenang pada suatu obyek tanpa tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini
menyebabkan seseorang memiliki gambaran yang jelas bagian-bagian dari obyek
renungannya. Dalam Yogasutra Maharsi Patanjali mengartikan Dhyana demikian
“tatra pradyaya ekatanata dhyanam” artinya “buddhi yang tiada putus-putusnya
menuju tujuan itulah yang dimanakan Dhyana.”
Seperti air sungai mengalir terus-menerus
kelaut, maka kesadaran diri seluruhnya mengalir terus-menerus kearah Tuhan atau
diri yang agung. Bila hal ini terjadi itulah yang dinamakan Dhyana. Tentang
Dhyana Maharsi Yajanawalkya mengatakan sebagai berikut:
Pranayamair
dahed dosan
Dharanbhisca
kilbisan
Pratyaharasca
sansargan
Dhyanena
asvan gunan
Artinya:
Dengan Pranayama
terbuangkah kotoran badan, kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah
kotoran ikatan, dengan dyana dihilangkan segala apa yang di antara manusia dan
Tuhan.
1.8 Samadhi
Samadhi adalah
persatuan sempurna dari yang dicintai, pencinta dan kecintaan, suatu keadaan
kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan. Dalam keadaan suprakesadaran
transenden, seorang Yogi melupakan diri, ia lupa dimana ia berada, ia
diresapkan sepenuhnya dalam Tuhan.
Dalam Maitri
Upanisad VI. 34 disebutkan tentang Samadhi demikian:
Sebagai
api yang kehabisan bahan bakar, terpadamlah dalam sumbernya sendiri.
Demikianlah pikiran yang kehilangan aktivitasnya, terpendamlah dalam sumbernya
sendiri. Menjadi terpadam dalam sumbernya sendiri karena buddhi mencari yang
sejati. Bagi seorang yang terlihat oleh hal-hal indriya, menyusullah kekuatan
yang palsu. Dengan noda-noda yang suci dicuci melalui pemusatan, alangkah
bahagianya dia yang memasuki Atman, tak mungkin menguraikannya dengan bahasa,
orang harus mengalaminya dengan bathin.
Seorang yang telah mencapai tingkat Samadhi
akan mengalami kebahagian yang tidak dapat diuraikan dengan bahasa, kecuali
harus dialami sendiri dalam bathinnya.
Samadhi dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Samprajnata Samadhi yaitu Samadhi
yang disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Sabija Samadhi.
2. Asamprajnata Samadhi yaitu Samadhi
yang tidak disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Nirbija Samadhi.
Demikan ajaran Astangga
Yoga menurut Maharsi Patanjali yang merupakan suatu petunjuk jalan untuk
persatuan dengan Tuhan.
Di dalam Siwatatwa
terdapat juga ajaran Yoga, tetapi susunannya berbeda dengan susunan Yoga dalam
Yogasutra. Bila dalam Yogasutra susunan Yoga Astanggayoga maka dalam Siwatatwa
adalah Sadanggayoga. Susunan itupun kadang-kadang berbeda antara sumber yang
satu dengan sumber yang lain. Beberapa Upanisad juga memuat ajaran Yoga dalam
Sanggayoga itu. Ajaran Yoga dalam Siwatatwa tidak berjumlah delapan tahapan
tetapi enam tahapan yang disebut Sadanggayoga.
Maîtri Upanisad memuat
ajaran Sadanggayoga yang terdiri dari: Pranayama, pratyahara, dhyana, dharana,
tarka, dan Samadhi. Pranayama ialah pengaturan nafsu, pratyahara ialah
penarikan kesadaran indriya dari dunia luar, dhyana ialah meditasi, dharana
ialah kosentrasi, tarka ialah kontemplasi dan Samadhi ialah absorsi.(Maitri
Upanisad 18. 47)
Adapun beberapa
tatwa-tatwa yang ada di Bali mengenai ajaran Yoga adalah sebagai berikut:
a.
Sadangga Yoga dalam Jnana Siddhanta
Jnana Siddhanta
menerangkan urutan-urutan Sadangga Yoga demikian:
Pratyaharas
tatha dhyanam
Pranayamo
tha dharanam
Tarkas
civa samadhis tu
Sad-anggam
iti kathyate
Nihan
tang sadangga yoga nga, kawruhakena lwirnya: pratyahara yoga, dhyana yoga,
pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi yoga. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Maklumlah
yoga yang berganda enam terdiri atas pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga,
dharana yoga, tarka yoga dan Samadhi yoga.
Adapun penjelasan
masing-masing sadangga yoga itu adalah sebagai berikut:
1. Pratyahara
Yoga
Indriyanindriyarthebhyo
Visayebhayah prayatatah
Santena manasahrtya
Pratyaharo nigadyate
Pratyahara
Yoga ngaranya, ikang sarwendriya winatek haywa wineh ring wisayanya, kinempel
ing citta maho malilang, enak pwa henangheningnya. Mari wisaya. Yeka pratyahara
yoga ngaranya (Jnana Siddhanta 15).
Artinya:
Yang
dinamakan Pratyahara Yoga ialah semua indra hendaknya tertarik dan tidak
diserahkan kepada kekuatan panca indra. Indra itu hendaknya dipusatkan di dalam
bathin yang hening, yang kemurniannya menyenangkan, sedangkan indra-indra itu
tidak aktif lagi. Itulah yang dinamakan Pratyahara Yoga.
2. Dhyana
Yoga
Nirdvandvam
nirvikaram ca
Nisaktam
acalam tatha
Yad
dhruvam dhyayate nityam
Tad
dhyanam iti kathyate
Dhyana
ngaranya, ikang ambek tan parwa-rwana, tan wikara, enak henang-heningnya,
nircancala, umideng tan kawaranan, ekacittanusmarana pinakalaksananya. Yeka
dhyana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang
dinamakan Dhyana ialah bhatin hendaknya tak terbagikan, tak berubah, dalam
kemurniannya menyenangkan, tak dapat digerakkan, tetapi teguh, tak terhalang,
sedangkan cirinya yang khas yaitu dalam kosentrasinya ekacitta. Itulah yang
dinamakan Dhyana Yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhitva
sarva dvarani
Bayum
vahyam prayacchati
Murdhanam
bayunodbhidya
Pranayamo
nigadyate
Pranayama
ngaranya: tutupana ng dwara kabeh: mata, irung, kapo, tutuk. Nda ikang bayu
rumuhun isep, wetwakena ring wunwunan. Kunang yan tan dharaka, dadi wineh
mahawana ring irung, pahalon ikang bayu. Yeka pranayam ngaranya. (Jnana
Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah
yang dinamakan Pranayama: tutuplah semua lubang mata, hidung, mulut dan
telinga. Sesudahnya nafas harap dihirup sebelum dikeluarkan lewat ubun-ubun.
Tetapi bila ini tidak dapat ditahan, boleh juga nafas dikeluarkan lewat hidung
perlahan-lahan. Inilah yang dinamakan Pranayama.
4.
Dharana Yoga
Omkaram hrdaye sthapya
Tato linam
sivatmakam
Sunyatma srutaye
nasty
Dharanam iti
kathyate
Dharana
Yoga ngaranya: Omkara pranawa hana ring hrdaya. Ya teka dharanam. Yapwan hilang
mari karengo ri kala ning yoga, ya teka sunya siwatman kawak bhatara. Yeke
dharana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah
yang dinamakan Dharana Yoga, sukutala Om yang suci ditempatkan di dalam
jantung. Bhatin hendaknya dipusatkan disana. Bila ia lenyap dan tak didengar
lagi pada saat Yoga dilaksanalan, maka ia menjadi sunya, Siwatma yang terwujud
oleh Bhatara. Itulah yang dinamakan Dharana Yoga.
5.
Tarka Yoga
Cittam akasavac
chuddham
Nakasam eva
tattvatah
Paramarthat tu
nihsabdam
Tarkayogo
bhidhiyate
Tarka
Yoga ngaranya: kady akasa rakawa sang hyang paramartha. Nda tan akasa wih, apan
tan hana sabda iriya. Yeka kelingan ing paramartha, palenira sakeng awan-awan,
tuhun papadanira ring malilang. Yeka Tarka Yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang
dinamakan Tarka Yoga ialah memang Sang Hyang Pararmatha itu bagaikan langit,
tetapi sebetulnya bukan langit, karena taj terdapat suara didalamnya, itulah
arti Paramartha, berbeda denga cakrawala, sekalipun terangnya sama. Itulah yang
dinamakan Tarka Yoga.
6.
Samadhi Yoga
Nirupaksam
nihkalpanam
Niralambana
nihsprham
Niravaranam
mihsadhyam
Samadhis tu
nigadyate
Samadhi
Yoga ngaranya: ikang jnana tan pangupeksa, tak pangalpana, tan panawak, tan
hana kahyun itiya, tan hana sadhyanira, malilang tan kawaranan. Yeka Samadhi
yoga ngaranya, ling bhatara. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah
yang dinamakan Samadhi Yoga, bhatin tidak cemas, tidak mempunyai konsep-konsep,
tidak memiliki sesuatu, tak ada keinginan, tak ada obyek, jernih tanpa
halangan. Itulah yang dinamakan Samadhi Yoga, sabda bhatara.
Demikian yang dinamakan Sadangga Yoga
dalam Jnana Siddhanta sebagai ajaran Siwatatwa untuk menuju Tuhan.
b. Sadangga Yoga dalam
Wrhaspati Tattwa
Ajaran yoga dalam Wrhspati Tattwa ada
enam tahapan yang disebut Sadangga Yoga yang urutannya sama dengan yang ada
dalam Jnana Siddhanta.
Pratyaharas
tatha dhyanam
Pranayamasca
dharanam
Tarkascaiva
samadhisca
Sadanggayoga
ucyate
Nahan
tang sadangga yoga ngaranya, ikang ta sadhananing sang mahyun umangguhakena
sang hyang Wisesa denika, hana pratyahara yoga ngaranya, hana dhyana yoga
ngaranya, hana pranayama yoga ngaranya, hana dharana yoga ngaranya, hana tarka
yoga ngaranya, hana Samadhi yoga, nahan tang sadangga ngaranya.(Wrhaspati Tatwa
53)
Artinya:
Adapun
yang disebut Sadangga Yoga, yaitu alat bagi orang-orang yang ingin menemukan
Sang Hyang Wisesa. Ada yang disebut pratyahara yoga, ada yang disebut dhyana
yoga, ada yang disebut pranayama yoga, ada yang disebut dharana yoga, ada yang
disebut tarka yoga, ada yang disebut Samadhi yoga, itulah yang dibut sadangga
yoga.
1.
Pratyahara Yoga
Indryanindriyarthebhyah
Visayebhyah
prayatnatah
Jnatena
manasahrtya
Pratyaharo
nigadyate
Ikang
indriya kabeh winatek sangkeng wisayanya, ikang citta buddhi manah tan wineh
tan maparanparan, kinemitaken citta malilang, yeka pratyahara yoga ngaranya.
(Wrhaspatitattwa 54)
Artinya:
Seluruh
indriya ditarik dari obyeknya, sedangkan citta, budhi dan manah tidak diberikan
mengembara, dijaga oleh citta yang suci. Itulah yang disebut pratyahara yoga.
2.
Dhyana Yoga
Nirdvandvan
nirvikaranca
Nisantamacalam
tatha
Yadrupan
dhyayate nityam
Tad dhyanamiti
kathyate
Ikang
jnana tan pangrwa rwa, tatan wikara, enak haneng-haneng nira, umideng sada tan
kawaranan, yeka dhyana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 55)
Artinya:
Pikiran
yang tidak mendua. Tidak berubah, tetap suci, tenang senag tiasa tidak
terhalang. Itulah yang disebut dhyana yoga.
3.
Pranayama Yoga
Pidhyaya
sarvadvarani
Vayurantranigrhyate
Murdhanam
vayunobhidya
Pranayama
nigadyate
Ikang
sarwadwara kabeh yateka tutupana, mata, irung, tutuk, talinga, ikang wayu huwus
inisep ngunin rumuhun, yateka winetwaken mahawaneng wunwunan, kunang yapwan tan
abhyasa ikang wayu mahawane ngkana, dadi ya winetwaken mahawaneng irung, ndan
saka sadidik dening mamweywaken wayu, yateka pranayama yoga ngaranya.(Wrhaspati
Tattwa 56)
Artinya:
Tutup
semua lubang dalam tubuh, seperti mata, hidung, mulut, telinga. Udara yang diisap
tadi, itu dikeluarkan melalui ubun-ubun. Bila tidak terbiasa mengeluarkan udara
melalui jalan itu, dapat dikeluarkan melalui hidung, namun dengan cara
perlahan-lahan udara dikeluarkan. Itulah yang disebut pranayama yoga.
4.
Dharana Yoga
Omkaram hrdaya
sthapya
Tattvaline
svatmakam
Omkarah samdhrto
yasmad
Dharanam vai
nigadyate
Hana
Ongkarasabda umunggwing hati, yatika dhranam, yapwan hilang ika nora karengo ri
kalaning yoga, yeka Siwatma ngaranya, sunyawak bhatara siwa yan mangkana, yeka
dhrana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 57)
Artinya:
Ada
suara Omkara terletak dihati, itulah yang harus dikuasai, bila hilang dan tidak
terdengar lagi tatkala melakukan yoga, itulah yang disebut Siwatma. Sunya
badanya Bhatara Siwa bila demikian. Itulah yang disebut dharana yoga.
5.
Tarka Yoga
Akasa iva
tadrupam
Akasah santatam
druvam
Nissabdan terkayetyam
Sa tarka iti
kathyate
Kadi
akasa rakwa sang hyang Paramatha, ndan ta palenanira lawan akasa, tan hana
sabda ri sira, ya ta kalinganing paramartha padanira lawan awing-awang malilang
juga, yeka tarkayoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 58)
Artinya:
Sang
Hyang Paramartha bagaikan langit, tetapi ada perbedaannya dengan langit, tidak
ada suara padanya, itulah sesungguhnya Sang Hyang Paramartha. Persamaan dengan
langit adalah sama-sama bersih adanya. Itulah yang disebut Tarka Yoga.
6.
Samadhi Yoga
Nirupeksam
nirakalpam
Nihsprhe
santamavyayam
Alinggam
cintayetanityam
Samadhistena
kathyate
Ikang
Jnana tan popeksa, tan pangalpana, tan hana kaharepnira, tan hana sinadhyanira,
alilang tan kawaranan juga, tatan pakahilangan, tatan pawastu ikang cetana,
apan mari humidep sira ikang sarira, luput sakeng catur kalpana.
Catur
kalpana ngaranya, wruh lawan kinawruhan, pangawruh lawan mangawruhi, nahan yang
catur kalpana ngaranya, ika ta kabeh tan hana ri sang yogiswara, yeka Samadhi
yoga ngaranya. (Wrhaspati Tattwa 59)
Artinya:
Pikiran
yang tidak tercela, tidak lemah, tidak ada yang di kehendakinya, tidak ada
diharapkannya, suci tidak terhalang, tidak dapat dihancurkan, cetana itu adalah
tanpa aspek, karena tidak lagi ia merasakan badan, bebas dari catur kalpana.
Catur
kalpana berarti tahu dan diketahui, pengetahuan dan mengetahui. Itulah yang
disebut catur kalpana. Semua itu tidak ada pada sang yogiswara. Ityulah yang
disebutsamadhi yoga.
c.
Sadangga Yoga dalam Ganapati Tattwa
Tentang ajaran yoga dalam Ganapati Tattwa
disebutkan sebagai berikut:
Pratyaharas
tatha dhyanam
Pranayamo
tha dharanam
Tarkas
caiva samadhis tu
Sadangam
iti kathyate
Nihan
tang sadangga yoga ngaran nira, kaweruhanantanaku sang Ganapati, lwirnya,
pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi
yoga.(Ganapati Tattwa 3)
Artinya:
Sadangga
Yoga inilah yang penting kau ketahui selalu putraku Sang Ganapati, yaitu
pratyahara, dhyana yoga, pranayama yoga, dhrana yoga, tarka yoga dan Samadhi
yoga.
1.
Pratyahara Yoga
Indriyanindriyayanindriyarthebhyo
Visayebhyo hi
yatnatah
Santena
manasoddhrtya
Pratyaharo
nigadyate
Pratyahara
yoga ngaranya, ikang sarwendrya winatek haywa wineh ri wisayanya, kinempli
citta pahomalilang yapwan enak pwa hana heningnya, mariwisayanya, yatika pratyahara
yoga ngaranya. (Ganapati Tattwa 4)
Artinya:
Pratyahara
yoga artinya segala hubungan hawa nafsu itu terkekang, tiadadibebaskan
pemuasannya, dikendalikan dengan kesadaran iman suci yang teguh, meskipun
kurang mesra namun ada juga kejernihannya, surutnya pemuasan nafsu itulah yang
disebut pratyahara yoga.
2.
Dhyana Yoga
Nirdvandvam
nirvikaran cara
Nissaktam acalam tatha
Yad rupam,
dhyayate nityam
Tad dhyanam iti
kathyate
Dhyana
yoga ngaranya, ikang ambek tan parwarwana ta wikarana, enak pwa henang-heningnya,
nircancala, umideng tan kawarapan, ekacittanusmarana pinaka laksananya, yeka
dhyana yoga.(Ganapati Tattwa 5)
Artinya:
Dhyana
yoga artinya pemikiran yang tiada mendua, tanpa perubahan, selalu tenang juga
dalam suka dan dukanya, tiada pernah gelisah, tetap teguh tanpa terpengaruh,
kesadaran pemikiran yang menunggal itulah jadi prilakunya, demikianlah yang
dimaksud dhyana yoga.
3.
Pranayama Yoga
Pidhaya
savadvarani
Vayum bahin
prayacchati
Murdhanam
vayunodhidya
Pranayamo
nigadyate
Pranayama
yoga ngaranya, tutupanang dwara kabeh, mata irung, kapo, tutuk, ndan ikang wayu
rumuhun isepen wetwakena heneng wunwuwnan, kunang yapwan wuwus daraka wineh
metu mareng irung kalih, ndan pahalon ikang wayu, yeka pranayama yoga ngaranya.
(Ganapati Tattwa 6)
Artinya:
Pranayama
yoga artinya, tutuplah segalalubang, mata, hidung,telinga dan mulut, namun
terlebih dahulu isaplah udara, kosentrasi tembuskan ke ubun-ubun, bila sudah
terasa penuh terkendali biarlah keluar melalui lubang hidung secara
perlahan-lahan, itulah yang disebut kosentrasi pengaturan nafas atau pranayama
yoga.
4.
Dharana Yoga
Omkaram hrdaye
stapya
Tattvaline
sivatmakam
Sunyatmana ca
srnoti
Dharana iti
kathyate
Dharana
ayoga ngaranya: omkara pranawa hana ri hrdaya, ya teka dharanam pegengen ikang
niswasa, yapwan hilang mari karengo kala ning yoga, yeka sunyasiwatmakawak
bhatara, yeka dharana yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 7)
Artinya:
Dharana
yoga berarti secara spiritualnya sebagai simbolik bahwa Om-kara itu. Ada dihati
yaitu sebagai pusat pengendalian pengaruh unsure jasmaniah, bila tenang tiada
terdengar sesuatu pada saat beryoga, maka status demikian Bhatara/atma dalam
perwujudan menunggal dengan sumber jiwa alam semesta. Demikianlah yang dimaksud
dharana yoga.
5.
Tarka Yoga
Citta akasavac
chuddham
Nakasam eva
tatvatah
Paramartham tu
nihsabdam
Tarka yoga
vidhiyate
Tarka
yoga ngaranya, kadi akasa sang hyang paramartha ndatan hana kagatih, apan tan
hana sabda iya yeka lingga ning paramartha, palenan ira sakeng awing-awang,
tuhun pada nira ri malilang, yeka. Tarka yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 8)
Artinya:
Tarka
yoga artinya, bagaikan langit kiranya pikiran itu, yang tidak terpengaruh
sesuatu, sebab tak ada unsure suara padanya, begilah simpul Paramartha, yang
berlainan dengan angkasa, udara, walaupun persamaannya sungguh serba jernih,
demikianlah yang disebut tarka yoga.
6.
Samadhi Yoga
Nirupeksam
nirlaksanam
Niralamban
nihsprham
Niravaranam
nihsadhyam
Samadhis tan nigadyate
Samadhi
yoga ngaranya, ikang jnana tan pangupeksa, tan pangalpana, tan pangakwana, tan
hana kahyun iriya, tan hana sadhya nira, malialang tan kawaranan, yeka Samadhi
yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 9)
Artinya:
Samadhi
yoga artinya bhatin yang tidak lalai, tiada berharap, tanpa keakuan, tiada
sesuatau yang diinginkannya, tak ada yang diperlukannya, tenang tiada
terpengaruh, itulah yang dinamakan Samadhi yoga.
d. Sadangga Yoga dalam
Tattwajnana
Ajaran yoga dalam Tattwajnana disebutkan
sebagai berikut:
1.
Pratyahara Yoga
Muwah
hana ta pratyahara yoga ngaranya, ikang indriya kabeh watek sakeng wisayanya,
kinempeling citta bidhi manah, tan wineh maparan-paran kinempeling cittalila,
yeka pratyahara yoga ngaranya. (Tattwajnana)
Artinya:
Ada
pratyahara yoga namanya, semua indriya ditarik dari obyek kenikmatannya
kumpulkan dalam citta, budhi, manah dan manah, jangan dibiarkan ia pergi kesana
kemari, pusatkan iapada pikiran yang tak terganggu apapun. Yang demikian itulah
pratyahara yoga namanya.
2.
Dhyana Yoga
Ikang
jnana tanparorwa, tanpa wikara, enak ikang hnang hningnya, umideng tan
kawaranan yeka dhyana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin
yang tidak mendua, tidak berubah-ubah, jernih, dengan enaknya, tetap teguh
tanpa ditutupi apa-apa, yang demikian itu dhyana yoga namanya.
3.
Pranayama Yoga
Tutup
ikang dwara kabeh, irung, tutuk, talinga, wayu rumuhun isepen, wetwa ikang
wuwunan, kunang tanpabhyasa ikang wayu winehadalan ngkana, dadi adalan
engirung, halon wetuning wayu, yeka pranayama ngaranya(Tattwajnana)
Artinya:
Tutuplah
sumua pintu yaitu hidung, mulut, telinga. Tariklah terlebih dahulu nafas.
Keluarkan melalui ubun-ubun, boleh dikeluarkan melalui hidung, keluarkan nafas
itu pelan-pelan. Yang demikian pranayama yoga namanya.
4.
Dharana Yoga
Hana
ongkara sabda mungguh ring hati, ya teka dharanam, ya pangilang ikang karengo,
ri kala ning yoga, ya teka sunyangaranya, siwatmawak bhatara siwa yan mangkana.
Ya tika dharana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Ada
Omkara bersabda dalam hati. Hendaknya pegang kuat-kuat. Itulah yang
menghilangkan apa yang didengar pada waktu Siwa berwujud Siwatma. Yang demikian
itulah dharana yoga namanya.
5.
Tarka Yoga
Ndakasa
rakwa sang hyang Paramartha, ndan palenanira sakeng akasa, tan hana. Sabda ri
sira, ya ta kalinganing parartha, palenanira sakeng awing-awang, pada nirekang
alilang, yeka terka yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Sang
Hyang Paramartha/hakekat yang tertinggi adalah konon angkasa, bedanya dengan
angkasa ialah tidak ada suara padanya. Demikianlah hakekat paramartha itu dan
perbedaannya dengan awing-awang, persamaan sama-sama jernih. Yang demikian
itulah tarka yoga namanya.
7.
Samadhi
Ikang
jnana pangupeksa, tan pangalupa, tan hana kaharep nira, tan hana sinadhyanira,
malilang tan kahilangan, tan kawaranan, tan hana pawastu ikang setana, apan
mari humidep ikang sarira, luput sekeng catur kalpana, yeka Samadhi yoga
ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin
yang tidak lalai, tidak lupa, tidak mengharap apa-apa, tidak ada sesuatu yang
ingin dicapai, jernih tanpa ada yanghilang, tidak ditutupi apa-apa, sehingga
kesadaran itu tidak ada kesulitan, karena tidak lagi memikirkan badan
jasmaninya, bebas dari catur kalpana, itulah yang dimaksud Samadhi yoga.
e. Ajaran Yoga dalam
Bhuana Kosa
Dalam Bhuana kosa tidak ada tercantum
ajaran yoga secara terperinci sebagai yang disebut dalam Sadangga Yoga. Ajaran
yoga yang ada hanya menyatakan kesempurnaan bhatin dari orang yang melakukan
yoga atau para Yogiswara. Melalui yoga itulah para Yogiswara dapat menyatukan
dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ada beberapa pernyataan dari Bhuana Kosa
tentang ajaran yoga sebagai berikut:
1)
Sva sarira mahayogi
Pasyate
hrdayantare
Vakyante
paramesvaram
Suryya
yutamamaprabham
Nihan
wuwus ni nghulun I kita san mahayogi, sira tumon bhatara Parameswara, sateja
lawan tejaning aditya sayuta, ngkana ri sarira nira mwang ri hati nira (Bhuwana
Kosa, 1.3)
Artinya:
Begini
penjelasanku padamu. Orangyang telah mencapai tingkat yoga tertinggi, ia
melihat bhatara Parameswara, yang sama denga cahaya matahari sejuta di dalam
dirinya dan dalam hatinya.
2)
Hrdistam sarvva bhutanam
Pasyate jala
cakra vat
Anandi madhyani
dhanam
Sivanggadhya
namo mretam
Lwir
bhatara Siwa sira umunggu ring hati sarwwamawak, tanpadi, tar pamadhya, tar
panta, langgeng hananira, kadi jala cakra rupanira, sira ta katon de sang
yogiswara (Bhuwana Kosa, 1.4)
Artinya:
Keadaan
Sang Hyang Siwa bersemayam di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan
dan tanpa tanpa akhir. Keberadaan beliau kekal, berwujud seperti pusaran air.
Demikian beliau tampak oleh sang yogiswara.
3)
Tatva nirbanam adhikyam
Nirbanam paramam
padam
Nanoni papa
nirbanam
Dasendriyan
tatha kyatam
Wekasa
pwa ya ta, hana ta kamoksan atisaya wisesa, antukanira ta sang yogiswara, teka
tang manah nirbana, an mangkana hilang tekang mana, lawan indriyanira, mari
mamikalapa (Bhuwan Kosa, V.21)
Artinya:
Selanjutnya
ada kebebasan sejati/moksa yang sangat utama, yang dapat dicapai oleh orang
yang sempurna yoganya. Bila telah demikian, maka lenyaplah pikiran itu dan segala
keinginannya tidak lagi bimbang.
Demikianlah ajaran yoga dalam Bhuwana
Kosa yang pada hakekatnya adalah memiliki tujuan yang sama yaitu merupakan
salah satu jalan untuk menuju kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
AJARAN YOGA
Ajaran
Yoga adalah bagian dari ajaran Sad Darsana. Pendirinya adalah Maharsi
Patanjali, yang menulis ajaran Yoga dalam bukunya adalah Yogasutra. Tujuan yank
ingin dicapai oleh ajaran Yoga ialah bersatunya Sang Jiwa dengan JIwa Maha
Agung. Sang Jiwa individu adalah suci murni, karena adanya ikatan mayayang
berupa Triguna maka ia mengalami Samsara yaitu lahir berulang-ulang.
Ajaran
Yoga adalah merupakan anugraha yang luar biasa dari Maharsi Patanjali kepada
siapa saja yang melaksakan kehidupan rohani. Ajaran ini merupakan bantuan
kepada mereka yang ingin mengisafi kenyataan bahwa jiwa sebagai azas yang
bebas, bebas dari tubuh, indrianya dan pikirannya yang terbatas. Yang amat
penting dari ajaran Yoga adalah untuk memperoleh wiwekajnanayaitu pengetahuan
yang membedakan antara yang salah dengan yang benar sebagai dasar untuk
mencapai kelepasan.
Hampir
semua ajaran agama Hindu mengenal ajaran Yoga karena ajaran Yoga sudah ada
dalam kitab suci Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Untuk dapat
seseorang mengerti dan menghayati ajaran agama Hindu hendaknya mereka memiliki
pikiran suci dan tenang. Hanya pikiran demikianlah yang dapat mewujudkan
kebenaran agama Hindu. Sehubungan dengan itu Yoga adalah jalan yang
sebaik-baiknya mencapai tujuan itu. Yoga mengajarkan bahwa kelepasan dapat di
capai melalui pengetahuan langsung terhadan perbedaan jiwa-jiwa dengan hal-hal
yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat keakuan. Hal ini dapat
diwujudkan mengenai pengendalian indria, pikiran dan rasa keakuan. Hendaknya di
dasari oleh setiap orang bahwa jiwa itu mengatasi segalanya, kekal abadi dan
bebas dari penderitaan dan kematian.
Yoga merupakan jalan yang praktis untuk mengalami kenyataan jiwa yang demikian
itu dengan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan yoga,sehingga dapat mencapai
kelepasan. Tahapan-tahapan yoga dalam Yogasutra ada delapan tahapan yang
disebut Astangga Yoga, sedangkan dalan lontar-lontar Siwatattwa tahapan yoga
ada enam yang disebut Sadangga Yoga.Yoga dalam lontar-lontar Siwatattwa sesuai
dengan sad angga yoga dalam Maitri Upanisad. Tahapan-tahapan yoga itu bertujuan
untuk menghentikan gerakan pikiran yang disebut Cittawrti Nirodha.
Dari
perubahan Citta inilah Sang Jiwa yang ada dalam diri itu memandang dirinya
mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat salah, benar dan
sebagainya, dimana sesungguhnya Sang Jiwa mengatasi segala hal. Semua perubahan
Citta ini muncul dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi dan
menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini. Adapun kelima klesa itu
adalah sebagai berikut:
1.
Awidya yaitu ketidaktahuan.
2.
Asmita yaitu kesombongan atau keakuan.
3.
Raga yaitu keterikatan dan kesukaan.
4.
Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, antipasti.
5.
Abhiniwesa yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap kematian.
Memang
susah menghilangkan seluruh klesa-klasa itu, namun dalam pelaksaan Yoga
hendaknya menghilangkan klesa-klesa itu, sekurang-kurangnyamemperkecil
pengaruhnya. Setelah Citta mengalami perubahan akibat adanya klesa-klesa itu
maka dalam memusatkan pikiran pada umumnya seseorang dapat diganggu oleh
gerakan Triguna. Kegoncangan ini hedaknya dapat menetralisir sehigga dapat
mencapai pikiran yang tenang dan terkendali.
Sesungguhnya
gelombang-gelombang pikiran itu dapat dihentikan sehingga ia menjadi tenang dan
terkendali melalui tahapan-tahapan Yoga. Adapun tahapan-tahapan Yoga yang di
sebut Astangga Yoga itu diantaranya:
1.1
Yama
Yama
artinya pengendalian diri tahap pertama yang terdiri dari lima perintah, yaitu:
a. Ahimsa artinya tidak menyakiti, tidak
membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup apapun dalam
pikiran, perkataan dan perbuatan.
b.
Satya atinya kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
c. Asteya artinya pantangan mengiginkan
sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau barang dari mencuri.
d.
Brahmacarya artinya pantang menikmati seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e.
Aparigraha artinya tidak menerima penberian yang tidak penting dari orang lain.
Kelima
perintah ini hendaknya wajib dan dipertahankandalam setiap keadaan, karena Yama
merupakan kode kelakuan yang universal yang harus diterima dan tidak memerlukan
penafsiran. Ia merupakan kode alamiah untuk mahluk manusia.
1.2
Niyama
Niyama
artinya pengendalian diri tahap kedua, yang terdiri dari lima perintah
diantaranya:
a. Sauca artinya suci lahir bathin.
Selain untuk meningkatkan kesucian dirinya, Sauca juga menganjurkan kebijakan
untuk melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian pikiran. Saumanasya yaitu hati yang
selalu gembira. Ekagrata yaitu pemusatan budhi dan Atmadarsana yaitu realisasi
diri yang sejati.
b. Santosa artinya puas dengan apa yang
datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan para siswa Yoga pada kebahagian,
sedangkan ketidakpuasan mengantarkan kepada kesusahan.
c. Tapa artinya tahan uji terhadap
ganggun-gangguan. Melalui TApa ini membuat badan menjadi lebihh kuat dan bebas
dari noda-noda dan gangguan-gangguan yang bertentangan dengan dharma.
d. Swadhyaya artinya mempelajari
buku-buku agama dengan teratur. Melalui swadhyaya seseorang akan dapat
mendekatkan dirinya dengan hal-hal yang bersifat Ketuhanan dan dapat pula
memuaskan diri dalam hidup ini. Seseorang akan memperoleh sesuatu dari apa yang
di pelajarinya, direnungkannya dan dari apa yang di puja olehnya. Hal ini
dikenal dengan Istadewata Suprayogah yaitu persatuan yang di cita-citakan.
e. Iswarapranidhana artinya penyerahan
dan pembaktian kepada Tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan seseorang untuk
mencapai Samadhi.
1.3 Asana
Asana
artinya sikap duduk yang kuat dan menyenangkan. Maharsi Patanjali bahwa sikap
manapun untuk menguasai budhi yang tidsk terlalu lama memaksa anggota badan dan
yang dapat dipertahankan cukup lama oleh seorang Yogi adalah baik baginya.
Sehubungan dengan kondisi ini seorang Yogi harus menentukan sendiri yang mana
cocok dengan tujuannya. Jadi tidak ada sikap yang diwajibkan dan yang dapat
diharuskan bagi semua orang sebagai aturan umum. Sikap-sikap itu dipilih
sesukanya.
Yoga
mengajarkan bermacam-macam Asana untuk memelihara kesehatan badan dan penyucian
pikiran. Dengan Asana seseorang akan mampu mengendalikan kerja system saraf
agar terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.
1.4
Pranayama
Pranayama
artinya pengaturan nafas. Pranayama terdiri dari puraka yaitu pemasukan nafas,
kumbhaka yaitu menahan nafas dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan
nafas berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran dan penguatan badan.
1.5
Pratyahara
Pratyahara
artinya menarik indrianya dari wilayah sasarannya dan menempatkannya di bawah
pengawasan pikiran. Bila indriaya dapat diwarisi oleh pikiran maka ia tidak
berkeliaran pada obyek-obyek yang disenanginya, namun ia akan mengikuti
pikiran. Hal ini akan dicapai melalui latihan yang cukup lama dan dengan penuh
kesabaran. Pada umumnya indriya itu cenderung mengejar nafsunya. Tiap alat
indriya memiliki tugasnya masing-masing tetapi semuanya merindukan
kenikmatannya masing-masing.
Seorang
yogi yang hendak membebaskan dirinya dari pengaruh tarikan dari indrianya.
Dengan demikian syarat Pratyahara yang pertama ialah untuk melepaskan alat-alat
indriaya dari nafsunya masing-masing. Sedangkan ayarat yang kedua ialah
membebaskan kegoncangan Citta dari nafsu-nafsu sehingga ia kembali dalam
bentuknya yang murni.
Tentang
Pratyahara Maharsi Patanjali menyatakan sebagai berikut:
Sva viyasa asamprayoga
Cittayasa
svarupa anukara
Iva indriyam pratyaharah
Tatah
parana vasyata indriyanam
Artinya:
Pratyahara
terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya masing-masing, serta
penyesuaian alat-alat indriya dan nafsunya itu dengan bentuk cittanya yang
murni.
Pratyahara
hendaknya ditujukan kepada Tuhan dan dibimbing oleh Tuhan dengan tujuan untuk
melepaskan alat-alat indriya dari hasrat duniawi. Dengan demikian hendaknya
alat-alat indriya itu dikuasai oleh budhi dan akhirnya budhi itulah yang harus
dikuasai dan di arahkan kepada Tuhan.
1.6
Dharana
Dharana artinya memegang dan memusatkan
pikidan pada sasaran yang diinginkan. Sasaran yang diinginkan itu dapat diambil
dari badan dan dari obyek luar. Kemampuan untuk memegang pikiran hendaknya
tetap terpusat pada suatu obyek adalah merupakan suatu ujian memasuki tingkatan
yoga yang lebih tinggi.
1.7
Dhyana
Dhyana berarti aliran pikiran yang
tenang pada suatu obyek tanpa tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini
menyebabkan seseorang memiliki gambaran yang jelas bagian-bagian dari obyek
renungannya. Dalam Yogasutra Maharsi Patanjali mengartikan Dhyana demikian
“tatra pradyaya ekatanata dhyanam” artinya “buddhi yang tiada putus-putusnya
menuju tujuan itulah yang dimanakan Dhyana.”
Seperti air sungai mengalir terus-menerus
kelaut, maka kesadaran diri seluruhnya mengalir terus-menerus kearah Tuhan atau
diri yang agung. Bila hal ini terjadi itulah yang dinamakan Dhyana. Tentang
Dhyana Maharsi Yajanawalkya mengatakan sebagai berikut:
Pranayamair
dahed dosan
Dharanbhisca
kilbisan
Pratyaharasca
sansargan
Dhyanena
asvan gunan
Artinya:
Dengan Pranayama
terbuangkah kotoran badan, kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah
kotoran ikatan, dengan dyana dihilangkan segala apa yang di antara manusia dan
Tuhan.
1.8 Samadhi
Samadhi adalah
persatuan sempurna dari yang dicintai, pencinta dan kecintaan, suatu keadaan
kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan. Dalam keadaan suprakesadaran
transenden, seorang Yogi melupakan diri, ia lupa dimana ia berada, ia
diresapkan sepenuhnya dalam Tuhan.
Dalam Maitri
Upanisad VI. 34 disebutkan tentang Samadhi demikian:
Sebagai
api yang kehabisan bahan bakar, terpadamlah dalam sumbernya sendiri.
Demikianlah pikiran yang kehilangan aktivitasnya, terpendamlah dalam sumbernya
sendiri. Menjadi terpadam dalam sumbernya sendiri karena buddhi mencari yang
sejati. Bagi seorang yang terlihat oleh hal-hal indriya, menyusullah kekuatan
yang palsu. Dengan noda-noda yang suci dicuci melalui pemusatan, alangkah
bahagianya dia yang memasuki Atman, tak mungkin menguraikannya dengan bahasa,
orang harus mengalaminya dengan bathin.
Seorang yang telah mencapai tingkat Samadhi
akan mengalami kebahagian yang tidak dapat diuraikan dengan bahasa, kecuali
harus dialami sendiri dalam bathinnya.
Samadhi dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Samprajnata Samadhi yaitu Samadhi
yang disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Sabija Samadhi.
2. Asamprajnata Samadhi yaitu Samadhi
yang tidak disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Nirbija Samadhi.
Demikan ajaran Astangga
Yoga menurut Maharsi Patanjali yang merupakan suatu petunjuk jalan untuk
persatuan dengan Tuhan.
Di dalam Siwatatwa
terdapat juga ajaran Yoga, tetapi susunannya berbeda dengan susunan Yoga dalam
Yogasutra. Bila dalam Yogasutra susunan Yoga Astanggayoga maka dalam Siwatatwa
adalah Sadanggayoga. Susunan itupun kadang-kadang berbeda antara sumber yang
satu dengan sumber yang lain. Beberapa Upanisad juga memuat ajaran Yoga dalam
Sanggayoga itu. Ajaran Yoga dalam Siwatatwa tidak berjumlah delapan tahapan
tetapi enam tahapan yang disebut Sadanggayoga.
Maîtri Upanisad memuat
ajaran Sadanggayoga yang terdiri dari: Pranayama, pratyahara, dhyana, dharana,
tarka, dan Samadhi. Pranayama ialah pengaturan nafsu, pratyahara ialah
penarikan kesadaran indriya dari dunia luar, dhyana ialah meditasi, dharana
ialah kosentrasi, tarka ialah kontemplasi dan Samadhi ialah absorsi.(Maitri
Upanisad 18. 47)
Adapun beberapa
tatwa-tatwa yang ada di Bali mengenai ajaran Yoga adalah sebagai berikut:
a.
Sadangga Yoga dalam Jnana Siddhanta
Jnana Siddhanta
menerangkan urutan-urutan Sadangga Yoga demikian:
Pratyaharas
tatha dhyanam
Pranayamo
tha dharanam
Tarkas
civa samadhis tu
Sad-anggam
iti kathyate
Nihan
tang sadangga yoga nga, kawruhakena lwirnya: pratyahara yoga, dhyana yoga,
pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi yoga. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Maklumlah
yoga yang berganda enam terdiri atas pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga,
dharana yoga, tarka yoga dan Samadhi yoga.
Adapun penjelasan
masing-masing sadangga yoga itu adalah sebagai berikut:
1. Pratyahara
Yoga
Indriyanindriyarthebhyo
Visayebhayah prayatatah
Santena manasahrtya
Pratyaharo nigadyate
Pratyahara
Yoga ngaranya, ikang sarwendriya winatek haywa wineh ring wisayanya, kinempel
ing citta maho malilang, enak pwa henangheningnya. Mari wisaya. Yeka pratyahara
yoga ngaranya (Jnana Siddhanta 15).
Artinya:
Yang
dinamakan Pratyahara Yoga ialah semua indra hendaknya tertarik dan tidak
diserahkan kepada kekuatan panca indra. Indra itu hendaknya dipusatkan di dalam
bathin yang hening, yang kemurniannya menyenangkan, sedangkan indra-indra itu
tidak aktif lagi. Itulah yang dinamakan Pratyahara Yoga.
2. Dhyana
Yoga
Nirdvandvam
nirvikaram ca
Nisaktam
acalam tatha
Yad
dhruvam dhyayate nityam
Tad
dhyanam iti kathyate
Dhyana
ngaranya, ikang ambek tan parwa-rwana, tan wikara, enak henang-heningnya,
nircancala, umideng tan kawaranan, ekacittanusmarana pinakalaksananya. Yeka
dhyana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang
dinamakan Dhyana ialah bhatin hendaknya tak terbagikan, tak berubah, dalam
kemurniannya menyenangkan, tak dapat digerakkan, tetapi teguh, tak terhalang,
sedangkan cirinya yang khas yaitu dalam kosentrasinya ekacitta. Itulah yang
dinamakan Dhyana Yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhitva
sarva dvarani
Bayum
vahyam prayacchati
Murdhanam
bayunodbhidya
Pranayamo
nigadyate
Pranayama
ngaranya: tutupana ng dwara kabeh: mata, irung, kapo, tutuk. Nda ikang bayu
rumuhun isep, wetwakena ring wunwunan. Kunang yan tan dharaka, dadi wineh
mahawana ring irung, pahalon ikang bayu. Yeka pranayam ngaranya. (Jnana
Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah
yang dinamakan Pranayama: tutuplah semua lubang mata, hidung, mulut dan
telinga. Sesudahnya nafas harap dihirup sebelum dikeluarkan lewat ubun-ubun.
Tetapi bila ini tidak dapat ditahan, boleh juga nafas dikeluarkan lewat hidung
perlahan-lahan. Inilah yang dinamakan Pranayama.
4.
Dharana Yoga
Omkaram hrdaye sthapya
Tato linam
sivatmakam
Sunyatma srutaye
nasty
Dharanam iti
kathyate
Dharana
Yoga ngaranya: Omkara pranawa hana ring hrdaya. Ya teka dharanam. Yapwan hilang
mari karengo ri kala ning yoga, ya teka sunya siwatman kawak bhatara. Yeke
dharana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah
yang dinamakan Dharana Yoga, sukutala Om yang suci ditempatkan di dalam
jantung. Bhatin hendaknya dipusatkan disana. Bila ia lenyap dan tak didengar
lagi pada saat Yoga dilaksanalan, maka ia menjadi sunya, Siwatma yang terwujud
oleh Bhatara. Itulah yang dinamakan Dharana Yoga.
5.
Tarka Yoga
Cittam akasavac
chuddham
Nakasam eva
tattvatah
Paramarthat tu
nihsabdam
Tarkayogo
bhidhiyate
Tarka
Yoga ngaranya: kady akasa rakawa sang hyang paramartha. Nda tan akasa wih, apan
tan hana sabda iriya. Yeka kelingan ing paramartha, palenira sakeng awan-awan,
tuhun papadanira ring malilang. Yeka Tarka Yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang
dinamakan Tarka Yoga ialah memang Sang Hyang Pararmatha itu bagaikan langit,
tetapi sebetulnya bukan langit, karena taj terdapat suara didalamnya, itulah
arti Paramartha, berbeda denga cakrawala, sekalipun terangnya sama. Itulah yang
dinamakan Tarka Yoga.
6.
Samadhi Yoga
Nirupaksam
nihkalpanam
Niralambana
nihsprham
Niravaranam
mihsadhyam
Samadhis tu
nigadyate
Samadhi
Yoga ngaranya: ikang jnana tan pangupeksa, tak pangalpana, tan panawak, tan
hana kahyun itiya, tan hana sadhyanira, malilang tan kawaranan. Yeka Samadhi
yoga ngaranya, ling bhatara. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah
yang dinamakan Samadhi Yoga, bhatin tidak cemas, tidak mempunyai konsep-konsep,
tidak memiliki sesuatu, tak ada keinginan, tak ada obyek, jernih tanpa
halangan. Itulah yang dinamakan Samadhi Yoga, sabda bhatara.
Demikian yang dinamakan Sadangga Yoga
dalam Jnana Siddhanta sebagai ajaran Siwatatwa untuk menuju Tuhan.
b. Sadangga Yoga dalam
Wrhaspati Tattwa
Ajaran yoga dalam Wrhspati Tattwa ada
enam tahapan yang disebut Sadangga Yoga yang urutannya sama dengan yang ada
dalam Jnana Siddhanta.
Pratyaharas
tatha dhyanam
Pranayamasca
dharanam
Tarkascaiva
samadhisca
Sadanggayoga
ucyate
Nahan
tang sadangga yoga ngaranya, ikang ta sadhananing sang mahyun umangguhakena
sang hyang Wisesa denika, hana pratyahara yoga ngaranya, hana dhyana yoga
ngaranya, hana pranayama yoga ngaranya, hana dharana yoga ngaranya, hana tarka
yoga ngaranya, hana Samadhi yoga, nahan tang sadangga ngaranya.(Wrhaspati Tatwa
53)
Artinya:
Adapun
yang disebut Sadangga Yoga, yaitu alat bagi orang-orang yang ingin menemukan
Sang Hyang Wisesa. Ada yang disebut pratyahara yoga, ada yang disebut dhyana
yoga, ada yang disebut pranayama yoga, ada yang disebut dharana yoga, ada yang
disebut tarka yoga, ada yang disebut Samadhi yoga, itulah yang dibut sadangga
yoga.
1.
Pratyahara Yoga
Indryanindriyarthebhyah
Visayebhyah
prayatnatah
Jnatena
manasahrtya
Pratyaharo
nigadyate
Ikang
indriya kabeh winatek sangkeng wisayanya, ikang citta buddhi manah tan wineh
tan maparanparan, kinemitaken citta malilang, yeka pratyahara yoga ngaranya.
(Wrhaspatitattwa 54)
Artinya:
Seluruh
indriya ditarik dari obyeknya, sedangkan citta, budhi dan manah tidak diberikan
mengembara, dijaga oleh citta yang suci. Itulah yang disebut pratyahara yoga.
2.
Dhyana Yoga
Nirdvandvan
nirvikaranca
Nisantamacalam
tatha
Yadrupan
dhyayate nityam
Tad dhyanamiti
kathyate
Ikang
jnana tan pangrwa rwa, tatan wikara, enak haneng-haneng nira, umideng sada tan
kawaranan, yeka dhyana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 55)
Artinya:
Pikiran
yang tidak mendua. Tidak berubah, tetap suci, tenang senag tiasa tidak
terhalang. Itulah yang disebut dhyana yoga.
3.
Pranayama Yoga
Pidhyaya
sarvadvarani
Vayurantranigrhyate
Murdhanam
vayunobhidya
Pranayama
nigadyate
Ikang
sarwadwara kabeh yateka tutupana, mata, irung, tutuk, talinga, ikang wayu huwus
inisep ngunin rumuhun, yateka winetwaken mahawaneng wunwunan, kunang yapwan tan
abhyasa ikang wayu mahawane ngkana, dadi ya winetwaken mahawaneng irung, ndan
saka sadidik dening mamweywaken wayu, yateka pranayama yoga ngaranya.(Wrhaspati
Tattwa 56)
Artinya:
Tutup
semua lubang dalam tubuh, seperti mata, hidung, mulut, telinga. Udara yang diisap
tadi, itu dikeluarkan melalui ubun-ubun. Bila tidak terbiasa mengeluarkan udara
melalui jalan itu, dapat dikeluarkan melalui hidung, namun dengan cara
perlahan-lahan udara dikeluarkan. Itulah yang disebut pranayama yoga.
4.
Dharana Yoga
Omkaram hrdaya
sthapya
Tattvaline
svatmakam
Omkarah samdhrto
yasmad
Dharanam vai
nigadyate
Hana
Ongkarasabda umunggwing hati, yatika dhranam, yapwan hilang ika nora karengo ri
kalaning yoga, yeka Siwatma ngaranya, sunyawak bhatara siwa yan mangkana, yeka
dhrana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 57)
Artinya:
Ada
suara Omkara terletak dihati, itulah yang harus dikuasai, bila hilang dan tidak
terdengar lagi tatkala melakukan yoga, itulah yang disebut Siwatma. Sunya
badanya Bhatara Siwa bila demikian. Itulah yang disebut dharana yoga.
5.
Tarka Yoga
Akasa iva
tadrupam
Akasah santatam
druvam
Nissabdan terkayetyam
Sa tarka iti
kathyate
Kadi
akasa rakwa sang hyang Paramatha, ndan ta palenanira lawan akasa, tan hana
sabda ri sira, ya ta kalinganing paramartha padanira lawan awing-awang malilang
juga, yeka tarkayoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 58)
Artinya:
Sang
Hyang Paramartha bagaikan langit, tetapi ada perbedaannya dengan langit, tidak
ada suara padanya, itulah sesungguhnya Sang Hyang Paramartha. Persamaan dengan
langit adalah sama-sama bersih adanya. Itulah yang disebut Tarka Yoga.
6.
Samadhi Yoga
Nirupeksam
nirakalpam
Nihsprhe
santamavyayam
Alinggam
cintayetanityam
Samadhistena
kathyate
Ikang
Jnana tan popeksa, tan pangalpana, tan hana kaharepnira, tan hana sinadhyanira,
alilang tan kawaranan juga, tatan pakahilangan, tatan pawastu ikang cetana,
apan mari humidep sira ikang sarira, luput sakeng catur kalpana.
Catur
kalpana ngaranya, wruh lawan kinawruhan, pangawruh lawan mangawruhi, nahan yang
catur kalpana ngaranya, ika ta kabeh tan hana ri sang yogiswara, yeka Samadhi
yoga ngaranya. (Wrhaspati Tattwa 59)
Artinya:
Pikiran
yang tidak tercela, tidak lemah, tidak ada yang di kehendakinya, tidak ada
diharapkannya, suci tidak terhalang, tidak dapat dihancurkan, cetana itu adalah
tanpa aspek, karena tidak lagi ia merasakan badan, bebas dari catur kalpana.
Catur
kalpana berarti tahu dan diketahui, pengetahuan dan mengetahui. Itulah yang
disebut catur kalpana. Semua itu tidak ada pada sang yogiswara. Ityulah yang
disebutsamadhi yoga.
c.
Sadangga Yoga dalam Ganapati Tattwa
Tentang ajaran yoga dalam Ganapati Tattwa
disebutkan sebagai berikut:
Pratyaharas
tatha dhyanam
Pranayamo
tha dharanam
Tarkas
caiva samadhis tu
Sadangam
iti kathyate
Nihan
tang sadangga yoga ngaran nira, kaweruhanantanaku sang Ganapati, lwirnya,
pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi
yoga.(Ganapati Tattwa 3)
Artinya:
Sadangga
Yoga inilah yang penting kau ketahui selalu putraku Sang Ganapati, yaitu
pratyahara, dhyana yoga, pranayama yoga, dhrana yoga, tarka yoga dan Samadhi
yoga.
1.
Pratyahara Yoga
Indriyanindriyayanindriyarthebhyo
Visayebhyo hi
yatnatah
Santena
manasoddhrtya
Pratyaharo
nigadyate
Pratyahara
yoga ngaranya, ikang sarwendrya winatek haywa wineh ri wisayanya, kinempli
citta pahomalilang yapwan enak pwa hana heningnya, mariwisayanya, yatika pratyahara
yoga ngaranya. (Ganapati Tattwa 4)
Artinya:
Pratyahara
yoga artinya segala hubungan hawa nafsu itu terkekang, tiadadibebaskan
pemuasannya, dikendalikan dengan kesadaran iman suci yang teguh, meskipun
kurang mesra namun ada juga kejernihannya, surutnya pemuasan nafsu itulah yang
disebut pratyahara yoga.
2.
Dhyana Yoga
Nirdvandvam
nirvikaran cara
Nissaktam acalam tatha
Yad rupam,
dhyayate nityam
Tad dhyanam iti
kathyate
Dhyana
yoga ngaranya, ikang ambek tan parwarwana ta wikarana, enak pwa henang-heningnya,
nircancala, umideng tan kawarapan, ekacittanusmarana pinaka laksananya, yeka
dhyana yoga.(Ganapati Tattwa 5)
Artinya:
Dhyana
yoga artinya pemikiran yang tiada mendua, tanpa perubahan, selalu tenang juga
dalam suka dan dukanya, tiada pernah gelisah, tetap teguh tanpa terpengaruh,
kesadaran pemikiran yang menunggal itulah jadi prilakunya, demikianlah yang
dimaksud dhyana yoga.
3.
Pranayama Yoga
Pidhaya
savadvarani
Vayum bahin
prayacchati
Murdhanam
vayunodhidya
Pranayamo
nigadyate
Pranayama
yoga ngaranya, tutupanang dwara kabeh, mata irung, kapo, tutuk, ndan ikang wayu
rumuhun isepen wetwakena heneng wunwuwnan, kunang yapwan wuwus daraka wineh
metu mareng irung kalih, ndan pahalon ikang wayu, yeka pranayama yoga ngaranya.
(Ganapati Tattwa 6)
Artinya:
Pranayama
yoga artinya, tutuplah segalalubang, mata, hidung,telinga dan mulut, namun
terlebih dahulu isaplah udara, kosentrasi tembuskan ke ubun-ubun, bila sudah
terasa penuh terkendali biarlah keluar melalui lubang hidung secara
perlahan-lahan, itulah yang disebut kosentrasi pengaturan nafas atau pranayama
yoga.
4.
Dharana Yoga
Omkaram hrdaye
stapya
Tattvaline
sivatmakam
Sunyatmana ca
srnoti
Dharana iti
kathyate
Dharana
ayoga ngaranya: omkara pranawa hana ri hrdaya, ya teka dharanam pegengen ikang
niswasa, yapwan hilang mari karengo kala ning yoga, yeka sunyasiwatmakawak
bhatara, yeka dharana yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 7)
Artinya:
Dharana
yoga berarti secara spiritualnya sebagai simbolik bahwa Om-kara itu. Ada dihati
yaitu sebagai pusat pengendalian pengaruh unsure jasmaniah, bila tenang tiada
terdengar sesuatu pada saat beryoga, maka status demikian Bhatara/atma dalam
perwujudan menunggal dengan sumber jiwa alam semesta. Demikianlah yang dimaksud
dharana yoga.
5.
Tarka Yoga
Citta akasavac
chuddham
Nakasam eva
tatvatah
Paramartham tu
nihsabdam
Tarka yoga
vidhiyate
Tarka
yoga ngaranya, kadi akasa sang hyang paramartha ndatan hana kagatih, apan tan
hana sabda iya yeka lingga ning paramartha, palenan ira sakeng awing-awang,
tuhun pada nira ri malilang, yeka. Tarka yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 8)
Artinya:
Tarka
yoga artinya, bagaikan langit kiranya pikiran itu, yang tidak terpengaruh
sesuatu, sebab tak ada unsure suara padanya, begilah simpul Paramartha, yang
berlainan dengan angkasa, udara, walaupun persamaannya sungguh serba jernih,
demikianlah yang disebut tarka yoga.
6.
Samadhi Yoga
Nirupeksam
nirlaksanam
Niralamban
nihsprham
Niravaranam
nihsadhyam
Samadhis tan nigadyate
Samadhi
yoga ngaranya, ikang jnana tan pangupeksa, tan pangalpana, tan pangakwana, tan
hana kahyun iriya, tan hana sadhya nira, malialang tan kawaranan, yeka Samadhi
yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 9)
Artinya:
Samadhi
yoga artinya bhatin yang tidak lalai, tiada berharap, tanpa keakuan, tiada
sesuatau yang diinginkannya, tak ada yang diperlukannya, tenang tiada
terpengaruh, itulah yang dinamakan Samadhi yoga.
d. Sadangga Yoga dalam
Tattwajnana
Ajaran yoga dalam Tattwajnana disebutkan
sebagai berikut:
1.
Pratyahara Yoga
Muwah
hana ta pratyahara yoga ngaranya, ikang indriya kabeh watek sakeng wisayanya,
kinempeling citta bidhi manah, tan wineh maparan-paran kinempeling cittalila,
yeka pratyahara yoga ngaranya. (Tattwajnana)
Artinya:
Ada
pratyahara yoga namanya, semua indriya ditarik dari obyek kenikmatannya
kumpulkan dalam citta, budhi, manah dan manah, jangan dibiarkan ia pergi kesana
kemari, pusatkan iapada pikiran yang tak terganggu apapun. Yang demikian itulah
pratyahara yoga namanya.
2.
Dhyana Yoga
Ikang
jnana tanparorwa, tanpa wikara, enak ikang hnang hningnya, umideng tan
kawaranan yeka dhyana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin
yang tidak mendua, tidak berubah-ubah, jernih, dengan enaknya, tetap teguh
tanpa ditutupi apa-apa, yang demikian itu dhyana yoga namanya.
3.
Pranayama Yoga
Tutup
ikang dwara kabeh, irung, tutuk, talinga, wayu rumuhun isepen, wetwa ikang
wuwunan, kunang tanpabhyasa ikang wayu winehadalan ngkana, dadi adalan
engirung, halon wetuning wayu, yeka pranayama ngaranya(Tattwajnana)
Artinya:
Tutuplah
sumua pintu yaitu hidung, mulut, telinga. Tariklah terlebih dahulu nafas.
Keluarkan melalui ubun-ubun, boleh dikeluarkan melalui hidung, keluarkan nafas
itu pelan-pelan. Yang demikian pranayama yoga namanya.
4.
Dharana Yoga
Hana
ongkara sabda mungguh ring hati, ya teka dharanam, ya pangilang ikang karengo,
ri kala ning yoga, ya teka sunyangaranya, siwatmawak bhatara siwa yan mangkana.
Ya tika dharana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Ada
Omkara bersabda dalam hati. Hendaknya pegang kuat-kuat. Itulah yang
menghilangkan apa yang didengar pada waktu Siwa berwujud Siwatma. Yang demikian
itulah dharana yoga namanya.
5.
Tarka Yoga
Ndakasa
rakwa sang hyang Paramartha, ndan palenanira sakeng akasa, tan hana. Sabda ri
sira, ya ta kalinganing parartha, palenanira sakeng awing-awang, pada nirekang
alilang, yeka terka yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Sang
Hyang Paramartha/hakekat yang tertinggi adalah konon angkasa, bedanya dengan
angkasa ialah tidak ada suara padanya. Demikianlah hakekat paramartha itu dan
perbedaannya dengan awing-awang, persamaan sama-sama jernih. Yang demikian
itulah tarka yoga namanya.
7.
Samadhi
Ikang
jnana pangupeksa, tan pangalupa, tan hana kaharep nira, tan hana sinadhyanira,
malilang tan kahilangan, tan kawaranan, tan hana pawastu ikang setana, apan
mari humidep ikang sarira, luput sekeng catur kalpana, yeka Samadhi yoga
ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin
yang tidak lalai, tidak lupa, tidak mengharap apa-apa, tidak ada sesuatu yang
ingin dicapai, jernih tanpa ada yanghilang, tidak ditutupi apa-apa, sehingga
kesadaran itu tidak ada kesulitan, karena tidak lagi memikirkan badan
jasmaninya, bebas dari catur kalpana, itulah yang dimaksud Samadhi yoga.
e. Ajaran Yoga dalam
Bhuana Kosa
Dalam Bhuana kosa tidak ada tercantum
ajaran yoga secara terperinci sebagai yang disebut dalam Sadangga Yoga. Ajaran
yoga yang ada hanya menyatakan kesempurnaan bhatin dari orang yang melakukan
yoga atau para Yogiswara. Melalui yoga itulah para Yogiswara dapat menyatukan
dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ada beberapa pernyataan dari Bhuana Kosa
tentang ajaran yoga sebagai berikut:
1)
Sva sarira mahayogi
Pasyate
hrdayantare
Vakyante
paramesvaram
Suryya
yutamamaprabham
Nihan
wuwus ni nghulun I kita san mahayogi, sira tumon bhatara Parameswara, sateja
lawan tejaning aditya sayuta, ngkana ri sarira nira mwang ri hati nira (Bhuwana
Kosa, 1.3)
Artinya:
Begini
penjelasanku padamu. Orangyang telah mencapai tingkat yoga tertinggi, ia
melihat bhatara Parameswara, yang sama denga cahaya matahari sejuta di dalam
dirinya dan dalam hatinya.
2)
Hrdistam sarvva bhutanam
Pasyate jala
cakra vat
Anandi madhyani
dhanam
Sivanggadhya
namo mretam
Lwir
bhatara Siwa sira umunggu ring hati sarwwamawak, tanpadi, tar pamadhya, tar
panta, langgeng hananira, kadi jala cakra rupanira, sira ta katon de sang
yogiswara (Bhuwana Kosa, 1.4)
Artinya:
Keadaan
Sang Hyang Siwa bersemayam di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan
dan tanpa tanpa akhir. Keberadaan beliau kekal, berwujud seperti pusaran air.
Demikian beliau tampak oleh sang yogiswara.
3)
Tatva nirbanam adhikyam
Nirbanam paramam
padam
Nanoni papa
nirbanam
Dasendriyan
tatha kyatam
Wekasa
pwa ya ta, hana ta kamoksan atisaya wisesa, antukanira ta sang yogiswara, teka
tang manah nirbana, an mangkana hilang tekang mana, lawan indriyanira, mari
mamikalapa (Bhuwan Kosa, V.21)
Artinya:
Selanjutnya
ada kebebasan sejati/moksa yang sangat utama, yang dapat dicapai oleh orang
yang sempurna yoganya. Bila telah demikian, maka lenyaplah pikiran itu dan segala
keinginannya tidak lagi bimbang.
Demikianlah ajaran yoga dalam Bhuwana
Kosa yang pada hakekatnya adalah memiliki tujuan yang sama yaitu merupakan
salah satu jalan untuk menuju kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar