Empat jalan spiritual yang utama untuk mewujudkan Tuhan
adalah Karma Yoga, Bhakti Yoga, Raja Yoga
dan Jnana yoga. Karma Yoga cocok bagi orang yang
bertemperamen aktif, Bhakti Yoga bagi
orang yang bertemperamen bhakti, Raja
Yoga bagi orang yang bertemperamen mistis, dan Jnana Jnana Yoga bagi orang yang bertemperamen raqsional dan
philosophis.
Mantra Yoga,
Laya Yoga atau Kundalini
Yoga, Lambika Yoga dan Hatha Yoga
adalah Yoga-yoga lainnya. Yoga sesungguhnya artinya adalah
penyatuan dengan Tuhan. Melaksanakan Yoga
membawa munuju penyatuan dengan Tuhan bagaimanapun titik awal, akhir yang
dicapai adalah sama. Karma Yoga adalah jalan pelayanan tanpa
pamrih, sedangkan si pelakunya disebut Karma-Yogin.
Bhakti Yoga adalah jalan bhakti yang
terbatas pada Tuhan dan mereka yang mencari penyatuan melalui jalan cinta kasih
atau bhakti disebut Bhakti-Yogin. Raja Yoga adalah jalan
pengekangan diri, dan mereka yang menginginkan penyatuan dengan Tuhan melalui
hal-hal yang bersifat mistis disebut Raja-Yogin.
Jnana Yoga adalah jalan kebijaksanaan, dan yang mencari penyatuan diri
dengan diri Tertinggi melalui filsafat dan pencarian disebut Jnana-Yogin.
1. Karma Yoga (Kewajiban demi kewajiban itu sendiri)
Karma Yoga
adalah jalan kegiatan yaitu jalan pelayanan tanpa npamrih, yang membawa
pencapaian Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini merupakan penolakan akan buah perbuatan. Karma Yoga mengajarkan kepada kita
bagaimana bekerja demi untuk kerja itu sendiri yaitu tidak terikat. Dan
bagaimana mempergunakan sebagian besar tenaga kita untuk yang terbaik. Motto
seorang Karma-Yogin adalah “Kewajiban
demi untuk kewajiban itu sendiri”. Bagi seorang Karma-Yogin, kerja adalah pemujaan, sehingga setiap pekerjaan
dialihkan menjadi suatu pemujaan kepada Tuhan. Seorang Karma-Yogin tak terikat oleh Karma
karena ia mempersembahkan buah perbuatannya kepada Tuhan. Yogah Kamasu Kausalam-Yoga adalah keterampilan dalam kegiatan.
Biasanya suatu kerja memberikan buah kesenangan maupun
penderitaan sebagai akibatnya. Setiap kerja menambahkan satu mata rantai
terhadap ikatan samsara kita dan
membawa pada pengulangan kelahiran. Ini merupakan hukum karma yang pasti. Tetapi, melalui pelaksanaan karma-yoga, akibat karma dapat dihapus, dan karma menjadi mandul. Pekerjaan yang sama,
apabila dilakukan dengan sikap mental yang benar, semangat yang benar dan
kehendak yang benar melalui yoga.
Tanpa keterikatan dan pengharapan akan buahnya, tanpa pemikiran badan dan atau
pelakuan, dengan pikiran yang seimbang dengan keberhasilan maupun kegagalan (Samatwam Yoga Ucyate), tidak akan
menembahkan mata rantai terhadap belenggu kita. Sebaliknya, ia memurnikan hati
dan membantu kita mencapai pembebasan melalui turunya penerangan Tuhan atau
merekahnya fajar kebijaksanaan. Disiplin moral yang kaku dan pengadilan
indriya-indriaya perlu sekali bagi pelaku Karma
Yoga. Oleh karena itu, sesungguhnya Brahmacarya
itu penting. Pengusahaan kebajikan seperti toleransi, kesesuain, simpati, welas
asih, pikiran seimbang, kasih sayang kosmis, penyabar, ketabahan, kerendahan
hati, dermawan, kemulian, pengendalian diri, pengendalian kemarahan tanpa kekerasan,
kejujuran, membatasi makan, minum dan tidur, hidup sederhana dan mantap adalah
perlu sekali.
Setiap orang hendaknya melakukan kewajibannya sesuai
dengan warna dan asramanya masing-masing yaitu golongan sosial serta tahapan dalam
kehidupannya. Tak ada manfaatnya meninggalkan pekerjaannya sendiri dan condong
melakukan pekerjaan orang lain. Beberapa orang berpikir bahwa karma yoga adalah type yoga yang lebih
rendah. Mereka berpikir bahwa mengangkut air, mencuci piring, melayani makan
orang-orang miskin dan menyapu lantai adalah pekerjaan yang hina. Pikiran yang
demikian itu merupakan kesalahan besar, karena mereka tidak memahami teknik dan
kemulian karma yoga. Bhagawan Sri Krsna, penguasa ketiga
dunia, berperan sebagai kusir dari Arjuna.
Bahkan Beliau juga berperan sebagai seorang pengembala.
2.
Bhakti
Yoga (Mengasihi demi untuk kasih sayang itu sendiri)
Bhakti
merupakan kasih sayang yng mendalam kepada Tuhan, yang merupkan jalan kepatuhan
atau bhakti. Dan disenangi oleh
sebagaian umat manusia. “Mengasihi Demi
Kasih Sayang Itu Sendiri” adalah moto seorang Bhakti-Yogin. Tuhan dalah pengejawantahan dari kasih sayang, dan
kamu akan dapat mencapai-Nya dengan
mencintai-Nya. Tuhan dapat diwujudkan
melalui cinta kasih seperti cinta suami istri yang menggelora dan
menyerap segalanya. Cinta kepada Tuhan harus selalu diusahakan.
Mereka yang mencitai Tuhan tak memiliki keinginan ataupun
kesedihan. Ia tak pernah membenci makhluk ataupun benda apapun, dan tak pernah
tertarik dengan obyek-obyek duniawi. Ia
merangkul semuanya dalam dekapan hangat kasih sayangnya. Karma (keinginan duniawi) dan trsna
(kerinduan) merupakan pikiranmu terhadap obyek-obyek duniawi, kamu tak dapat
memiliki kerinduan yang mendalam terhadap Tuhan.
Atma-Niwedana
merupakan penyerahan diri secara total setukus hati kepada Tuhan, yang
merupakan anak tangga tertinggi dari Nawawidha
Bhakti, atau sembilancara bhakti. Atma-Niwedana
adalah Prapatti atau Saranagati. Si
penyembah menjadi satu dengan Tuhan melalui Prapatti
dan memperoleh karunia Tuhan atau Prasada.
Cinta kasih Tuhan dengan kegairahan yang menggelora yang
dinikmati kerena persekutuan dengan Tuhan tak dapat digambarkan secara tepat
dengan kata-kata. Hanya orang bisu yang telah mencicipi enaknya makanan yang tidak
dapat mengatakan tentang hai itu. Ia hanya dapat memperlihatkan kepada beberapa
orang yang terpilih saja. Hanya mereka yang telah mengalami cinta kasih itu
akan dapat melihat, mendengar dan membicarakannya karena ia terus menerus
berpikir tentangnya. Bhakti merupakan
satu ilmu spiritual terpenting, karena mereka yang memiliki rasa cinta kepada
Tuhan, sesungguhnya kaya. Tak ada kesedihan selain tidak memiliki rasa bhakti
kepada Tuhan. Tak ada tujuan yang benar kecuali kasih sayang dari penyembah
kepada Tuhan. Nama, sifat dan lila Tuhan merupakan hal yang terpenting yang
harus diingat. Kaki padma Tuhan merupakan obyek meditasi yang terpenting. Para
penyembahnya minim madu prema atau cinta kasih Tuhan.
Tak ada perbedaan golongan sosial, keyakinan, keluarga,
warna kulit atau ras diantara penyembah karena Tuhan tidak memandang pada
hal-hal seperti itu. Tuhan melihat kemurnian hati para penyembah, sehingga
siapapun dapat menjadi seorang penyembah Tuhan. Nanda, yang tak tersentuh, Rai
Das, seorang penyamun, kannappa,
seorang pemburu, Sena, seorang tukang
cukur, Kabir, seorang penenun Islam,
dan Sabari, seorang Bhili, agung. Kannappa, seorang barbar yang kurang pendidikan yang memuntahkan
air dari mulutnya keatas Lingga dan mempersembahkan daging babi hutan, menjadi Bhakta terbaik. Para Alwar Waisnawa dan Nayanar Saiwa dari India Selatan, berasal daroi golongan masyarakat
berbeda-beda.
3.
Raja
Yoga (Disiplin Pikiran)
Raja Yoga adalah jalan yang membawa
kepenyatuan dengan Tuhan, melalui pengekangan diri dan pengendalian pikiran. Raja Yoga mengajarkan bagaimana
mengendalikan indriya-indriya dan wrtti mental atau gejolak pikiran yang muncul
dari pikiran, bagaimana mengembangkan konsentrasi dan bagaimana bergaul dengan
Tuhan. Dalam Hatha Yoga terdapat
disiplin fisik, sedangkan Raja Yoga
terdapat disiplin pikiran.
3.1 Astangga Yoga
Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana,
Dhyana dan Samadhi adalah delapan anggota (Anga) dari Raja Yoga. Yama dan Niyama membentuk disiplin etika yang memurnikan
hati. Yama terdiri atas, Ahimsa (tanpa kekerasan), Satya (Kejujuran), Brahmacarya (membujang, pengendalian hawa nafsu), Asteya (tidak mencuri), dan Aparigraha (tidak menerima pemberian
kemewahan), semua kebajikan berakar pada Ahimsa.
Niyama adalah kepatuhan, dan tersusun atas; Sauca (pemurnian dalam dan luar),
Santosa (kepuasan), Tapas
(kesederhanaan), Swadhyaya (belajar
dari kitab suci dan penguncaran mantra), dan Iswara-pranidhana (berserah diri kepada
Tuhan). Mereka yang mantap dan Yama dan
Niyama akan cepat maju dalam
melaksanakan Yoga.
Asana, Pranayama dan Pratyahara merupakan perlengkapan
pendahuluan dari yoga. Asana adalah
sikap badan yang mantap. Pranayama
adalah pengaturan nafas, yang menghasilkan ketenangan dan kemantapan pikiran
serta kesehatan yang baik. Pratyahara adalah
penarikan indriya-indriya dari obyek-obyeknya. Kamu harus melaksanakan Pratyahara untuk dapat melihat di dalam
bhatin dan memiliki pemusatan pikiran.
Dharana adalah konsentrasi pikiran pada sesuatu obyek, atau cakra dalam , atau Ista-Dewata. Lalu menyusul Dhyana,
atau meditasi, yaitu pengaliran yang tak henti-hentinya dari pemikiran
sehubungan dengan satu obyek, yang nantinya membawa pada keadaan Samadhi, saat seperti itu yang
bermeditasi dan yang dimeditasikan menjadi satu. Semua wrtti atau gejolak pikiran mengendap dan pikiran kehilangan
fungsinya. Segala samskara,
kesan-kesan dan wasana (kecenderungan
dan keinginan halus) terbakar sepenuhnya dan yoga terbebas dari kelahiran dan
kematian. Ia mencapai kaiwalya atau pembebasan akhir (Kemerdekaan Mutlak).
3.2 Konsentrasi Kunci keberhasilan
Betapa
terangnya sebuah lampu sorot. Bila berkas sinar matahari dipusatkan melalui
sebuah lensa, ia dapat membakar kapas. Demikian juga, apabila sinar-sinar
pikiran yang berhamburan dikumpulkan, kamu dapat berbuat keajaiban. Kamu mengetahui
semua rahasia alam melalui kuatnya lampu sorot pikiran.
Seorang
ilmuwan duduk dalam laboratoriumnya, mengkonsentrasikan segala kemampuan
pikirannya dan membawanya pada satu titik pusat dan memusatkannya pada
obyek-obyek penelitian dan penyelidikannya. Ia mendapatlkan segala pengetahuan
tetang unsur dsb. Semua pengetahuan alam yang tersembunyi diperlihatkan
kepadanya seperti buah ahamlaka di
telapak tangan. Para astronom melakukan hal yang sama. Ia berkonsentrasi pada
bintang-bintang dan planet-planet melalui teleskopnya dan memperoleh
pengetahuan tentang bintang-bintang. Radio, telegraf tanpa kawat,televisi,
gromofoon, telefon, mesin uap dsb. Semuanya diperoleh melalui konsentrasi yang
mendalam.
Tanpa
konsentrasi, kamu tak dapat memiliki keberhasilan dalam jalan kehidupan atau
pengejaran spiritual. Tukang masak dapat mempersiapkan sesuatu secara efisien
bila ia berkonsentrasi. Bila tak ada konsentrasi, rusaklah hidangan yang
dipersiapkan. Seorang dokter bedah dalam ruang bedah memerlukan konsentrasi
sepenuhnya. Kapten kapal laut harus memiliki konsentrasi yang besar sekali.
Seorang penjahit, profesor, pengacara, mahasiswa, kesemuanya harus memiliki
konsentrasi, karena hanya dengan demikianlah mereka dapat berhasil dalam pekerjaannya. Semua jiwa-jiwa agung,
penguasa pikiran, yang telah melakukan karya-karya besar di dunia ini, memiliki
konsentrasi yang sempurna.
Pada seorang
manusia duniawi, pancaran pikiran berpencar kesegala penjuru, melompat-lompat
seperti seekor kera, yang selalu gelisah. Ia berpikir tentang uang, istri,
anak-anak, kekayaan, rumah dsb. Pikirannya selalu terikat dalam perolehan uang
dan keinginan memiliki secuil konsentrasi, dan tak dapat melihat kedalam diri
serta introspeksi diri. Pikirannya penuh dengan kecenderungan kearah luar.
Yogi
berkonsentrasi pada cakra-cakra,
pikiran, matahari, bintang, unsur-unsur, dsb dan mencapai pengetahuan supra manusia dan
memperoleh penguasaan atas unsur. Daya konsentrasi hanyalah kunci untuk
membuka rumah tempat penyimpanaan
kekayaan pengetahuan. Konsentrasi tak dapat muncul dalam waktu seminggu atau
sebulan, karena ia memerlukan waktu. Pengaturan dalam pelaksanaan konsentrasi
merupakan kepentingan yang utama.
Brahmacarya, tempat yang dingin san sesuai, pergaulan dengan orang-orang
suci dan satwika diet merupakan alat
bantu dalam konsentrasi. Konsentrasi dan meditasi menuntun menuju samadhi atau
pengalaman supra sadar, yang memiliki beberapa tingkat pendakian, disertai atau
tidak disertai dengan pertimbangan (Witarka),
analisa (Wicara), kebahagiaan (Ananda) dan kesadaran diri (Asmita). Demikianlah, Kaiwalya, atau kemerdekaan tertinggi
dicapai.
3.3 Halangan Dari Siddhi atau Daya Gaib
Siddhi
atau daya-daya gaib, terwujud dengan sendirinya, apabila yogi maju dalam
pelaksanaan yoganya. Siddhi ini
semacam tembus pandang, tembus dengar, dsb merupakan halangan di jalan
spiritualnya. Ia harus menjauhkan diri daripadanya tanpa ampun dan tetap tegap langsung
menuju tujuan, yaitu asamprajnata
atau nirwikalpa samadhi.
Spiritualitas yang sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan daya-daya ini
merupakan hasil sampingan dari konsentrasi. Mereka yang mengejar siddhi semacam
ini adalah seorang tokoh manusia duniawi, atau tokoh kepala rumah tangga. Bila
tida hati-hati, ia dapat binasa.
4.
Jnana
Yoga ( Jalan Pemahaman Spiritual)
Jnana-Yoga adalah jalan pengetahuan. Moksa dicapai melalui pengetahuan
tentang Brahmana. Pelepasan dicapai
melalui reaalisasi identitas dari roh pribadi denga Roh Tertinggi atau Brahman. Penyebab ikatan dan penderitaan
adalah Awidya atau ketidaktahuan.
Jiwa kecil, karena ketidak-tahuannya secara bodoh mengambarkan dirinya terpisah
dari Brahman. Awidya bertindak seperti tirai atau layar dan menyelubungi Jiwa dari kebenaran yang sesungguhnya,
yaitu bersifat Tuhan. Pengetahuan tentang Brahman
atau Brahman Jnana membuka selubung
ini dan membuat Jiwa bersandar pada Sat-Cit-Ananda Swarupa (sifat Utamanya
sebagai Keberadaan-Kesadaran-Kebahagian Mutlak) dirinya.
4.1 Pemahaman Spiritual dan Pengetahuan Kecerdasan
Jnana-Yogin mewujudkan bahwa Brahman merupakan kehidupan dari
hidupnya, roh dari jiwanya. Ia merasakan dan mengetahui bahwa Tuhan adalah
dirinya sendiri. Ia mewujudkan bahwa ia satu dengan Yang Abadi melalui
pemehaman spiritual atau intuisi yaitu aparoksa
anubhuti atau persepsi Tuhan, tetapi bukan hanya melalui buku-buku atau
dogma, atau teori. Baginya agama merupakan realisasi dan bukan hanya percakapan
saja. Ia menenggelamkan dirinya di kedalaman hati yang tersembunyi melalui
meditasi yang terus-menerus dan mendalam, yaitu Nididhyasana, dan memperoleh mutiara indah Atmaan, harta kekayaan indah yang jauh lebih bernilai daripada
semua kekayaan dunia ini. Jnana bukan
hanya pengetahuan kecerdasan, mendengarkan atau membenarkan. Ia bukan hanya
persetujuan kecerdasan, tetapi realisasi langsung dari kesatuan dan penyatuan
dengan Yang Tertinggi yang merupakan para
widya. Keyakinan intelektual saja tak akan membawamu pada Brahman-Jnana (pengetahuan Yang Mutlak).
Pelajar Jnana Jnana Yoga pertama-tama melengkapi
dirinya dengan 4 cara yaitu, pembedaan (wiweka),ketidak
acuhan (wairagya), kebajikan yang
enam macam (sat-sampat), yaitu:
ketenangan (sama), pengekangan (dama), penolakan (uparati), ketabahan (titiksa),kesadaran
(Sradha) dan konsentrasi (samadhana) serta kerinduan yang sangat
akan pembebasan (mumuksutwa). Lalu ia
mendengarkan kitab suci dengan duduk di kaki padma seorang Guru, yang bukan
hanya mahir dalam kitab suci (srotriya),
tetapi juga yang dirinya mapan dalam Brahman
(Brahma-Nistha). Selanjutnya para siswa melaksanakan perenungan, yang sepenuhnya
mengusir segala keragu-raguan. Lalu ia melaksanakan meditasi yang mendalam pada
Brahman dan mencapai Brahman-Suksatkara. Ia menjadi
seorang Jiwanmukta atau orang bijak yang terbebas. Ia dibebaskan walaupun
ia berada dalam badannya ini.
Ada 7
tahapan dari Jnana atau pengetahuan
yaitu: aspirasi pada kebenaran (subhecha),
pencarian filosofis (wicarana),
penghalusan pikiran (tanumanasi),
pencapaian sinar (sattwapatti),
pemisahan bhatin (asam-Sakti),
penglihatan spiritual (padartha-bhawana)
dan kebebasan tertinggi (turiya).
4.2 Penyamaan Dari Dua Ekor Burung
Ada 2 ekor
burung pada sebatang pohon yang sama. Yang satu bertengger dipuncak dan yang
lainnya dibawah. Burung yang ada dipuncak sepenuhnya tenang, diam dan penuh
keagungan selamanya. Ia selalu dala kebahagiaan. Burung yang lainnya, yang
bertengger dicabang bawah, memakan buah-buahan yang manis, dan pahit silih
berganti. Ia kadang-kadang menari-nari dalam kegembiraan, disaat lainnya
meraqsa malang. Sekarang ia bersuka hati dan setelah beberapa saat menangis.
Kadang-kadang ia mencicipi buah yang sangat pahit dan merasa mual. Ia memandang
k4eatas dan melihat burung indah lainnya dengan bulu keemas-emasan yang selalu
bahagia. Ia jugaingin menjadi seperti burung yang berbulu keemasan itu, tetapi
segera melupakannya.
Kembali ia mulai makan buah-buahan yang manis
dan yang pahit. Ia makan buah lainnya yang sangat pahit dan merasa sangat
,alang. Kembali ia mencoba untuk menjadi burung yang diatasnya.
Berangsur-angsur, ia meninggalkan makan buah-buahan dan menjadi tenang dan
penuh kebahagiaan, seperti burung yang diatasnya. Burug yang diatasnya adalah
Tuhan atau Brahman. Burung yang
dibawah adalah Jiwa atau roh pribadi
yang memetik buah Karmanya, yaitu
kesenangan dan kesedihan. Ia mendapatkan pukulan dan sentakan dalam medan
perang kehidupan. Ia bangkit dan jatuh lagi karena tarikan indriya-indriya.
Berangsur-angsur ia mengembangkan wairagya
(ketidakacuhan) dan pembedaan, serta memalingkan pikirannya kepada Tuhan,
melakukan meditasi, memperoleh realisasi diri dan menikmati kebagiaan abadi Brahman.
5.
Yoga
Synthesis (Perpaduan Yoga)
Beberapa orang mengatakan bahwa pelaksanaan Karma yoga sajalah sebagai satu-satunya
cara pembebasan. Beberapa orang lainnya menyatakan bahwa bhakti kepada Tuhan adalah satu-satunya cara untuk bebas. Beberapa
orang percaya bahwa jalan kebijaksanaan merupakan jalan satu-satunya untuk
mencapai kebahagiaan akhir. Ada juga cara lainnya yang berpendapat bahwa ketiga
jalan itu sama jitunya untuk membawa kesempurnaan dan kebebasan.
Manusia merupakan sesuatu yang aneh, campuran keinginan,
perasaan dan pemikiran yang kompleks. Ia menhendaki untuk memiliki obyek-obyek
yang diinginkannya. Ia memiliki emosi sehingga ia merasakan. Ia memiliki nalar
sehingga ia beripikirdan mempertibangkan. Pada beberapa orang unsur emosi
mungkin lebih berpengaruh, sedangkan beberapa orang lainnya unsur rasional yang
lebih dominan. Seperti kehendak, perasaan dan pemikiran yang tidak berbeda dan
terpisah, demikian pula kerja, bhakti dan pengetahuan tidaklah tersendiri satu
sama lainnya.
Perpaduan yoga,
merupakan bentuk Sadhana yang sangat
cocok dan jitu. Dalam pikiran terdapat 3 cacat, yaitu mala atau kekotoran, wiksepa
atau kebimbangan, dan awarana atau
selubung ketidakmurnian atau kekotoran dilaksanakan dengan pemujaan atau Upasana. Selubung dapat direnggut
kebawah dengan melakukan Jnana-yoga.
Lalu hanya dengan demikianlah realisasi diri menjadi mungkin. Bila kamu ingin
melihat mukamu secara jelas di cermin, kamu harus melepaskan debu-debu,
menjaganya tetap mapan dan juga melepaskan
penutupnya. Kamu dapat melihat mukamu secara jelas pada dasar danau hanya apabila kekurangan dihilangkan;
bila air yang diganggu angin dapat ditenangkan dan bila sampah-sampah yang
mengambang dipermukaannya dibersihkan. Demikian pula masalahnya dengan
realisasi diri.
Perpaduan yoga
itu sendiri akan me4mberikan pengembangan yang integral. Perpaduan yoga itu sendiri mengembangkan benak,
hati dan tangan dan membawa seseorang menuju nkesempurnaan. Untuk menjadikan keseimbangan
yang selaras dalam semua arah, merupakan cita-cita agama, dan hal ini dapat
dicapai dengan melaksanakan perpaduan yoga.
Memandang diri semesta yang satu pada semua makhluk
adalah Jnana atau kebijaksanaan;
mencintai diri ini adalah bhakti,
atau rasa patuh, dan melayani sang diri adalah Karma, kegiatan. Bila Jnana-Yogin
mencapai kebijaksanaan, ia dikaruniai rasa Bhakti
dan kegiatan yang tanpa pamrih. Karma
Yoga adalah bagi seorang yang secara spontan menyatakan sifat spiritualnya,
karena ia melihat sang diri yang satu pada semuanya. Bila si pemuja mencapai
kesempurnaan dalam bhakti, ia
diberikan kebijaksanaan dan kegiatan. Baginya karma yoga juga merupakan pernyataan spontan dari sifat Tuhannya,
karena ia memandang Tuhan Yang maha Esa berad dimana-mana. Karma-Yogin mencapai kebijaksanaan dan rasa bhakti apabila kegiatannya sama sekali tanpa pamrih. Ketiga jalan
tersebut kenyataannya satu, karena tiga temperamen yang berbeda menekankan pada
salah satu atau yang lainnya dari unsur-unsur yang tak terpisahkan itu. Yoga menyedikan cara, dengan mana sang
diri dapat dilihat, dicintai dan dilayani.
( Sumber : Intisari
Ajaran Hindu, Sri Swami Sivananda, 2003, Pramaitha Surabaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar