Rabu, 08 Oktober 2014

YOGA HINDU



Empat jalan spiritual yang utama untuk mewujudkan Tuhan adalah Karma Yoga, Bhakti Yoga, Raja Yoga dan Jnana yoga. Karma Yoga cocok bagi orang yang bertemperamen aktif, Bhakti Yoga bagi orang yang bertemperamen bhakti, Raja Yoga bagi orang yang bertemperamen mistis, dan Jnana Jnana Yoga bagi orang yang bertemperamen raqsional dan philosophis.
Mantra Yoga, Laya Yoga atau Kundalini Yoga, Lambika Yoga dan Hatha Yoga adalah Yoga-yoga lainnya. Yoga sesungguhnya artinya adalah penyatuan dengan Tuhan. Melaksanakan Yoga membawa munuju penyatuan dengan Tuhan bagaimanapun titik awal, akhir yang dicapai adalah sama. Karma Yoga adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, sedangkan si pelakunya disebut Karma-Yogin. Bhakti Yoga adalah jalan bhakti yang terbatas pada Tuhan dan mereka yang mencari penyatuan melalui jalan cinta kasih atau bhakti disebut Bhakti-Yogin. Raja Yoga adalah jalan pengekangan diri, dan mereka yang menginginkan penyatuan dengan Tuhan melalui hal-hal yang bersifat mistis disebut Raja-Yogin. Jnana Yoga adalah jalan kebijaksanaan, dan yang mencari penyatuan diri dengan diri Tertinggi melalui filsafat dan pencarian disebut  Jnana-Yogin.

1.      Karma Yoga (Kewajiban demi kewajiban itu sendiri)
Karma Yoga adalah jalan kegiatan yaitu jalan pelayanan tanpa npamrih, yang membawa pencapaian Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini merupakan penolakan akan buah perbuatan. Karma Yoga mengajarkan kepada kita bagaimana bekerja demi untuk kerja itu sendiri yaitu tidak terikat. Dan bagaimana mempergunakan sebagian besar tenaga kita untuk yang terbaik. Motto seorang Karma-Yogin adalah “Kewajiban demi untuk kewajiban itu sendiri”. Bagi seorang Karma-Yogin, kerja adalah pemujaan, sehingga setiap pekerjaan dialihkan menjadi suatu pemujaan kepada Tuhan. Seorang Karma-Yogin tak terikat oleh Karma karena ia mempersembahkan buah perbuatannya kepada Tuhan. Yogah Kamasu Kausalam-Yoga adalah keterampilan dalam kegiatan.
Biasanya suatu kerja memberikan buah kesenangan maupun penderitaan sebagai akibatnya. Setiap kerja menambahkan satu mata rantai terhadap ikatan samsara kita dan membawa pada pengulangan kelahiran. Ini merupakan hukum karma yang pasti. Tetapi, melalui pelaksanaan karma-yoga, akibat karma dapat dihapus, dan karma menjadi mandul. Pekerjaan yang sama, apabila dilakukan dengan sikap mental yang benar, semangat yang benar dan kehendak yang benar melalui yoga. Tanpa keterikatan dan pengharapan akan buahnya, tanpa pemikiran badan dan atau pelakuan, dengan pikiran yang seimbang dengan keberhasilan maupun kegagalan (Samatwam Yoga Ucyate), tidak akan menembahkan mata rantai terhadap belenggu kita. Sebaliknya, ia memurnikan hati dan membantu kita mencapai pembebasan melalui turunya penerangan Tuhan atau merekahnya fajar kebijaksanaan. Disiplin moral yang kaku dan pengadilan indriya-indriaya perlu sekali bagi pelaku Karma Yoga. Oleh karena itu, sesungguhnya Brahmacarya itu penting. Pengusahaan kebajikan seperti toleransi, kesesuain, simpati, welas asih, pikiran seimbang, kasih sayang kosmis, penyabar, ketabahan, kerendahan hati, dermawan, kemulian, pengendalian diri, pengendalian kemarahan tanpa kekerasan, kejujuran, membatasi makan, minum dan tidur, hidup sederhana dan mantap adalah perlu sekali.
Setiap orang hendaknya melakukan kewajibannya sesuai dengan warna dan asramanya masing-masing yaitu golongan sosial serta tahapan dalam kehidupannya. Tak ada manfaatnya meninggalkan pekerjaannya sendiri dan condong melakukan pekerjaan orang lain. Beberapa orang berpikir bahwa karma yoga adalah type yoga yang lebih rendah. Mereka berpikir bahwa mengangkut air, mencuci piring, melayani makan orang-orang miskin dan menyapu lantai adalah pekerjaan yang hina. Pikiran yang demikian itu merupakan kesalahan besar, karena mereka tidak memahami teknik dan kemulian karma yoga. Bhagawan Sri Krsna, penguasa ketiga dunia, berperan sebagai kusir dari Arjuna. Bahkan Beliau juga berperan sebagai seorang pengembala.

2.      Bhakti Yoga (Mengasihi demi untuk kasih sayang itu sendiri)
Bhakti merupakan kasih sayang yng mendalam kepada Tuhan, yang merupkan jalan kepatuhan atau bhakti. Dan disenangi oleh sebagaian umat manusia. “Mengasihi Demi Kasih Sayang Itu Sendiri” adalah moto seorang Bhakti-Yogin. Tuhan dalah pengejawantahan dari kasih sayang, dan kamu akan dapat  mencapai-Nya dengan mencintai-Nya. Tuhan dapat diwujudkan  melalui cinta kasih seperti cinta suami istri yang menggelora dan menyerap segalanya. Cinta kepada Tuhan harus selalu diusahakan.

Mereka yang mencitai Tuhan tak memiliki keinginan ataupun kesedihan. Ia tak pernah membenci makhluk ataupun benda apapun, dan tak pernah tertarik  dengan obyek-obyek duniawi. Ia merangkul semuanya dalam dekapan hangat kasih sayangnya. Karma (keinginan duniawi) dan trsna (kerinduan) merupakan pikiranmu terhadap obyek-obyek duniawi, kamu tak dapat memiliki kerinduan yang mendalam terhadap Tuhan.
Atma-Niwedana merupakan penyerahan diri secara total setukus hati kepada Tuhan, yang merupakan anak tangga tertinggi dari Nawawidha Bhakti, atau sembilancara bhakti. Atma-Niwedana adalah Prapatti atau Saranagati. Si penyembah menjadi satu dengan Tuhan melalui Prapatti dan memperoleh karunia Tuhan atau  Prasada.
Cinta kasih Tuhan dengan kegairahan yang menggelora yang dinikmati kerena persekutuan dengan Tuhan tak dapat digambarkan secara tepat dengan kata-kata. Hanya orang bisu yang telah mencicipi enaknya makanan yang tidak dapat mengatakan tentang hai itu. Ia hanya dapat memperlihatkan kepada beberapa orang yang terpilih saja. Hanya mereka yang telah mengalami cinta kasih itu akan dapat melihat, mendengar dan membicarakannya karena ia terus menerus berpikir tentangnya. Bhakti merupakan satu ilmu spiritual terpenting, karena mereka yang memiliki rasa cinta kepada Tuhan, sesungguhnya kaya. Tak ada kesedihan selain tidak memiliki rasa bhakti kepada Tuhan. Tak ada tujuan yang benar kecuali kasih sayang dari penyembah kepada Tuhan. Nama, sifat dan lila Tuhan merupakan hal yang terpenting yang harus diingat. Kaki padma Tuhan merupakan obyek meditasi yang terpenting. Para penyembahnya minim madu prema atau cinta kasih Tuhan.
Tak ada perbedaan golongan sosial, keyakinan, keluarga, warna kulit atau ras diantara penyembah karena Tuhan tidak memandang pada hal-hal seperti itu. Tuhan melihat kemurnian hati para penyembah, sehingga siapapun dapat menjadi seorang penyembah Tuhan. Nanda­, yang tak tersentuh, Rai Das, seorang penyamun, kannappa, seorang pemburu, Sena, seorang tukang cukur, Kabir, seorang penenun Islam, dan Sabari, seorang Bhili, agung. Kannappa, seorang barbar yang kurang pendidikan yang memuntahkan air dari mulutnya keatas Lingga dan mempersembahkan daging babi hutan, menjadi Bhakta terbaik. Para Alwar Waisnawa dan Nayanar Saiwa dari India Selatan, berasal daroi golongan masyarakat berbeda-beda.

3.      Raja Yoga (Disiplin Pikiran)
Raja Yoga adalah jalan yang membawa kepenyatuan dengan Tuhan, melalui pengekangan diri dan pengendalian pikiran. Raja Yoga mengajarkan bagaimana mengendalikan indriya-indriya dan wrtti mental atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran, bagaimana mengembangkan konsentrasi dan bagaimana bergaul dengan Tuhan. Dalam Hatha Yoga terdapat disiplin fisik, sedangkan Raja Yoga terdapat disiplin pikiran.

3.1  Astangga Yoga
Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana dan Samadhi adalah delapan anggota (Anga) dari Raja Yoga. Yama dan Niyama membentuk disiplin etika yang memurnikan hati. Yama terdiri atas, Ahimsa (tanpa kekerasan), Satya (Kejujuran), Brahmacarya (membujang, pengendalian hawa nafsu), Asteya (tidak mencuri), dan Aparigraha (tidak menerima pemberian kemewahan), semua kebajikan berakar pada Ahimsa.
Niyama adalah kepatuhan, dan tersusun atas; Sauca (pemurnian dalam dan luar), Santosa (kepuasan), Tapas (kesederhanaan), Swadhyaya (belajar dari kitab suci dan penguncaran mantra), dan Iswara-pranidhana (berserah diri kepada Tuhan). Mereka yang mantap dan Yama dan Niyama akan cepat maju dalam melaksanakan Yoga.
Asana, Pranayama dan Pratyahara merupakan perlengkapan pendahuluan dari yoga. Asana adalah sikap badan yang mantap. Pranayama adalah pengaturan nafas, yang menghasilkan ketenangan dan kemantapan pikiran serta kesehatan yang baik. Pratyahara adalah penarikan indriya-indriya dari obyek-obyeknya. Kamu harus melaksanakan Pratyahara untuk dapat melihat di dalam bhatin dan memiliki pemusatan pikiran.
Dharana adalah konsentrasi pikiran pada sesuatu obyek, atau cakra dalam , atau Ista-Dewata. Lalu menyusul Dhyana, atau meditasi, yaitu pengaliran yang tak henti-hentinya dari pemikiran sehubungan dengan satu obyek, yang nantinya membawa pada keadaan Samadhi, saat seperti itu yang bermeditasi dan yang dimeditasikan menjadi satu. Semua wrtti atau gejolak pikiran mengendap dan pikiran kehilangan fungsinya. Segala samskara, kesan-kesan dan wasana (kecenderungan dan keinginan halus) terbakar sepenuhnya dan yoga terbebas dari kelahiran dan kematian. Ia mencapai kaiwalya atau pembebasan akhir (Kemerdekaan Mutlak).

3.2  Konsentrasi Kunci keberhasilan
Betapa terangnya sebuah lampu sorot. Bila berkas sinar matahari dipusatkan melalui sebuah lensa, ia dapat membakar kapas. Demikian juga, apabila sinar-sinar pikiran yang berhamburan dikumpulkan, kamu dapat berbuat keajaiban. Kamu mengetahui semua rahasia alam melalui kuatnya lampu sorot pikiran.
Seorang ilmuwan duduk dalam laboratoriumnya, mengkonsentrasikan segala kemampuan pikirannya dan membawanya pada satu titik pusat dan memusatkannya pada obyek-obyek penelitian dan penyelidikannya. Ia mendapatlkan segala pengetahuan tetang unsur dsb. Semua pengetahuan alam yang tersembunyi diperlihatkan kepadanya seperti buah ahamlaka di telapak tangan. Para astronom melakukan hal yang sama. Ia berkonsentrasi pada bintang-bintang dan planet-planet melalui teleskopnya dan memperoleh pengetahuan tentang bintang-bintang. Radio, telegraf tanpa kawat,televisi, gromofoon, telefon, mesin uap dsb. Semuanya diperoleh melalui konsentrasi yang mendalam.
Tanpa konsentrasi, kamu tak dapat memiliki keberhasilan dalam jalan kehidupan atau pengejaran spiritual. Tukang masak dapat mempersiapkan sesuatu secara efisien bila ia berkonsentrasi. Bila tak ada konsentrasi, rusaklah hidangan yang dipersiapkan. Seorang dokter bedah dalam ruang bedah memerlukan konsentrasi sepenuhnya. Kapten kapal laut harus memiliki konsentrasi yang besar sekali. Seorang penjahit, profesor, pengacara, mahasiswa, kesemuanya harus memiliki konsentrasi, karena hanya dengan demikianlah mereka dapat berhasil  dalam pekerjaannya. Semua jiwa-jiwa agung, penguasa pikiran, yang telah melakukan karya-karya besar di dunia ini, memiliki konsentrasi yang sempurna.
Pada seorang manusia duniawi, pancaran pikiran berpencar kesegala penjuru, melompat-lompat seperti seekor kera, yang selalu gelisah. Ia berpikir tentang uang, istri, anak-anak, kekayaan, rumah dsb. Pikirannya selalu terikat dalam perolehan uang dan keinginan memiliki secuil konsentrasi, dan tak dapat melihat kedalam diri serta introspeksi diri. Pikirannya penuh dengan kecenderungan kearah luar.
Yogi berkonsentrasi pada cakra-cakra, pikiran, matahari, bintang, unsur-unsur, dsb dan  mencapai pengetahuan supra manusia dan memperoleh penguasaan atas unsur. Daya konsentrasi hanyalah kunci untuk membuka  rumah tempat penyimpanaan kekayaan pengetahuan. Konsentrasi tak dapat muncul dalam waktu seminggu atau sebulan, karena ia memerlukan waktu. Pengaturan dalam pelaksanaan konsentrasi merupakan kepentingan yang utama. Brahmacarya, tempat yang dingin san sesuai, pergaulan dengan orang-orang suci dan satwika diet merupakan alat bantu dalam konsentrasi. Konsentrasi dan meditasi menuntun menuju samadhi atau pengalaman supra sadar, yang memiliki beberapa tingkat pendakian, disertai atau tidak disertai dengan pertimbangan (Witarka), analisa (Wicara), kebahagiaan (Ananda)  dan kesadaran diri (Asmita). Demikianlah,  Kaiwalya, atau kemerdekaan tertinggi dicapai.
                                         
3.3  Halangan Dari Siddhi atau Daya Gaib
Siddhi atau daya-daya gaib, terwujud dengan sendirinya, apabila yogi maju dalam pelaksanaan yoganya. Siddhi ini semacam tembus pandang, tembus dengar, dsb merupakan halangan di jalan spiritualnya. Ia harus menjauhkan diri daripadanya tanpa ampun dan tetap tegap langsung menuju tujuan, yaitu asamprajnata atau nirwikalpa samadhi. Spiritualitas yang sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan daya-daya ini merupakan hasil sampingan dari konsentrasi. Mereka yang mengejar siddhi semacam ini adalah seorang tokoh manusia duniawi, atau tokoh kepala rumah tangga. Bila tida hati-hati, ia dapat binasa.

4.      Jnana Yoga ( Jalan Pemahaman Spiritual)
Jnana-Yoga adalah jalan pengetahuan. Moksa dicapai melalui pengetahuan tentang Brahmana. Pelepasan dicapai melalui reaalisasi identitas dari roh pribadi denga Roh Tertinggi atau Brahman. Penyebab ikatan dan penderitaan adalah Awidya atau ketidaktahuan. Jiwa kecil, karena ketidak-tahuannya secara bodoh mengambarkan dirinya terpisah dari Brahman. Awidya bertindak seperti tirai atau layar dan menyelubungi Jiwa dari kebenaran yang sesungguhnya, yaitu bersifat Tuhan. Pengetahuan tentang Brahman atau Brahman Jnana membuka selubung ini dan membuat Jiwa bersandar pada Sat-Cit-Ananda Swarupa (sifat Utamanya sebagai Keberadaan-Kesadaran-Kebahagian Mutlak) dirinya.



4.1  Pemahaman Spiritual dan Pengetahuan Kecerdasan
Jnana-Yogin mewujudkan bahwa Brahman merupakan kehidupan dari hidupnya, roh dari jiwanya. Ia merasakan dan mengetahui bahwa Tuhan adalah dirinya sendiri. Ia mewujudkan bahwa ia satu dengan Yang Abadi melalui pemehaman spiritual atau intuisi yaitu aparoksa anubhuti atau persepsi Tuhan, tetapi bukan hanya melalui buku-buku atau dogma, atau teori. Baginya agama merupakan realisasi dan bukan hanya percakapan saja. Ia menenggelamkan dirinya di kedalaman hati yang tersembunyi melalui meditasi yang terus-menerus dan mendalam, yaitu Nididhyasana, dan memperoleh mutiara indah Atmaan, harta kekayaan indah yang jauh lebih bernilai daripada semua kekayaan dunia ini. Jnana bukan hanya pengetahuan kecerdasan, mendengarkan atau membenarkan. Ia bukan hanya persetujuan kecerdasan, tetapi realisasi langsung dari kesatuan dan penyatuan dengan Yang Tertinggi  yang merupakan  para widya. Keyakinan intelektual saja tak akan membawamu pada  Brahman-Jnana (pengetahuan Yang Mutlak).
Pelajar Jnana Jnana Yoga pertama-tama melengkapi dirinya dengan 4 cara yaitu, pembedaan (wiweka),ketidak acuhan (wairagya), kebajikan yang enam macam (sat-sampat), yaitu: ketenangan (sama), pengekangan (dama), penolakan (uparati), ketabahan (titiksa),kesadaran (Sradha) dan konsentrasi (samadhana) serta kerinduan yang sangat akan pembebasan (mumuksutwa). Lalu ia mendengarkan kitab suci dengan duduk di kaki padma seorang Guru, yang bukan hanya mahir dalam kitab suci (srotriya), tetapi juga yang dirinya mapan dalam Brahman (Brahma-Nistha). Selanjutnya para siswa melaksanakan perenungan, yang sepenuhnya mengusir segala keragu-raguan. Lalu ia melaksanakan meditasi yang mendalam pada Brahman dan mencapai Brahman-Suksatkara. Ia menjadi seorang  Jiwanmukta atau orang bijak yang terbebas. Ia dibebaskan walaupun ia berada dalam badannya ini.
Ada 7 tahapan dari Jnana atau pengetahuan yaitu: aspirasi pada kebenaran (subhecha), pencarian filosofis (wicarana), penghalusan pikiran (tanumanasi), pencapaian sinar (sattwapatti), pemisahan bhatin (asam-Sakti), penglihatan spiritual (padartha-bhawana) dan kebebasan tertinggi (turiya).



4.2  Penyamaan Dari Dua Ekor Burung
Ada 2 ekor burung pada sebatang pohon yang sama. Yang satu bertengger dipuncak dan yang lainnya dibawah. Burung yang ada dipuncak sepenuhnya tenang, diam dan penuh keagungan selamanya. Ia selalu dala kebahagiaan. Burung yang lainnya, yang bertengger dicabang bawah, memakan buah-buahan yang manis, dan pahit silih berganti. Ia kadang-kadang menari-nari dalam kegembiraan, disaat lainnya meraqsa malang. Sekarang ia bersuka hati dan setelah beberapa saat menangis. Kadang-kadang ia mencicipi buah yang sangat pahit dan merasa mual. Ia memandang k4eatas dan melihat burung indah lainnya dengan bulu keemas-emasan yang selalu bahagia. Ia jugaingin menjadi seperti burung yang berbulu keemasan itu, tetapi segera melupakannya.
 Kembali ia mulai makan buah-buahan yang manis dan yang pahit. Ia makan buah lainnya yang sangat pahit dan merasa sangat ,alang. Kembali ia mencoba untuk menjadi burung yang diatasnya. Berangsur-angsur, ia meninggalkan makan buah-buahan dan menjadi tenang dan penuh kebahagiaan, seperti burung yang diatasnya. Burug yang diatasnya adalah Tuhan atau Brahman. Burung yang dibawah adalah Jiwa atau roh pribadi yang memetik buah Karmanya, yaitu kesenangan dan kesedihan. Ia mendapatkan pukulan dan sentakan dalam medan perang kehidupan. Ia bangkit dan jatuh lagi karena tarikan indriya-indriya. Berangsur-angsur ia mengembangkan wairagya (ketidakacuhan) dan pembedaan, serta memalingkan pikirannya kepada Tuhan, melakukan meditasi, memperoleh realisasi diri dan menikmati kebagiaan abadi Brahman.

5.      Yoga Synthesis (Perpaduan Yoga)
Beberapa orang mengatakan bahwa pelaksanaan Karma yoga sajalah sebagai satu-satunya cara pembebasan. Beberapa orang lainnya menyatakan bahwa bhakti kepada Tuhan adalah satu-satunya cara untuk bebas. Beberapa orang percaya bahwa jalan kebijaksanaan merupakan jalan satu-satunya untuk mencapai kebahagiaan akhir. Ada juga cara lainnya yang berpendapat bahwa ketiga jalan itu sama jitunya untuk membawa kesempurnaan dan kebebasan.
Manusia merupakan sesuatu yang aneh, campuran keinginan, perasaan dan pemikiran yang kompleks. Ia menhendaki untuk memiliki obyek-obyek yang diinginkannya. Ia memiliki emosi sehingga ia merasakan. Ia memiliki nalar sehingga ia beripikirdan mempertibangkan. Pada beberapa orang unsur emosi mungkin lebih berpengaruh, sedangkan beberapa orang lainnya unsur rasional yang lebih dominan. Seperti kehendak, perasaan dan pemikiran yang tidak berbeda dan terpisah, demikian pula kerja, bhakti dan pengetahuan tidaklah tersendiri satu sama lainnya.
Perpaduan yoga, merupakan bentuk Sadhana yang sangat cocok dan jitu. Dalam pikiran terdapat 3 cacat, yaitu mala atau kekotoran, wiksepa atau kebimbangan, dan awarana atau selubung ketidakmurnian atau kekotoran dilaksanakan dengan pemujaan atau Upasana. Selubung dapat direnggut kebawah dengan melakukan Jnana-yoga. Lalu hanya dengan demikianlah realisasi diri menjadi mungkin. Bila kamu ingin melihat mukamu secara jelas di cermin, kamu harus melepaskan debu-debu, menjaganya tetap mapan dan juga melepaskan  penutupnya. Kamu dapat melihat mukamu secara jelas pada dasar  danau hanya apabila kekurangan dihilangkan; bila air yang diganggu angin dapat ditenangkan dan bila sampah-sampah yang mengambang dipermukaannya dibersihkan. Demikian pula masalahnya dengan realisasi diri.
Perpaduan yoga itu sendiri akan me4mberikan pengembangan yang integral. Perpaduan yoga itu sendiri mengembangkan benak, hati dan tangan dan membawa seseorang menuju nkesempurnaan. Untuk menjadikan keseimbangan yang selaras dalam semua arah, merupakan cita-cita agama, dan hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan perpaduan yoga.
Memandang diri semesta yang satu pada semua makhluk adalah Jnana atau kebijaksanaan; mencintai diri ini adalah bhakti, atau rasa patuh, dan melayani sang diri adalah Karma, kegiatan. Bila Jnana-Yogin mencapai kebijaksanaan, ia dikaruniai rasa Bhakti dan kegiatan yang tanpa pamrih. Karma Yoga adalah bagi seorang yang secara spontan menyatakan sifat spiritualnya, karena ia melihat sang diri yang satu pada semuanya. Bila si pemuja mencapai kesempurnaan dalam bhakti, ia diberikan kebijaksanaan dan kegiatan. Baginya karma yoga juga merupakan pernyataan spontan dari sifat Tuhannya, karena ia memandang Tuhan Yang maha Esa berad dimana-mana. Karma-Yogin mencapai kebijaksanaan dan rasa bhakti apabila kegiatannya sama sekali tanpa pamrih. Ketiga jalan tersebut kenyataannya satu, karena tiga temperamen yang berbeda menekankan pada salah satu atau yang lainnya dari unsur-unsur yang tak terpisahkan itu. Yoga menyedikan cara, dengan mana sang diri dapat dilihat, dicintai dan dilayani.
( Sumber : Intisari Ajaran Hindu, Sri Swami Sivananda, 2003, Pramaitha Surabaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar