Rabu, 08 Oktober 2014

Yoga



AJARAN YOGA

Ajaran Yoga adalah bagian dari ajaran Sad Darsana. Pendirinya adalah Maharsi Patanjali, yang menulis ajaran Yoga dalam bukunya adalah Yogasutra. Tujuan yank ingin dicapai oleh ajaran Yoga ialah bersatunya Sang Jiwa dengan JIwa Maha Agung. Sang Jiwa individu adalah suci murni, karena adanya ikatan mayayang berupa Triguna maka ia mengalami Samsara yaitu lahir berulang-ulang.
Ajaran Yoga adalah merupakan anugraha yang luar biasa dari Maharsi Patanjali kepada siapa saja yang melaksakan kehidupan rohani. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin mengisafi kenyataan bahwa jiwa sebagai azas yang bebas, bebas dari tubuh, indrianya dan pikirannya yang terbatas. Yang amat penting dari ajaran Yoga adalah untuk memperoleh wiwekajnanayaitu pengetahuan yang membedakan antara yang salah dengan yang benar sebagai dasar untuk mencapai kelepasan.
Hampir semua ajaran agama Hindu mengenal ajaran Yoga karena ajaran Yoga sudah ada dalam kitab suci Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Untuk dapat seseorang mengerti dan menghayati ajaran agama Hindu hendaknya mereka memiliki pikiran suci dan tenang. Hanya pikiran demikianlah yang dapat mewujudkan kebenaran agama Hindu. Sehubungan dengan itu Yoga adalah jalan yang sebaik-baiknya mencapai tujuan itu. Yoga mengajarkan bahwa kelepasan dapat di capai melalui pengetahuan langsung terhadan perbedaan jiwa-jiwa dengan hal-hal yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat keakuan. Hal ini dapat diwujudkan mengenai pengendalian indria, pikiran dan rasa keakuan. Hendaknya di dasari oleh setiap orang bahwa jiwa itu mengatasi segalanya, kekal abadi dan bebas dari penderitaan dan kematian.
 Yoga merupakan jalan yang praktis  untuk mengalami kenyataan jiwa yang demikian itu dengan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan yoga,sehingga dapat mencapai kelepasan. Tahapan-tahapan yoga dalam Yogasutra ada delapan tahapan yang disebut Astangga Yoga, sedangkan dalan lontar-lontar Siwatattwa tahapan yoga ada enam yang disebut Sadangga Yoga.Yoga dalam lontar-lontar Siwatattwa sesuai dengan sad angga yoga dalam Maitri Upanisad. Tahapan-tahapan yoga itu bertujuan untuk menghentikan gerakan pikiran yang disebut Cittawrti Nirodha.
Dari perubahan Citta inilah Sang Jiwa yang ada dalam diri itu memandang dirinya mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat salah, benar dan sebagainya, dimana sesungguhnya Sang Jiwa mengatasi segala hal. Semua perubahan Citta ini muncul dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi dan menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini. Adapun kelima klesa itu adalah sebagai berikut:
1. Awidya yaitu ketidaktahuan.
2. Asmita yaitu kesombongan atau keakuan.
3. Raga yaitu keterikatan dan kesukaan.
4. Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, antipasti.
5. Abhiniwesa yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap kematian.
Memang susah menghilangkan seluruh klesa-klasa itu, namun dalam pelaksaan Yoga hendaknya menghilangkan klesa-klesa itu, sekurang-kurangnyamemperkecil pengaruhnya. Setelah Citta mengalami perubahan akibat adanya klesa-klesa itu maka dalam memusatkan pikiran pada umumnya seseorang dapat diganggu oleh gerakan Triguna. Kegoncangan ini hedaknya dapat menetralisir sehigga dapat mencapai pikiran yang tenang dan terkendali.
Sesungguhnya gelombang-gelombang pikiran itu dapat dihentikan sehingga ia menjadi tenang dan terkendali melalui tahapan-tahapan Yoga. Adapun tahapan-tahapan Yoga yang di sebut Astangga Yoga itu diantaranya:
1.1 Yama
Yama artinya pengendalian diri tahap pertama yang terdiri dari lima perintah, yaitu:
a. Ahimsa artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup apapun dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
b. Satya atinya kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
c. Asteya artinya pantangan mengiginkan sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau barang dari mencuri.
d. Brahmacarya artinya pantang menikmati seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e. Aparigraha artinya tidak menerima penberian yang tidak penting dari orang lain.
Kelima perintah ini hendaknya wajib dan dipertahankandalam setiap keadaan, karena Yama merupakan kode kelakuan yang universal yang harus diterima dan tidak memerlukan penafsiran. Ia merupakan kode alamiah untuk mahluk manusia.
1.2 Niyama
Niyama artinya pengendalian diri tahap kedua, yang terdiri dari lima perintah diantaranya:
a. Sauca artinya suci lahir bathin. Selain untuk meningkatkan kesucian dirinya, Sauca juga menganjurkan kebijakan untuk melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian pikiran. Saumanasya yaitu hati yang selalu gembira. Ekagrata yaitu pemusatan budhi dan Atmadarsana yaitu realisasi diri yang sejati.
b. Santosa artinya puas dengan apa yang datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan para siswa Yoga pada kebahagian, sedangkan ketidakpuasan mengantarkan kepada kesusahan.
c. Tapa artinya tahan uji terhadap ganggun-gangguan. Melalui TApa ini membuat badan menjadi lebihh kuat dan bebas dari noda-noda dan gangguan-gangguan yang bertentangan dengan dharma.
d. Swadhyaya artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur. Melalui swadhyaya seseorang akan dapat mendekatkan dirinya dengan hal-hal yang bersifat Ketuhanan dan dapat pula memuaskan diri dalam hidup ini. Seseorang akan memperoleh sesuatu dari apa yang di pelajarinya, direnungkannya dan dari apa yang di puja olehnya. Hal ini dikenal dengan Istadewata Suprayogah yaitu persatuan yang di cita-citakan.
e. Iswarapranidhana artinya penyerahan dan pembaktian kepada Tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai Samadhi.
1.3 Asana
Asana artinya sikap duduk yang kuat dan menyenangkan. Maharsi Patanjali bahwa sikap manapun untuk menguasai budhi yang tidsk terlalu lama memaksa anggota badan dan yang dapat dipertahankan cukup lama oleh seorang Yogi adalah baik baginya. Sehubungan dengan kondisi ini seorang Yogi harus menentukan sendiri yang mana cocok dengan tujuannya. Jadi tidak ada sikap yang diwajibkan dan yang dapat diharuskan bagi semua orang sebagai aturan umum. Sikap-sikap itu dipilih sesukanya.
Yoga mengajarkan bermacam-macam Asana untuk memelihara kesehatan badan dan penyucian pikiran. Dengan Asana seseorang akan mampu mengendalikan kerja system saraf agar terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.
1.4 Pranayama
Pranayama artinya pengaturan nafas. Pranayama terdiri dari puraka yaitu pemasukan nafas, kumbhaka yaitu menahan nafas dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan nafas berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran dan penguatan badan.
1.5 Pratyahara
Pratyahara artinya menarik indrianya dari wilayah sasarannya dan menempatkannya di bawah pengawasan pikiran. Bila indriaya dapat diwarisi oleh pikiran maka ia tidak berkeliaran pada obyek-obyek yang disenanginya, namun ia akan mengikuti pikiran. Hal ini akan dicapai melalui latihan yang cukup lama dan dengan penuh kesabaran. Pada umumnya indriya itu cenderung mengejar nafsunya. Tiap alat indriya memiliki tugasnya masing-masing tetapi semuanya merindukan kenikmatannya masing-masing.
Seorang yogi yang hendak membebaskan dirinya dari pengaruh tarikan dari indrianya. Dengan demikian syarat Pratyahara yang pertama ialah untuk melepaskan alat-alat indriaya dari nafsunya masing-masing. Sedangkan ayarat yang kedua ialah membebaskan kegoncangan Citta dari nafsu-nafsu sehingga ia kembali dalam bentuknya yang murni.
Tentang Pratyahara Maharsi Patanjali menyatakan sebagai berikut:
Sva viyasa asamprayoga
          Cittayasa svarupa anukara
Iva indriyam pratyaharah
          Tatah parana vasyata indriyanam
Artinya:
Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya masing-masing, serta penyesuaian alat-alat indriya dan nafsunya itu dengan bentuk cittanya yang murni.
 Pratyahara hendaknya ditujukan kepada Tuhan dan dibimbing oleh Tuhan dengan tujuan untuk melepaskan alat-alat indriya dari hasrat duniawi. Dengan demikian hendaknya alat-alat indriya itu dikuasai oleh budhi dan akhirnya budhi itulah yang harus dikuasai dan di arahkan kepada Tuhan.
1.6 Dharana
Dharana artinya memegang dan memusatkan pikidan pada sasaran yang diinginkan. Sasaran yang diinginkan itu dapat diambil dari badan dan dari obyek luar. Kemampuan untuk memegang pikiran hendaknya tetap terpusat pada suatu obyek adalah merupakan suatu ujian memasuki tingkatan yoga yang lebih tinggi.
1.7 Dhyana
Dhyana berarti aliran pikiran yang tenang pada suatu obyek tanpa tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini menyebabkan seseorang memiliki gambaran yang jelas bagian-bagian dari obyek renungannya. Dalam Yogasutra Maharsi Patanjali mengartikan Dhyana demikian “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” artinya “buddhi yang tiada putus-putusnya menuju tujuan itulah yang dimanakan Dhyana.”
Seperti air sungai mengalir terus-menerus kelaut, maka kesadaran diri seluruhnya mengalir terus-menerus kearah Tuhan atau diri yang agung. Bila hal ini terjadi itulah yang dinamakan Dhyana. Tentang Dhyana Maharsi Yajanawalkya mengatakan sebagai berikut:
Pranayamair dahed dosan
Dharanbhisca kilbisan
Pratyaharasca sansargan
Dhyanena asvan gunan
Artinya:
Dengan Pranayama terbuangkah kotoran badan, kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan, dengan dyana dihilangkan segala apa yang di antara manusia dan Tuhan.
1.8 Samadhi
Samadhi adalah persatuan sempurna dari yang dicintai, pencinta dan kecintaan, suatu keadaan kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan. Dalam keadaan suprakesadaran transenden, seorang Yogi melupakan diri, ia lupa dimana ia berada, ia diresapkan sepenuhnya dalam Tuhan.
Dalam Maitri Upanisad VI. 34 disebutkan tentang Samadhi demikian:
Sebagai api yang kehabisan bahan bakar, terpadamlah dalam sumbernya sendiri. Demikianlah pikiran yang kehilangan aktivitasnya, terpendamlah dalam sumbernya sendiri. Menjadi terpadam dalam sumbernya sendiri karena buddhi mencari yang sejati. Bagi seorang yang terlihat oleh hal-hal indriya, menyusullah kekuatan yang palsu. Dengan noda-noda yang suci dicuci melalui pemusatan, alangkah bahagianya dia yang memasuki Atman, tak mungkin menguraikannya dengan bahasa, orang harus mengalaminya dengan bathin.
 Seorang yang telah mencapai tingkat Samadhi akan mengalami kebahagian yang tidak dapat diuraikan dengan bahasa, kecuali harus dialami sendiri dalam bathinnya.
Samadhi dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Samprajnata Samadhi yaitu Samadhi yang disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Sabija Samadhi.
2. Asamprajnata Samadhi yaitu Samadhi yang tidak disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Nirbija Samadhi.
Demikan ajaran Astangga Yoga menurut Maharsi Patanjali yang merupakan suatu petunjuk jalan untuk persatuan dengan Tuhan.
Di dalam Siwatatwa terdapat juga ajaran Yoga, tetapi susunannya berbeda dengan susunan Yoga dalam Yogasutra. Bila dalam Yogasutra susunan Yoga Astanggayoga maka dalam Siwatatwa adalah Sadanggayoga. Susunan itupun kadang-kadang berbeda antara sumber yang satu dengan sumber yang lain. Beberapa Upanisad juga memuat ajaran Yoga dalam Sanggayoga itu. Ajaran Yoga dalam Siwatatwa tidak berjumlah delapan tahapan tetapi enam tahapan yang disebut Sadanggayoga.
Maîtri Upanisad memuat ajaran Sadanggayoga yang terdiri dari: Pranayama, pratyahara, dhyana, dharana, tarka, dan Samadhi. Pranayama ialah pengaturan nafsu, pratyahara ialah penarikan kesadaran indriya dari dunia luar, dhyana ialah meditasi, dharana ialah kosentrasi, tarka ialah kontemplasi dan Samadhi ialah absorsi.(Maitri Upanisad 18. 47)
Adapun beberapa tatwa-tatwa yang ada di Bali mengenai ajaran Yoga adalah sebagai berikut:
a. Sadangga Yoga dalam Jnana Siddhanta
Jnana Siddhanta menerangkan urutan-urutan Sadangga Yoga demikian:
Pratyaharas tatha dhyanam
Pranayamo tha dharanam
Tarkas civa samadhis tu
Sad-anggam iti kathyate
Nihan tang sadangga yoga nga, kawruhakena lwirnya: pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi yoga. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Maklumlah yoga yang berganda enam terdiri atas pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga dan Samadhi yoga.
Adapun penjelasan masing-masing sadangga yoga itu adalah sebagai berikut:
1. Pratyahara Yoga
Indriyanindriyarthebhyo
Visayebhayah prayatatah
Santena manasahrtya
Pratyaharo nigadyate
Pratyahara Yoga ngaranya, ikang sarwendriya winatek haywa wineh ring wisayanya, kinempel ing citta maho malilang, enak pwa henangheningnya. Mari wisaya. Yeka pratyahara yoga ngaranya (Jnana Siddhanta 15).
Artinya:
Yang dinamakan Pratyahara Yoga ialah semua indra hendaknya tertarik dan tidak diserahkan kepada kekuatan panca indra. Indra itu hendaknya dipusatkan di dalam bathin yang hening, yang kemurniannya menyenangkan, sedangkan indra-indra itu tidak aktif lagi. Itulah yang dinamakan Pratyahara Yoga.
2. Dhyana Yoga
Nirdvandvam nirvikaram ca
Nisaktam acalam tatha
Yad dhruvam dhyayate nityam
Tad dhyanam iti kathyate
Dhyana ngaranya, ikang ambek tan parwa-rwana, tan wikara, enak henang-heningnya, nircancala, umideng tan kawaranan, ekacittanusmarana pinakalaksananya. Yeka dhyana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang dinamakan Dhyana ialah bhatin hendaknya tak terbagikan, tak berubah, dalam kemurniannya menyenangkan, tak dapat digerakkan, tetapi teguh, tak terhalang, sedangkan cirinya yang khas yaitu dalam kosentrasinya ekacitta. Itulah yang dinamakan Dhyana Yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhitva sarva dvarani
Bayum vahyam prayacchati
Murdhanam bayunodbhidya
Pranayamo nigadyate
Pranayama ngaranya: tutupana ng dwara kabeh: mata, irung, kapo, tutuk. Nda ikang bayu rumuhun isep, wetwakena ring wunwunan. Kunang yan tan dharaka, dadi wineh mahawana ring irung, pahalon ikang bayu. Yeka pranayam ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah yang dinamakan Pranayama: tutuplah semua lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Sesudahnya nafas harap dihirup sebelum dikeluarkan lewat ubun-ubun. Tetapi bila ini tidak dapat ditahan, boleh juga nafas dikeluarkan lewat hidung perlahan-lahan. Inilah yang dinamakan Pranayama.
4. Dharana Yoga
Omkaram hrdaye sthapya
Tato linam sivatmakam
Sunyatma srutaye nasty
Dharanam iti kathyate
Dharana Yoga ngaranya: Omkara pranawa hana ring hrdaya. Ya teka dharanam. Yapwan hilang mari karengo ri kala ning yoga, ya teka sunya siwatman kawak bhatara. Yeke dharana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah yang dinamakan Dharana Yoga, sukutala Om yang suci ditempatkan di dalam jantung. Bhatin hendaknya dipusatkan disana. Bila ia lenyap dan tak didengar lagi pada saat Yoga dilaksanalan, maka ia menjadi sunya, Siwatma yang terwujud oleh Bhatara. Itulah yang dinamakan Dharana Yoga.
5. Tarka Yoga
Cittam akasavac chuddham
Nakasam eva tattvatah
Paramarthat tu nihsabdam
Tarkayogo bhidhiyate
Tarka Yoga ngaranya: kady akasa rakawa sang hyang paramartha. Nda tan akasa wih, apan tan hana sabda iriya. Yeka kelingan ing paramartha, palenira sakeng awan-awan, tuhun papadanira ring malilang. Yeka Tarka Yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang dinamakan Tarka Yoga ialah memang Sang Hyang Pararmatha itu bagaikan langit, tetapi sebetulnya bukan langit, karena taj terdapat suara didalamnya, itulah arti Paramartha, berbeda denga cakrawala, sekalipun terangnya sama. Itulah yang dinamakan Tarka Yoga.
6. Samadhi Yoga
Nirupaksam nihkalpanam
Niralambana nihsprham
Niravaranam mihsadhyam
Samadhis tu nigadyate
Samadhi Yoga ngaranya: ikang jnana tan pangupeksa, tak pangalpana, tan panawak, tan hana kahyun itiya, tan hana sadhyanira, malilang tan kawaranan. Yeka Samadhi yoga ngaranya, ling bhatara. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah yang dinamakan Samadhi Yoga, bhatin tidak cemas, tidak mempunyai konsep-konsep, tidak memiliki sesuatu, tak ada keinginan, tak ada obyek, jernih tanpa halangan. Itulah yang dinamakan Samadhi Yoga, sabda bhatara.
Demikian yang dinamakan Sadangga Yoga dalam Jnana Siddhanta sebagai ajaran Siwatatwa untuk menuju Tuhan.

b. Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa
Ajaran yoga dalam Wrhspati Tattwa ada enam tahapan yang disebut Sadangga Yoga yang urutannya sama dengan yang ada dalam Jnana Siddhanta.
Pratyaharas tatha dhyanam
Pranayamasca dharanam
Tarkascaiva samadhisca
Sadanggayoga ucyate
Nahan tang sadangga yoga ngaranya, ikang ta sadhananing sang mahyun umangguhakena sang hyang Wisesa denika, hana pratyahara yoga ngaranya, hana dhyana yoga ngaranya, hana pranayama yoga ngaranya, hana dharana yoga ngaranya, hana tarka yoga ngaranya, hana Samadhi yoga, nahan tang sadangga ngaranya.(Wrhaspati Tatwa 53)
Artinya:
Adapun yang disebut Sadangga Yoga, yaitu alat bagi orang-orang yang ingin menemukan Sang Hyang Wisesa. Ada yang disebut pratyahara yoga, ada yang disebut dhyana yoga, ada yang disebut pranayama yoga, ada yang disebut dharana yoga, ada yang disebut tarka yoga, ada yang disebut Samadhi yoga, itulah yang dibut sadangga yoga.
1. Pratyahara Yoga
Indryanindriyarthebhyah
Visayebhyah prayatnatah
Jnatena manasahrtya
Pratyaharo nigadyate
Ikang indriya kabeh winatek sangkeng wisayanya, ikang citta buddhi manah tan wineh tan maparanparan, kinemitaken citta malilang, yeka pratyahara yoga ngaranya. (Wrhaspatitattwa 54)
Artinya:
Seluruh indriya ditarik dari obyeknya, sedangkan citta, budhi dan manah tidak diberikan mengembara, dijaga oleh citta yang suci. Itulah yang disebut pratyahara yoga.
2. Dhyana Yoga
Nirdvandvan nirvikaranca
Nisantamacalam tatha
Yadrupan dhyayate nityam
Tad dhyanamiti kathyate
Ikang jnana tan pangrwa rwa, tatan wikara, enak haneng-haneng nira, umideng sada tan kawaranan, yeka dhyana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 55)
Artinya:
Pikiran yang tidak mendua. Tidak berubah, tetap suci, tenang senag tiasa tidak terhalang. Itulah yang disebut dhyana yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhyaya sarvadvarani
Vayurantranigrhyate
Murdhanam vayunobhidya
Pranayama nigadyate
Ikang sarwadwara kabeh yateka tutupana, mata, irung, tutuk, talinga, ikang wayu huwus inisep ngunin rumuhun, yateka winetwaken mahawaneng wunwunan, kunang yapwan tan abhyasa ikang wayu mahawane ngkana, dadi ya winetwaken mahawaneng irung, ndan saka sadidik dening mamweywaken wayu, yateka pranayama yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 56)
Artinya:
Tutup semua lubang dalam tubuh, seperti mata, hidung, mulut, telinga. Udara yang diisap tadi, itu dikeluarkan melalui ubun-ubun. Bila tidak terbiasa mengeluarkan udara melalui jalan itu, dapat dikeluarkan melalui hidung, namun dengan cara perlahan-lahan udara dikeluarkan. Itulah yang disebut pranayama yoga.
4. Dharana Yoga
Omkaram hrdaya sthapya
Tattvaline svatmakam
Omkarah samdhrto yasmad
Dharanam vai nigadyate
Hana Ongkarasabda umunggwing hati, yatika dhranam, yapwan hilang ika nora karengo ri kalaning yoga, yeka Siwatma ngaranya, sunyawak bhatara siwa yan mangkana, yeka dhrana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 57)
Artinya:
Ada suara Omkara terletak dihati, itulah yang harus dikuasai, bila hilang dan tidak terdengar lagi tatkala melakukan yoga, itulah yang disebut Siwatma. Sunya badanya Bhatara Siwa bila demikian. Itulah yang disebut dharana yoga.
5. Tarka Yoga
Akasa iva tadrupam
Akasah santatam druvam
Nissabdan terkayetyam
Sa tarka iti kathyate

Kadi akasa rakwa sang hyang Paramatha, ndan ta palenanira lawan akasa, tan hana sabda ri sira, ya ta kalinganing paramartha padanira lawan awing-awang malilang juga, yeka tarkayoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 58)
Artinya:
Sang Hyang Paramartha bagaikan langit, tetapi ada perbedaannya dengan langit, tidak ada suara padanya, itulah sesungguhnya Sang Hyang Paramartha. Persamaan dengan langit adalah sama-sama bersih adanya. Itulah yang disebut Tarka Yoga.
6. Samadhi Yoga
Nirupeksam nirakalpam
Nihsprhe santamavyayam
Alinggam cintayetanityam
Samadhistena kathyate
Ikang Jnana tan popeksa, tan pangalpana, tan hana kaharepnira, tan hana sinadhyanira, alilang tan kawaranan juga, tatan pakahilangan, tatan pawastu ikang cetana, apan mari humidep sira ikang sarira, luput sakeng catur kalpana.
Catur kalpana ngaranya, wruh lawan kinawruhan, pangawruh lawan mangawruhi, nahan yang catur kalpana ngaranya, ika ta kabeh tan hana ri sang yogiswara, yeka Samadhi yoga ngaranya. (Wrhaspati Tattwa 59)
Artinya:
Pikiran yang tidak tercela, tidak lemah, tidak ada yang di kehendakinya, tidak ada diharapkannya, suci tidak terhalang, tidak dapat dihancurkan, cetana itu adalah tanpa aspek, karena tidak lagi ia merasakan badan, bebas dari catur kalpana.
Catur kalpana berarti tahu dan diketahui, pengetahuan dan mengetahui. Itulah yang disebut catur kalpana. Semua itu tidak ada pada sang yogiswara. Ityulah yang disebutsamadhi yoga.

c. Sadangga Yoga dalam Ganapati Tattwa
Tentang ajaran yoga dalam Ganapati Tattwa disebutkan sebagai berikut:
Pratyaharas tatha dhyanam
Pranayamo tha dharanam
Tarkas caiva samadhis tu
Sadangam iti kathyate
Nihan tang sadangga yoga ngaran nira, kaweruhanantanaku sang Ganapati, lwirnya, pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi yoga.(Ganapati Tattwa 3)
Artinya:
Sadangga Yoga inilah yang penting kau ketahui selalu putraku Sang Ganapati, yaitu pratyahara, dhyana yoga, pranayama yoga, dhrana yoga, tarka yoga dan Samadhi yoga.
1. Pratyahara Yoga
Indriyanindriyayanindriyarthebhyo
Visayebhyo hi yatnatah
Santena manasoddhrtya
Pratyaharo nigadyate
Pratyahara yoga ngaranya, ikang sarwendrya winatek haywa wineh ri wisayanya, kinempli citta pahomalilang yapwan enak pwa hana heningnya, mariwisayanya, yatika pratyahara yoga ngaranya. (Ganapati Tattwa 4)
Artinya:
Pratyahara yoga artinya segala hubungan hawa nafsu itu terkekang, tiadadibebaskan pemuasannya, dikendalikan dengan kesadaran iman suci yang teguh, meskipun kurang mesra namun ada juga kejernihannya, surutnya pemuasan nafsu itulah yang disebut pratyahara yoga.
2. Dhyana Yoga
Nirdvandvam nirvikaran cara
Nissaktam  acalam tatha
Yad rupam, dhyayate nityam
Tad dhyanam iti kathyate
Dhyana yoga ngaranya, ikang ambek tan parwarwana ta wikarana, enak pwa henang-heningnya, nircancala, umideng tan kawarapan, ekacittanusmarana pinaka laksananya, yeka dhyana yoga.(Ganapati Tattwa 5)
Artinya:
Dhyana yoga artinya pemikiran yang tiada mendua, tanpa perubahan, selalu tenang juga dalam suka dan dukanya, tiada pernah gelisah, tetap teguh tanpa terpengaruh, kesadaran pemikiran yang menunggal itulah jadi prilakunya, demikianlah yang dimaksud dhyana yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhaya savadvarani
Vayum bahin prayacchati
Murdhanam vayunodhidya
Pranayamo nigadyate
Pranayama yoga ngaranya, tutupanang dwara kabeh, mata irung, kapo, tutuk, ndan ikang wayu rumuhun isepen wetwakena heneng wunwuwnan, kunang yapwan wuwus daraka wineh metu mareng irung kalih, ndan pahalon ikang wayu, yeka pranayama yoga ngaranya. (Ganapati Tattwa 6)
Artinya:
Pranayama yoga artinya, tutuplah segalalubang, mata, hidung,telinga dan mulut, namun terlebih dahulu isaplah udara, kosentrasi tembuskan ke ubun-ubun, bila sudah terasa penuh terkendali biarlah keluar melalui lubang hidung secara perlahan-lahan, itulah yang disebut kosentrasi pengaturan nafas atau pranayama yoga.
4. Dharana Yoga
Omkaram hrdaye stapya
Tattvaline sivatmakam
Sunyatmana ca srnoti
Dharana iti kathyate
Dharana ayoga ngaranya: omkara pranawa hana ri hrdaya, ya teka dharanam pegengen ikang niswasa, yapwan hilang mari karengo kala ning yoga, yeka sunyasiwatmakawak bhatara, yeka dharana yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 7)
Artinya:
Dharana yoga berarti secara spiritualnya sebagai simbolik bahwa Om-kara itu. Ada dihati yaitu sebagai pusat pengendalian pengaruh unsure jasmaniah, bila tenang tiada terdengar sesuatu pada saat beryoga, maka status demikian Bhatara/atma dalam perwujudan menunggal dengan sumber jiwa alam semesta. Demikianlah yang dimaksud dharana yoga.
5. Tarka Yoga
Citta akasavac chuddham
Nakasam eva tatvatah
Paramartham tu nihsabdam
Tarka yoga vidhiyate
Tarka yoga ngaranya, kadi akasa sang hyang paramartha ndatan hana kagatih, apan tan hana sabda iya yeka lingga ning paramartha, palenan ira sakeng awing-awang, tuhun pada nira ri malilang, yeka. Tarka yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 8)
Artinya:
Tarka yoga artinya, bagaikan langit kiranya pikiran itu, yang tidak terpengaruh sesuatu, sebab tak ada unsure suara padanya, begilah simpul Paramartha, yang berlainan dengan angkasa, udara, walaupun persamaannya sungguh serba jernih, demikianlah yang disebut tarka yoga.
6. Samadhi Yoga
Nirupeksam nirlaksanam
Niralamban nihsprham
Niravaranam nihsadhyam
Samadhis tan nigadyate
Samadhi yoga ngaranya, ikang jnana tan pangupeksa, tan pangalpana, tan pangakwana, tan hana kahyun iriya, tan hana sadhya nira, malialang tan kawaranan, yeka Samadhi yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 9)
Artinya:
Samadhi yoga artinya bhatin yang tidak lalai, tiada berharap, tanpa keakuan, tiada sesuatau yang diinginkannya, tak ada yang diperlukannya, tenang tiada terpengaruh, itulah yang dinamakan Samadhi yoga.

d. Sadangga Yoga dalam Tattwajnana
Ajaran yoga dalam Tattwajnana disebutkan sebagai berikut:
1. Pratyahara Yoga
Muwah hana ta pratyahara yoga ngaranya, ikang indriya kabeh watek sakeng wisayanya, kinempeling citta bidhi manah, tan wineh maparan-paran kinempeling cittalila, yeka pratyahara yoga ngaranya. (Tattwajnana)
Artinya:
Ada pratyahara yoga namanya, semua indriya ditarik dari obyek kenikmatannya kumpulkan dalam citta, budhi, manah dan manah, jangan dibiarkan ia pergi kesana kemari, pusatkan iapada pikiran yang tak terganggu apapun. Yang demikian itulah pratyahara yoga namanya.
2. Dhyana Yoga
Ikang jnana tanparorwa, tanpa wikara, enak ikang hnang hningnya, umideng tan kawaranan yeka dhyana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin yang tidak mendua, tidak berubah-ubah, jernih, dengan enaknya, tetap teguh tanpa ditutupi apa-apa, yang demikian itu dhyana yoga namanya.
3. Pranayama Yoga
Tutup ikang dwara kabeh, irung, tutuk, talinga, wayu rumuhun isepen, wetwa ikang wuwunan, kunang tanpabhyasa ikang wayu winehadalan ngkana, dadi adalan engirung, halon wetuning wayu, yeka pranayama ngaranya(Tattwajnana)
Artinya:
Tutuplah sumua pintu yaitu hidung, mulut, telinga. Tariklah terlebih dahulu nafas. Keluarkan melalui ubun-ubun, boleh dikeluarkan melalui hidung, keluarkan nafas itu pelan-pelan. Yang demikian pranayama yoga namanya.
4. Dharana Yoga
Hana ongkara sabda mungguh ring hati, ya teka dharanam, ya pangilang ikang karengo, ri kala ning yoga, ya teka sunyangaranya, siwatmawak bhatara siwa yan mangkana. Ya tika dharana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Ada Omkara bersabda dalam hati. Hendaknya pegang kuat-kuat. Itulah yang menghilangkan apa yang didengar pada waktu Siwa berwujud Siwatma. Yang demikian itulah dharana yoga namanya.
5. Tarka Yoga
Ndakasa rakwa sang hyang Paramartha, ndan palenanira sakeng akasa, tan hana. Sabda ri sira, ya ta kalinganing parartha, palenanira sakeng awing-awang, pada nirekang alilang, yeka terka yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Sang Hyang Paramartha/hakekat yang tertinggi adalah konon angkasa, bedanya dengan angkasa ialah tidak ada suara padanya. Demikianlah hakekat paramartha itu dan perbedaannya dengan awing-awang, persamaan sama-sama jernih. Yang demikian itulah tarka yoga namanya.
7. Samadhi
Ikang jnana pangupeksa, tan pangalupa, tan hana kaharep nira, tan hana sinadhyanira, malilang tan kahilangan, tan kawaranan, tan hana pawastu ikang setana, apan mari humidep ikang sarira, luput sekeng catur kalpana, yeka Samadhi yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin yang tidak lalai, tidak lupa, tidak mengharap apa-apa, tidak ada sesuatu yang ingin dicapai, jernih tanpa ada yanghilang, tidak ditutupi apa-apa, sehingga kesadaran itu tidak ada kesulitan, karena tidak lagi memikirkan badan jasmaninya, bebas dari catur kalpana, itulah yang dimaksud Samadhi yoga.

e. Ajaran Yoga dalam Bhuana Kosa
Dalam Bhuana kosa tidak ada tercantum ajaran yoga secara terperinci sebagai yang disebut dalam Sadangga Yoga. Ajaran yoga yang ada hanya menyatakan kesempurnaan bhatin dari orang yang melakukan yoga atau para Yogiswara. Melalui yoga itulah para Yogiswara dapat menyatukan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ada beberapa pernyataan dari Bhuana Kosa tentang ajaran yoga sebagai berikut:
1) Sva sarira mahayogi
Pasyate hrdayantare
Vakyante paramesvaram
Suryya yutamamaprabham
Nihan wuwus ni nghulun I kita san mahayogi, sira tumon bhatara Parameswara, sateja lawan tejaning aditya sayuta, ngkana ri sarira nira mwang ri hati nira (Bhuwana Kosa, 1.3)
Artinya:
Begini penjelasanku padamu. Orangyang telah mencapai tingkat yoga tertinggi, ia melihat bhatara Parameswara, yang sama denga cahaya matahari sejuta di dalam dirinya dan dalam hatinya.
2) Hrdistam sarvva bhutanam
Pasyate jala cakra vat
Anandi madhyani dhanam
Sivanggadhya namo mretam
Lwir bhatara Siwa sira umunggu ring hati sarwwamawak, tanpadi, tar pamadhya, tar panta, langgeng hananira, kadi jala cakra rupanira, sira ta katon de sang yogiswara (Bhuwana Kosa, 1.4)
Artinya:
Keadaan Sang Hyang Siwa bersemayam di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa tanpa akhir. Keberadaan beliau kekal, berwujud seperti pusaran air. Demikian beliau tampak oleh sang yogiswara.
3) Tatva nirbanam adhikyam
Nirbanam paramam padam
Nanoni papa nirbanam
Dasendriyan tatha kyatam
Wekasa pwa ya ta, hana ta kamoksan atisaya wisesa, antukanira ta sang yogiswara, teka tang manah nirbana, an mangkana hilang tekang mana, lawan indriyanira, mari mamikalapa (Bhuwan Kosa, V.21)
Artinya:
Selanjutnya ada kebebasan sejati/moksa yang sangat utama, yang dapat dicapai oleh orang yang sempurna yoganya. Bila telah demikian, maka lenyaplah pikiran itu dan segala keinginannya tidak lagi bimbang.
Demikianlah ajaran yoga dalam Bhuwana Kosa yang pada hakekatnya adalah memiliki tujuan yang sama yaitu merupakan salah satu jalan untuk menuju kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa.


AJARAN YOGA

Ajaran Yoga adalah bagian dari ajaran Sad Darsana. Pendirinya adalah Maharsi Patanjali, yang menulis ajaran Yoga dalam bukunya adalah Yogasutra. Tujuan yank ingin dicapai oleh ajaran Yoga ialah bersatunya Sang Jiwa dengan JIwa Maha Agung. Sang Jiwa individu adalah suci murni, karena adanya ikatan mayayang berupa Triguna maka ia mengalami Samsara yaitu lahir berulang-ulang.
Ajaran Yoga adalah merupakan anugraha yang luar biasa dari Maharsi Patanjali kepada siapa saja yang melaksakan kehidupan rohani. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin mengisafi kenyataan bahwa jiwa sebagai azas yang bebas, bebas dari tubuh, indrianya dan pikirannya yang terbatas. Yang amat penting dari ajaran Yoga adalah untuk memperoleh wiwekajnanayaitu pengetahuan yang membedakan antara yang salah dengan yang benar sebagai dasar untuk mencapai kelepasan.
Hampir semua ajaran agama Hindu mengenal ajaran Yoga karena ajaran Yoga sudah ada dalam kitab suci Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Untuk dapat seseorang mengerti dan menghayati ajaran agama Hindu hendaknya mereka memiliki pikiran suci dan tenang. Hanya pikiran demikianlah yang dapat mewujudkan kebenaran agama Hindu. Sehubungan dengan itu Yoga adalah jalan yang sebaik-baiknya mencapai tujuan itu. Yoga mengajarkan bahwa kelepasan dapat di capai melalui pengetahuan langsung terhadan perbedaan jiwa-jiwa dengan hal-hal yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat keakuan. Hal ini dapat diwujudkan mengenai pengendalian indria, pikiran dan rasa keakuan. Hendaknya di dasari oleh setiap orang bahwa jiwa itu mengatasi segalanya, kekal abadi dan bebas dari penderitaan dan kematian.
 Yoga merupakan jalan yang praktis  untuk mengalami kenyataan jiwa yang demikian itu dengan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan yoga,sehingga dapat mencapai kelepasan. Tahapan-tahapan yoga dalam Yogasutra ada delapan tahapan yang disebut Astangga Yoga, sedangkan dalan lontar-lontar Siwatattwa tahapan yoga ada enam yang disebut Sadangga Yoga.Yoga dalam lontar-lontar Siwatattwa sesuai dengan sad angga yoga dalam Maitri Upanisad. Tahapan-tahapan yoga itu bertujuan untuk menghentikan gerakan pikiran yang disebut Cittawrti Nirodha.
Dari perubahan Citta inilah Sang Jiwa yang ada dalam diri itu memandang dirinya mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat salah, benar dan sebagainya, dimana sesungguhnya Sang Jiwa mengatasi segala hal. Semua perubahan Citta ini muncul dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi dan menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini. Adapun kelima klesa itu adalah sebagai berikut:
1. Awidya yaitu ketidaktahuan.
2. Asmita yaitu kesombongan atau keakuan.
3. Raga yaitu keterikatan dan kesukaan.
4. Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, antipasti.
5. Abhiniwesa yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap kematian.
Memang susah menghilangkan seluruh klesa-klasa itu, namun dalam pelaksaan Yoga hendaknya menghilangkan klesa-klesa itu, sekurang-kurangnyamemperkecil pengaruhnya. Setelah Citta mengalami perubahan akibat adanya klesa-klesa itu maka dalam memusatkan pikiran pada umumnya seseorang dapat diganggu oleh gerakan Triguna. Kegoncangan ini hedaknya dapat menetralisir sehigga dapat mencapai pikiran yang tenang dan terkendali.
Sesungguhnya gelombang-gelombang pikiran itu dapat dihentikan sehingga ia menjadi tenang dan terkendali melalui tahapan-tahapan Yoga. Adapun tahapan-tahapan Yoga yang di sebut Astangga Yoga itu diantaranya:
1.1 Yama
Yama artinya pengendalian diri tahap pertama yang terdiri dari lima perintah, yaitu:
a. Ahimsa artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup apapun dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
b. Satya atinya kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
c. Asteya artinya pantangan mengiginkan sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau barang dari mencuri.
d. Brahmacarya artinya pantang menikmati seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e. Aparigraha artinya tidak menerima penberian yang tidak penting dari orang lain.
Kelima perintah ini hendaknya wajib dan dipertahankandalam setiap keadaan, karena Yama merupakan kode kelakuan yang universal yang harus diterima dan tidak memerlukan penafsiran. Ia merupakan kode alamiah untuk mahluk manusia.
1.2 Niyama
Niyama artinya pengendalian diri tahap kedua, yang terdiri dari lima perintah diantaranya:
a. Sauca artinya suci lahir bathin. Selain untuk meningkatkan kesucian dirinya, Sauca juga menganjurkan kebijakan untuk melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian pikiran. Saumanasya yaitu hati yang selalu gembira. Ekagrata yaitu pemusatan budhi dan Atmadarsana yaitu realisasi diri yang sejati.
b. Santosa artinya puas dengan apa yang datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan para siswa Yoga pada kebahagian, sedangkan ketidakpuasan mengantarkan kepada kesusahan.
c. Tapa artinya tahan uji terhadap ganggun-gangguan. Melalui TApa ini membuat badan menjadi lebihh kuat dan bebas dari noda-noda dan gangguan-gangguan yang bertentangan dengan dharma.
d. Swadhyaya artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur. Melalui swadhyaya seseorang akan dapat mendekatkan dirinya dengan hal-hal yang bersifat Ketuhanan dan dapat pula memuaskan diri dalam hidup ini. Seseorang akan memperoleh sesuatu dari apa yang di pelajarinya, direnungkannya dan dari apa yang di puja olehnya. Hal ini dikenal dengan Istadewata Suprayogah yaitu persatuan yang di cita-citakan.
e. Iswarapranidhana artinya penyerahan dan pembaktian kepada Tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai Samadhi.
1.3 Asana
Asana artinya sikap duduk yang kuat dan menyenangkan. Maharsi Patanjali bahwa sikap manapun untuk menguasai budhi yang tidsk terlalu lama memaksa anggota badan dan yang dapat dipertahankan cukup lama oleh seorang Yogi adalah baik baginya. Sehubungan dengan kondisi ini seorang Yogi harus menentukan sendiri yang mana cocok dengan tujuannya. Jadi tidak ada sikap yang diwajibkan dan yang dapat diharuskan bagi semua orang sebagai aturan umum. Sikap-sikap itu dipilih sesukanya.
Yoga mengajarkan bermacam-macam Asana untuk memelihara kesehatan badan dan penyucian pikiran. Dengan Asana seseorang akan mampu mengendalikan kerja system saraf agar terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.
1.4 Pranayama
Pranayama artinya pengaturan nafas. Pranayama terdiri dari puraka yaitu pemasukan nafas, kumbhaka yaitu menahan nafas dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan nafas berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran dan penguatan badan.
1.5 Pratyahara
Pratyahara artinya menarik indrianya dari wilayah sasarannya dan menempatkannya di bawah pengawasan pikiran. Bila indriaya dapat diwarisi oleh pikiran maka ia tidak berkeliaran pada obyek-obyek yang disenanginya, namun ia akan mengikuti pikiran. Hal ini akan dicapai melalui latihan yang cukup lama dan dengan penuh kesabaran. Pada umumnya indriya itu cenderung mengejar nafsunya. Tiap alat indriya memiliki tugasnya masing-masing tetapi semuanya merindukan kenikmatannya masing-masing.
Seorang yogi yang hendak membebaskan dirinya dari pengaruh tarikan dari indrianya. Dengan demikian syarat Pratyahara yang pertama ialah untuk melepaskan alat-alat indriaya dari nafsunya masing-masing. Sedangkan ayarat yang kedua ialah membebaskan kegoncangan Citta dari nafsu-nafsu sehingga ia kembali dalam bentuknya yang murni.
Tentang Pratyahara Maharsi Patanjali menyatakan sebagai berikut:
Sva viyasa asamprayoga
          Cittayasa svarupa anukara
Iva indriyam pratyaharah
          Tatah parana vasyata indriyanam
Artinya:
Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya masing-masing, serta penyesuaian alat-alat indriya dan nafsunya itu dengan bentuk cittanya yang murni.
 Pratyahara hendaknya ditujukan kepada Tuhan dan dibimbing oleh Tuhan dengan tujuan untuk melepaskan alat-alat indriya dari hasrat duniawi. Dengan demikian hendaknya alat-alat indriya itu dikuasai oleh budhi dan akhirnya budhi itulah yang harus dikuasai dan di arahkan kepada Tuhan.
1.6 Dharana
Dharana artinya memegang dan memusatkan pikidan pada sasaran yang diinginkan. Sasaran yang diinginkan itu dapat diambil dari badan dan dari obyek luar. Kemampuan untuk memegang pikiran hendaknya tetap terpusat pada suatu obyek adalah merupakan suatu ujian memasuki tingkatan yoga yang lebih tinggi.
1.7 Dhyana
Dhyana berarti aliran pikiran yang tenang pada suatu obyek tanpa tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini menyebabkan seseorang memiliki gambaran yang jelas bagian-bagian dari obyek renungannya. Dalam Yogasutra Maharsi Patanjali mengartikan Dhyana demikian “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” artinya “buddhi yang tiada putus-putusnya menuju tujuan itulah yang dimanakan Dhyana.”
Seperti air sungai mengalir terus-menerus kelaut, maka kesadaran diri seluruhnya mengalir terus-menerus kearah Tuhan atau diri yang agung. Bila hal ini terjadi itulah yang dinamakan Dhyana. Tentang Dhyana Maharsi Yajanawalkya mengatakan sebagai berikut:
Pranayamair dahed dosan
Dharanbhisca kilbisan
Pratyaharasca sansargan
Dhyanena asvan gunan
Artinya:
Dengan Pranayama terbuangkah kotoran badan, kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan, dengan dyana dihilangkan segala apa yang di antara manusia dan Tuhan.
1.8 Samadhi
Samadhi adalah persatuan sempurna dari yang dicintai, pencinta dan kecintaan, suatu keadaan kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan. Dalam keadaan suprakesadaran transenden, seorang Yogi melupakan diri, ia lupa dimana ia berada, ia diresapkan sepenuhnya dalam Tuhan.
Dalam Maitri Upanisad VI. 34 disebutkan tentang Samadhi demikian:
Sebagai api yang kehabisan bahan bakar, terpadamlah dalam sumbernya sendiri. Demikianlah pikiran yang kehilangan aktivitasnya, terpendamlah dalam sumbernya sendiri. Menjadi terpadam dalam sumbernya sendiri karena buddhi mencari yang sejati. Bagi seorang yang terlihat oleh hal-hal indriya, menyusullah kekuatan yang palsu. Dengan noda-noda yang suci dicuci melalui pemusatan, alangkah bahagianya dia yang memasuki Atman, tak mungkin menguraikannya dengan bahasa, orang harus mengalaminya dengan bathin.
 Seorang yang telah mencapai tingkat Samadhi akan mengalami kebahagian yang tidak dapat diuraikan dengan bahasa, kecuali harus dialami sendiri dalam bathinnya.
Samadhi dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Samprajnata Samadhi yaitu Samadhi yang disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Sabija Samadhi.
2. Asamprajnata Samadhi yaitu Samadhi yang tidak disertai dengan kesadaran yang juga dinamakan Nirbija Samadhi.
Demikan ajaran Astangga Yoga menurut Maharsi Patanjali yang merupakan suatu petunjuk jalan untuk persatuan dengan Tuhan.
Di dalam Siwatatwa terdapat juga ajaran Yoga, tetapi susunannya berbeda dengan susunan Yoga dalam Yogasutra. Bila dalam Yogasutra susunan Yoga Astanggayoga maka dalam Siwatatwa adalah Sadanggayoga. Susunan itupun kadang-kadang berbeda antara sumber yang satu dengan sumber yang lain. Beberapa Upanisad juga memuat ajaran Yoga dalam Sanggayoga itu. Ajaran Yoga dalam Siwatatwa tidak berjumlah delapan tahapan tetapi enam tahapan yang disebut Sadanggayoga.
Maîtri Upanisad memuat ajaran Sadanggayoga yang terdiri dari: Pranayama, pratyahara, dhyana, dharana, tarka, dan Samadhi. Pranayama ialah pengaturan nafsu, pratyahara ialah penarikan kesadaran indriya dari dunia luar, dhyana ialah meditasi, dharana ialah kosentrasi, tarka ialah kontemplasi dan Samadhi ialah absorsi.(Maitri Upanisad 18. 47)
Adapun beberapa tatwa-tatwa yang ada di Bali mengenai ajaran Yoga adalah sebagai berikut:
a. Sadangga Yoga dalam Jnana Siddhanta
Jnana Siddhanta menerangkan urutan-urutan Sadangga Yoga demikian:
Pratyaharas tatha dhyanam
Pranayamo tha dharanam
Tarkas civa samadhis tu
Sad-anggam iti kathyate
Nihan tang sadangga yoga nga, kawruhakena lwirnya: pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi yoga. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Maklumlah yoga yang berganda enam terdiri atas pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga dan Samadhi yoga.
Adapun penjelasan masing-masing sadangga yoga itu adalah sebagai berikut:
1. Pratyahara Yoga
Indriyanindriyarthebhyo
Visayebhayah prayatatah
Santena manasahrtya
Pratyaharo nigadyate
Pratyahara Yoga ngaranya, ikang sarwendriya winatek haywa wineh ring wisayanya, kinempel ing citta maho malilang, enak pwa henangheningnya. Mari wisaya. Yeka pratyahara yoga ngaranya (Jnana Siddhanta 15).
Artinya:
Yang dinamakan Pratyahara Yoga ialah semua indra hendaknya tertarik dan tidak diserahkan kepada kekuatan panca indra. Indra itu hendaknya dipusatkan di dalam bathin yang hening, yang kemurniannya menyenangkan, sedangkan indra-indra itu tidak aktif lagi. Itulah yang dinamakan Pratyahara Yoga.
2. Dhyana Yoga
Nirdvandvam nirvikaram ca
Nisaktam acalam tatha
Yad dhruvam dhyayate nityam
Tad dhyanam iti kathyate
Dhyana ngaranya, ikang ambek tan parwa-rwana, tan wikara, enak henang-heningnya, nircancala, umideng tan kawaranan, ekacittanusmarana pinakalaksananya. Yeka dhyana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang dinamakan Dhyana ialah bhatin hendaknya tak terbagikan, tak berubah, dalam kemurniannya menyenangkan, tak dapat digerakkan, tetapi teguh, tak terhalang, sedangkan cirinya yang khas yaitu dalam kosentrasinya ekacitta. Itulah yang dinamakan Dhyana Yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhitva sarva dvarani
Bayum vahyam prayacchati
Murdhanam bayunodbhidya
Pranayamo nigadyate
Pranayama ngaranya: tutupana ng dwara kabeh: mata, irung, kapo, tutuk. Nda ikang bayu rumuhun isep, wetwakena ring wunwunan. Kunang yan tan dharaka, dadi wineh mahawana ring irung, pahalon ikang bayu. Yeka pranayam ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah yang dinamakan Pranayama: tutuplah semua lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Sesudahnya nafas harap dihirup sebelum dikeluarkan lewat ubun-ubun. Tetapi bila ini tidak dapat ditahan, boleh juga nafas dikeluarkan lewat hidung perlahan-lahan. Inilah yang dinamakan Pranayama.
4. Dharana Yoga
Omkaram hrdaye sthapya
Tato linam sivatmakam
Sunyatma srutaye nasty
Dharanam iti kathyate
Dharana Yoga ngaranya: Omkara pranawa hana ring hrdaya. Ya teka dharanam. Yapwan hilang mari karengo ri kala ning yoga, ya teka sunya siwatman kawak bhatara. Yeke dharana yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah yang dinamakan Dharana Yoga, sukutala Om yang suci ditempatkan di dalam jantung. Bhatin hendaknya dipusatkan disana. Bila ia lenyap dan tak didengar lagi pada saat Yoga dilaksanalan, maka ia menjadi sunya, Siwatma yang terwujud oleh Bhatara. Itulah yang dinamakan Dharana Yoga.
5. Tarka Yoga
Cittam akasavac chuddham
Nakasam eva tattvatah
Paramarthat tu nihsabdam
Tarkayogo bhidhiyate
Tarka Yoga ngaranya: kady akasa rakawa sang hyang paramartha. Nda tan akasa wih, apan tan hana sabda iriya. Yeka kelingan ing paramartha, palenira sakeng awan-awan, tuhun papadanira ring malilang. Yeka Tarka Yoga ngaranya. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Yang dinamakan Tarka Yoga ialah memang Sang Hyang Pararmatha itu bagaikan langit, tetapi sebetulnya bukan langit, karena taj terdapat suara didalamnya, itulah arti Paramartha, berbeda denga cakrawala, sekalipun terangnya sama. Itulah yang dinamakan Tarka Yoga.
6. Samadhi Yoga
Nirupaksam nihkalpanam
Niralambana nihsprham
Niravaranam mihsadhyam
Samadhis tu nigadyate
Samadhi Yoga ngaranya: ikang jnana tan pangupeksa, tak pangalpana, tan panawak, tan hana kahyun itiya, tan hana sadhyanira, malilang tan kawaranan. Yeka Samadhi yoga ngaranya, ling bhatara. (Jnana Siddhanta 15)
Artinya:
Inilah yang dinamakan Samadhi Yoga, bhatin tidak cemas, tidak mempunyai konsep-konsep, tidak memiliki sesuatu, tak ada keinginan, tak ada obyek, jernih tanpa halangan. Itulah yang dinamakan Samadhi Yoga, sabda bhatara.
Demikian yang dinamakan Sadangga Yoga dalam Jnana Siddhanta sebagai ajaran Siwatatwa untuk menuju Tuhan.

b. Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa
Ajaran yoga dalam Wrhspati Tattwa ada enam tahapan yang disebut Sadangga Yoga yang urutannya sama dengan yang ada dalam Jnana Siddhanta.
Pratyaharas tatha dhyanam
Pranayamasca dharanam
Tarkascaiva samadhisca
Sadanggayoga ucyate
Nahan tang sadangga yoga ngaranya, ikang ta sadhananing sang mahyun umangguhakena sang hyang Wisesa denika, hana pratyahara yoga ngaranya, hana dhyana yoga ngaranya, hana pranayama yoga ngaranya, hana dharana yoga ngaranya, hana tarka yoga ngaranya, hana Samadhi yoga, nahan tang sadangga ngaranya.(Wrhaspati Tatwa 53)
Artinya:
Adapun yang disebut Sadangga Yoga, yaitu alat bagi orang-orang yang ingin menemukan Sang Hyang Wisesa. Ada yang disebut pratyahara yoga, ada yang disebut dhyana yoga, ada yang disebut pranayama yoga, ada yang disebut dharana yoga, ada yang disebut tarka yoga, ada yang disebut Samadhi yoga, itulah yang dibut sadangga yoga.
1. Pratyahara Yoga
Indryanindriyarthebhyah
Visayebhyah prayatnatah
Jnatena manasahrtya
Pratyaharo nigadyate
Ikang indriya kabeh winatek sangkeng wisayanya, ikang citta buddhi manah tan wineh tan maparanparan, kinemitaken citta malilang, yeka pratyahara yoga ngaranya. (Wrhaspatitattwa 54)
Artinya:
Seluruh indriya ditarik dari obyeknya, sedangkan citta, budhi dan manah tidak diberikan mengembara, dijaga oleh citta yang suci. Itulah yang disebut pratyahara yoga.
2. Dhyana Yoga
Nirdvandvan nirvikaranca
Nisantamacalam tatha
Yadrupan dhyayate nityam
Tad dhyanamiti kathyate
Ikang jnana tan pangrwa rwa, tatan wikara, enak haneng-haneng nira, umideng sada tan kawaranan, yeka dhyana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 55)
Artinya:
Pikiran yang tidak mendua. Tidak berubah, tetap suci, tenang senag tiasa tidak terhalang. Itulah yang disebut dhyana yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhyaya sarvadvarani
Vayurantranigrhyate
Murdhanam vayunobhidya
Pranayama nigadyate
Ikang sarwadwara kabeh yateka tutupana, mata, irung, tutuk, talinga, ikang wayu huwus inisep ngunin rumuhun, yateka winetwaken mahawaneng wunwunan, kunang yapwan tan abhyasa ikang wayu mahawane ngkana, dadi ya winetwaken mahawaneng irung, ndan saka sadidik dening mamweywaken wayu, yateka pranayama yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 56)
Artinya:
Tutup semua lubang dalam tubuh, seperti mata, hidung, mulut, telinga. Udara yang diisap tadi, itu dikeluarkan melalui ubun-ubun. Bila tidak terbiasa mengeluarkan udara melalui jalan itu, dapat dikeluarkan melalui hidung, namun dengan cara perlahan-lahan udara dikeluarkan. Itulah yang disebut pranayama yoga.
4. Dharana Yoga
Omkaram hrdaya sthapya
Tattvaline svatmakam
Omkarah samdhrto yasmad
Dharanam vai nigadyate
Hana Ongkarasabda umunggwing hati, yatika dhranam, yapwan hilang ika nora karengo ri kalaning yoga, yeka Siwatma ngaranya, sunyawak bhatara siwa yan mangkana, yeka dhrana yoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 57)
Artinya:
Ada suara Omkara terletak dihati, itulah yang harus dikuasai, bila hilang dan tidak terdengar lagi tatkala melakukan yoga, itulah yang disebut Siwatma. Sunya badanya Bhatara Siwa bila demikian. Itulah yang disebut dharana yoga.
5. Tarka Yoga
Akasa iva tadrupam
Akasah santatam druvam
Nissabdan terkayetyam
Sa tarka iti kathyate

Kadi akasa rakwa sang hyang Paramatha, ndan ta palenanira lawan akasa, tan hana sabda ri sira, ya ta kalinganing paramartha padanira lawan awing-awang malilang juga, yeka tarkayoga ngaranya.(Wrhaspati Tattwa 58)
Artinya:
Sang Hyang Paramartha bagaikan langit, tetapi ada perbedaannya dengan langit, tidak ada suara padanya, itulah sesungguhnya Sang Hyang Paramartha. Persamaan dengan langit adalah sama-sama bersih adanya. Itulah yang disebut Tarka Yoga.
6. Samadhi Yoga
Nirupeksam nirakalpam
Nihsprhe santamavyayam
Alinggam cintayetanityam
Samadhistena kathyate
Ikang Jnana tan popeksa, tan pangalpana, tan hana kaharepnira, tan hana sinadhyanira, alilang tan kawaranan juga, tatan pakahilangan, tatan pawastu ikang cetana, apan mari humidep sira ikang sarira, luput sakeng catur kalpana.
Catur kalpana ngaranya, wruh lawan kinawruhan, pangawruh lawan mangawruhi, nahan yang catur kalpana ngaranya, ika ta kabeh tan hana ri sang yogiswara, yeka Samadhi yoga ngaranya. (Wrhaspati Tattwa 59)
Artinya:
Pikiran yang tidak tercela, tidak lemah, tidak ada yang di kehendakinya, tidak ada diharapkannya, suci tidak terhalang, tidak dapat dihancurkan, cetana itu adalah tanpa aspek, karena tidak lagi ia merasakan badan, bebas dari catur kalpana.
Catur kalpana berarti tahu dan diketahui, pengetahuan dan mengetahui. Itulah yang disebut catur kalpana. Semua itu tidak ada pada sang yogiswara. Ityulah yang disebutsamadhi yoga.

c. Sadangga Yoga dalam Ganapati Tattwa
Tentang ajaran yoga dalam Ganapati Tattwa disebutkan sebagai berikut:
Pratyaharas tatha dhyanam
Pranayamo tha dharanam
Tarkas caiva samadhis tu
Sadangam iti kathyate
Nihan tang sadangga yoga ngaran nira, kaweruhanantanaku sang Ganapati, lwirnya, pratyahara yoga, dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga, tarka yoga, Samadhi yoga.(Ganapati Tattwa 3)
Artinya:
Sadangga Yoga inilah yang penting kau ketahui selalu putraku Sang Ganapati, yaitu pratyahara, dhyana yoga, pranayama yoga, dhrana yoga, tarka yoga dan Samadhi yoga.
1. Pratyahara Yoga
Indriyanindriyayanindriyarthebhyo
Visayebhyo hi yatnatah
Santena manasoddhrtya
Pratyaharo nigadyate
Pratyahara yoga ngaranya, ikang sarwendrya winatek haywa wineh ri wisayanya, kinempli citta pahomalilang yapwan enak pwa hana heningnya, mariwisayanya, yatika pratyahara yoga ngaranya. (Ganapati Tattwa 4)
Artinya:
Pratyahara yoga artinya segala hubungan hawa nafsu itu terkekang, tiadadibebaskan pemuasannya, dikendalikan dengan kesadaran iman suci yang teguh, meskipun kurang mesra namun ada juga kejernihannya, surutnya pemuasan nafsu itulah yang disebut pratyahara yoga.
2. Dhyana Yoga
Nirdvandvam nirvikaran cara
Nissaktam  acalam tatha
Yad rupam, dhyayate nityam
Tad dhyanam iti kathyate
Dhyana yoga ngaranya, ikang ambek tan parwarwana ta wikarana, enak pwa henang-heningnya, nircancala, umideng tan kawarapan, ekacittanusmarana pinaka laksananya, yeka dhyana yoga.(Ganapati Tattwa 5)
Artinya:
Dhyana yoga artinya pemikiran yang tiada mendua, tanpa perubahan, selalu tenang juga dalam suka dan dukanya, tiada pernah gelisah, tetap teguh tanpa terpengaruh, kesadaran pemikiran yang menunggal itulah jadi prilakunya, demikianlah yang dimaksud dhyana yoga.
3. Pranayama Yoga
Pidhaya savadvarani
Vayum bahin prayacchati
Murdhanam vayunodhidya
Pranayamo nigadyate
Pranayama yoga ngaranya, tutupanang dwara kabeh, mata irung, kapo, tutuk, ndan ikang wayu rumuhun isepen wetwakena heneng wunwuwnan, kunang yapwan wuwus daraka wineh metu mareng irung kalih, ndan pahalon ikang wayu, yeka pranayama yoga ngaranya. (Ganapati Tattwa 6)
Artinya:
Pranayama yoga artinya, tutuplah segalalubang, mata, hidung,telinga dan mulut, namun terlebih dahulu isaplah udara, kosentrasi tembuskan ke ubun-ubun, bila sudah terasa penuh terkendali biarlah keluar melalui lubang hidung secara perlahan-lahan, itulah yang disebut kosentrasi pengaturan nafas atau pranayama yoga.
4. Dharana Yoga
Omkaram hrdaye stapya
Tattvaline sivatmakam
Sunyatmana ca srnoti
Dharana iti kathyate
Dharana ayoga ngaranya: omkara pranawa hana ri hrdaya, ya teka dharanam pegengen ikang niswasa, yapwan hilang mari karengo kala ning yoga, yeka sunyasiwatmakawak bhatara, yeka dharana yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 7)
Artinya:
Dharana yoga berarti secara spiritualnya sebagai simbolik bahwa Om-kara itu. Ada dihati yaitu sebagai pusat pengendalian pengaruh unsure jasmaniah, bila tenang tiada terdengar sesuatu pada saat beryoga, maka status demikian Bhatara/atma dalam perwujudan menunggal dengan sumber jiwa alam semesta. Demikianlah yang dimaksud dharana yoga.
5. Tarka Yoga
Citta akasavac chuddham
Nakasam eva tatvatah
Paramartham tu nihsabdam
Tarka yoga vidhiyate
Tarka yoga ngaranya, kadi akasa sang hyang paramartha ndatan hana kagatih, apan tan hana sabda iya yeka lingga ning paramartha, palenan ira sakeng awing-awang, tuhun pada nira ri malilang, yeka. Tarka yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 8)
Artinya:
Tarka yoga artinya, bagaikan langit kiranya pikiran itu, yang tidak terpengaruh sesuatu, sebab tak ada unsure suara padanya, begilah simpul Paramartha, yang berlainan dengan angkasa, udara, walaupun persamaannya sungguh serba jernih, demikianlah yang disebut tarka yoga.
6. Samadhi Yoga
Nirupeksam nirlaksanam
Niralamban nihsprham
Niravaranam nihsadhyam
Samadhis tan nigadyate
Samadhi yoga ngaranya, ikang jnana tan pangupeksa, tan pangalpana, tan pangakwana, tan hana kahyun iriya, tan hana sadhya nira, malialang tan kawaranan, yeka Samadhi yoga ngaranya.(Ganapati Tattwa 9)
Artinya:
Samadhi yoga artinya bhatin yang tidak lalai, tiada berharap, tanpa keakuan, tiada sesuatau yang diinginkannya, tak ada yang diperlukannya, tenang tiada terpengaruh, itulah yang dinamakan Samadhi yoga.

d. Sadangga Yoga dalam Tattwajnana
Ajaran yoga dalam Tattwajnana disebutkan sebagai berikut:
1. Pratyahara Yoga
Muwah hana ta pratyahara yoga ngaranya, ikang indriya kabeh watek sakeng wisayanya, kinempeling citta bidhi manah, tan wineh maparan-paran kinempeling cittalila, yeka pratyahara yoga ngaranya. (Tattwajnana)
Artinya:
Ada pratyahara yoga namanya, semua indriya ditarik dari obyek kenikmatannya kumpulkan dalam citta, budhi, manah dan manah, jangan dibiarkan ia pergi kesana kemari, pusatkan iapada pikiran yang tak terganggu apapun. Yang demikian itulah pratyahara yoga namanya.
2. Dhyana Yoga
Ikang jnana tanparorwa, tanpa wikara, enak ikang hnang hningnya, umideng tan kawaranan yeka dhyana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin yang tidak mendua, tidak berubah-ubah, jernih, dengan enaknya, tetap teguh tanpa ditutupi apa-apa, yang demikian itu dhyana yoga namanya.
3. Pranayama Yoga
Tutup ikang dwara kabeh, irung, tutuk, talinga, wayu rumuhun isepen, wetwa ikang wuwunan, kunang tanpabhyasa ikang wayu winehadalan ngkana, dadi adalan engirung, halon wetuning wayu, yeka pranayama ngaranya(Tattwajnana)
Artinya:
Tutuplah sumua pintu yaitu hidung, mulut, telinga. Tariklah terlebih dahulu nafas. Keluarkan melalui ubun-ubun, boleh dikeluarkan melalui hidung, keluarkan nafas itu pelan-pelan. Yang demikian pranayama yoga namanya.
4. Dharana Yoga
Hana ongkara sabda mungguh ring hati, ya teka dharanam, ya pangilang ikang karengo, ri kala ning yoga, ya teka sunyangaranya, siwatmawak bhatara siwa yan mangkana. Ya tika dharana yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Ada Omkara bersabda dalam hati. Hendaknya pegang kuat-kuat. Itulah yang menghilangkan apa yang didengar pada waktu Siwa berwujud Siwatma. Yang demikian itulah dharana yoga namanya.
5. Tarka Yoga
Ndakasa rakwa sang hyang Paramartha, ndan palenanira sakeng akasa, tan hana. Sabda ri sira, ya ta kalinganing parartha, palenanira sakeng awing-awang, pada nirekang alilang, yeka terka yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Sang Hyang Paramartha/hakekat yang tertinggi adalah konon angkasa, bedanya dengan angkasa ialah tidak ada suara padanya. Demikianlah hakekat paramartha itu dan perbedaannya dengan awing-awang, persamaan sama-sama jernih. Yang demikian itulah tarka yoga namanya.
7. Samadhi
Ikang jnana pangupeksa, tan pangalupa, tan hana kaharep nira, tan hana sinadhyanira, malilang tan kahilangan, tan kawaranan, tan hana pawastu ikang setana, apan mari humidep ikang sarira, luput sekeng catur kalpana, yeka Samadhi yoga ngaranya (Tattwajnana)
Artinya:
Bhatin yang tidak lalai, tidak lupa, tidak mengharap apa-apa, tidak ada sesuatu yang ingin dicapai, jernih tanpa ada yanghilang, tidak ditutupi apa-apa, sehingga kesadaran itu tidak ada kesulitan, karena tidak lagi memikirkan badan jasmaninya, bebas dari catur kalpana, itulah yang dimaksud Samadhi yoga.

e. Ajaran Yoga dalam Bhuana Kosa
Dalam Bhuana kosa tidak ada tercantum ajaran yoga secara terperinci sebagai yang disebut dalam Sadangga Yoga. Ajaran yoga yang ada hanya menyatakan kesempurnaan bhatin dari orang yang melakukan yoga atau para Yogiswara. Melalui yoga itulah para Yogiswara dapat menyatukan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ada beberapa pernyataan dari Bhuana Kosa tentang ajaran yoga sebagai berikut:
1) Sva sarira mahayogi
Pasyate hrdayantare
Vakyante paramesvaram
Suryya yutamamaprabham
Nihan wuwus ni nghulun I kita san mahayogi, sira tumon bhatara Parameswara, sateja lawan tejaning aditya sayuta, ngkana ri sarira nira mwang ri hati nira (Bhuwana Kosa, 1.3)
Artinya:
Begini penjelasanku padamu. Orangyang telah mencapai tingkat yoga tertinggi, ia melihat bhatara Parameswara, yang sama denga cahaya matahari sejuta di dalam dirinya dan dalam hatinya.
2) Hrdistam sarvva bhutanam
Pasyate jala cakra vat
Anandi madhyani dhanam
Sivanggadhya namo mretam
Lwir bhatara Siwa sira umunggu ring hati sarwwamawak, tanpadi, tar pamadhya, tar panta, langgeng hananira, kadi jala cakra rupanira, sira ta katon de sang yogiswara (Bhuwana Kosa, 1.4)
Artinya:
Keadaan Sang Hyang Siwa bersemayam di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa tanpa akhir. Keberadaan beliau kekal, berwujud seperti pusaran air. Demikian beliau tampak oleh sang yogiswara.
3) Tatva nirbanam adhikyam
Nirbanam paramam padam
Nanoni papa nirbanam
Dasendriyan tatha kyatam
Wekasa pwa ya ta, hana ta kamoksan atisaya wisesa, antukanira ta sang yogiswara, teka tang manah nirbana, an mangkana hilang tekang mana, lawan indriyanira, mari mamikalapa (Bhuwan Kosa, V.21)
Artinya:
Selanjutnya ada kebebasan sejati/moksa yang sangat utama, yang dapat dicapai oleh orang yang sempurna yoganya. Bila telah demikian, maka lenyaplah pikiran itu dan segala keinginannya tidak lagi bimbang.
Demikianlah ajaran yoga dalam Bhuwana Kosa yang pada hakekatnya adalah memiliki tujuan yang sama yaitu merupakan salah satu jalan untuk menuju kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar